Quantcast
Channel: Themes | DestinAsian Indonesia
Viewing all 1032 articles
Browse latest View live

Visual Magis Phulay Bay, A Ritz-Carlton Reserve

$
0
0
Lorong bergaya Moor di dekat area penerimaan tamu. (Gaun dan jaket oleh IKAT Indonesia by Didiet Maulana, kalung oleh Aidan and Ice)

Oleh Natasha Dragun
Foto oleh Panji Indra
Penata gaya Peter Zewet

Properti perdana dalam keluarga Ritz-Carlton Reserve, Phulay Bay menyuntikkan efek dramatis berdosis besar ke pesisir selatan Thailand ketika resor ini diresmikan pada 2009. Tahun ini, setelah lebih dari satu dekade beroperasi, kompleks mewah di tepi perairan tenang bertaburkan bukit karst ini ternyata belum lelah memukau pancaindra.

Phulay Bay bersemayam di Teluk Phang Nga, menatap perairan Laut Andaman, dan berjarak sekitar 45 menit dari Bandara Krabi. Ketika merancang konsep resor ini, ‘Lek’ Mathar Bunnag, arsitek ternama yang berbasis di Bangkok, memetik inspirasinya dari warisan budaya komunitas Muslim di sekitar Teluk Phang Nga, kemudian memadukannya dengan ornamen tradisional Thailand, termasuk kriya kerajaan Lanna dari utara negeri, ditambah beberapa sentuhan impor seperti lampu gantung dan warna-warna solid bergaya Moor.

Kiri-kanan: Kamar mandi di Royal Andaman Sea Villa. (Gaun dan sepatu oleh Fendi); salah satu area komunal di Phulay Bay, resor yang diresmikan pada 2009. (Gaun dan jaket oleh Tangan, anting oleh Aidan and Ice)

Visual magis tersaji berlimpah di resor rancak ini, mulai dari dinding-dinding ungu yang mengelilingi lobinya, hingga kompleks labirin kanal yang berpendar romantis diterangi 2.000 lilin saban malam. Di sekitar kolam renang utama, pohon-pohon Kamboja mengharumkan udara, sementara kain muslin membalut barisan kabana.

Kiri-kanan: Ornamen geometris pada dinding resor. (Gaun oleh Ted Baker, perhiasan oleh Alenka & Margo); kolam renang di tepi Teluk Phang Nga yang ditaburi bukit karst. (Syal oleh Hermes)

Phulay Bay menaungi 54 unit paviliun dan vila yang disebar di taman rimbun, diselipkan di antara pohon palem yang semampai, beringin yang berjanggut lebat, serta bugenvil yang menawan. Keindahan latar itu diimbangi oleh permainan desain yang atraktif. Interior vila dipercantik oleh linen putih dan granit krem, dihuni matras ultra-megah berukuran 2×4 meter, serta dilengkapi bak berendam teraso yang dicetak anggun menyerupai bunga Kamboja. Tiap vila juga terkoneksi ke taman beralas kerikil yang dibelah kolam renang mini.

Kiri-kanan: Eksplorasi warna dan bentuk kreasi arsitek ‘Lek’ Mathar Bunnag. (Gaun dan sepatu oleh Fendi); permainan desain bergaya candi. (Gaun oleh Tangan, perhiasan oleh Aidan and Ice)

Baca juga: 10 Hotel Legendaris di Asia; 20 Hotel Untuk Liburan Romantis di Asia & Australia

Hari-hari di sini bisa dilewati dengan mengayuh kayak menembus hutan bakau, menaiki perahu panjang menuju Pulau Hong, atau menjajal kelas seni bela diri Muay Thai. Jika semua itu terdengar melelahkan, tamu bisa memanjakan diri di ruang spa yang dirakit dari bambu dan kaca, di tepi hutan tropis yang dibalut ketenangan.

Area bersantai di Royal Andaman Sea Villa. (Gaun oleh Sapto Djojokartiko, perhiasan oleh Alenka & Margo)

Suaka retret ini menaungi lima restoran dan bar. Chomtawan menawarkan aneka koktail kreatif untuk melewati senja, cocok sebagai pemanasan sebelum melahap masakan laut di restoran Lae Lay atau menikmati jamuan tradisional Thailand di Sri Trang. Tamu juga bisa merancang pengalaman kulinernya sendiri dengan memesan sesi makan malam privat di bawah taburan bintang, atau di paviliun romantis yang diterangi lilin dengan hiburan Mo live music oleh musisi lokal.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Maret 2020 (“Visual Teatrikal”)


Koleksi Foto-Foto Wisata Kuno

$
0
0
Suasana Liverpool, Inggris, pada 1980.

Oleh Arif Furqan
Foto koleksi Arsip Unhistoried

Hanya sedikit tersisa arsip foto yang menceritakan riwayat keluarga saya. Sempat ada berpuluh foto dan klise negatif yang mengabadikan perjalanan keluarga, tapi semua itu kemudian raib, mungkin ditinggal saat proses pindah rumah lantaran dianggap dokumen yang tak bernilai. Dari kehilangan itulah saya menjadi begitu dekat dengan foto-foto lawas yang tergeletak di pasar loak. Menikmati mereka membantu saya menambal lubang ingatan, hingga kemudian mendorong saya melakukan eksperimen pengarsipan foto keluarga yang bernama Unhistoried.

Sejak empat tahun lalu, saya melakukan pengumpulan, pendataan, serta digitalisasi foto-foto dari pasar loak, mayoritas dari kota Malang dan Yogyakarta. Saya menyebut mereka “foto yatim piatu” :  foto tanpa ikatan familial, tanpa cerita sentimental. Lepas dari tangan pembuat dan pemiliknya, mereka pun mengerucut jadi objek yang dikebiri dari kenangannya, ibarat serpihan artefak dari sebuah era, walau bukan berarti kosong tanpa cerita.

Kiri-kanan: Pantai Parangtritis, Yogyakarta, 1970-an; foto buatan 1980-1990-an yang disertai label.

Foto keluarga adalah rekaman semangat visual sebuah zaman yang diproduksi secara sukarela, partisipatoris, juga kolektif. Mereka menawarkan jendela kecil untuk membaca konteks yang lebih luas. Foto ini mengungkapkan cerita individu dan keluarga secara keseluruhan, karena pada dasarnya setiap individu mengemban multiperan sebagai anggota keluarga sekaligus anggota jaringan komunitas yang lebih luas. Usai mengadopsi foto-foto yatim piatu ini, saya melakukan pemaknaan, re-interpretasi, serta pelacakan jejak-jejak kontekstual dan historis di baliknya.

Dari ribuan foto yang terkumpul, beberapa menarik perhatian. Contohnya foto Presiden Soeharto bersama Ibu Tien dalam sebuah acara resmi. Ada juga foto Presiden Gus Dur dalam sebuah jamuan keluarga. Kedua foto itu secara tidak langsung menunjukkan betapa tokoh-tokoh besar pun bersinggungan dengan peristiwa kecil dalam keluarga. Foto keluarga adalah serpihan cerita dari narasi yang lebih besar. Ia terbentuk dalam ruang yang domestik dan intim, unit sosial terkecil bernama keluarga.

Itu pula sebabnya foto-foto keluarga tak bisa dipandang remeh. Setelah sekian panjang perjalanan ditempuh oleh sebuah bangsa, setelah semua kisah heroik tentang kepahlawanan dan epos diceritakan, narasinarasi kecil dituturkan dalam keluarga. Melalui meja makan atau kenduri, cerita minor itu larut dalam teguk kopi, menjalar bersama aroma teh, menyelinap di antara denting piring, seolah menegaskan sejarah terjadi tak hanya di panggung negara, tapi juga di bilik-bilik privat.

Slide positif potret diri di Versailles, Prancis, dalam kunjungan kerja pada 1970-1980-an.

Mayoritas arsip foto keluarga dalam Unhistoried bertitimangsa 1970 hingga 1990-an—sebuah kurun yang menandai babak pertama popularitas fotografi di Indonesia, terutama di kalangan menengah-atas. Dalam buku Refracted Visions: Popular Photography and National Modernity in Java, Karen Strassler mengklaim fotografi mulai mudah diakses oleh masyarakat Indonesia di era Orde Baru. Awalnya dilakukan dalam studio, memotret merekah jadi praktik umum, terutama setelah kamera banyak tersedia di pasar berkat kian terbukanya keran impor produk asing.

Dari arsip yang terkumpul, foto bertema perjalanan cukup dominan. Sejak lama, fotografi memang berhubungan mesra dengan wisata. Menenteng kamera saat trip, mengabadikan pemandangan, serta mengumpulkan dokumentasi dalam album foto, adalah laku yang lumrah. Sebagaimana kini, motivasi masyarakat dulu untuk bepergian pun beragam, mulai dari piknik keluarga, ziarah, pertukaran pelajar, hingga kunjungan kerja.

Atraksi menunggang unta di Piramida Giza, Mesir, pada 1989.

Arsip Unhistoried menunjukkan destinasi favorit keluarga Indonesia meliputi situs prasejarah, pesona alam, dan monumen penting. Tercakup dalam Tujuh Keajaiban Dunia, Candi Borobudur kerap terekam, mulai dari foto hitam putih buatan 1970-an hingga foto berwarna bertarikh 1980-an. Pada beberapa lembar foto terlihat orang-orang yang berupaya menyentuh patung Buddha di dalam stupa Borobudur. Mitos semacam ini ternyata berjejak panjang.

Unhistoried juga mengoleksi arsip foto perjalanan ke luar negeri. Foto era 1970-an cenderung dibuat dalam misi dinas atau studi banding. Ada misalnya sekitar 100 foto yang mendokumentasikan kunjungan kerja pegawai PLN Yogyakarta dan tenaga ahli pengairan dari Malang ke Amerika dan Eropa. Mengingat pada periode itu Indonesia tengah menggencarkan pembangunan infrastruktur, tak heran jika foto-foto dinas insinyur menjadi rekaman yang penting. Perkembangan ini tentu tak lepas dari konektivitas udara yang kian terbuka. Garuda Indonesia, misalnya, di masa awal Orde Baru gencar melebarkan sayapnya ke banyak kota, termasuk Frankfurt dan Los Angeles.

Khusus foto trip bisnis, medium yang dipilih berbeda dari foto keluarga. Jika foto keluarga dipotret dengan film negatif dengan tujuan dicetak, arsip foto dinas dipotret menggunakan slide positif dengan tujuan dipresentasikan. Dalam kumpulan arsip ini, selain foto terkait permesinan, terdapat sejumlah foto pribadi di tempat-tempat ikonis sebagai catatan pribadi.

8 Magnet Wisata Alor

$
0
0
Usai sesi menyelam, turis dapat bersantai di tepi pantai berpasir putih di Pulau Pantar.

Oleh Marlon Adang

Tur Selam
Alor telah lama terkenal sebagai destinasi selam, terutama di kalangan penyelam senior. Penyebabnya bukan cuma koleksi satwa lautnya yang mengagumkan, tapi juga kegiatan sampingannya yang menyenangkan. Di antara sesi menyelam, kita bisa bersantai di pantai berpasir putih di Pulau Kepa dan Pantar, melihat proses pembuatan tenun ikat di Pulau Ternate dan Pulau Buaya, juga menyaksikan proses pembuatan minuman lokal di Pulau Pura.       

Menikmati matahari terbenam di Bukit Hulnani.

Bukit Hulnani
Salah satu sudut terbaik untuk melewati senja, Bukit Hulnani beralamat di Desa Hulnani, Alor Barat Laut, dan menawarkan panorama tenggelamnya matahari di balik Pulau Pantar. Perjalanan ke sini membutuhkan waktu lebih dari satu jam berkendara dari Kota Kalabahi.

Air Terjun Biantal
Biantal adalah air terjun tertinggi di Alor. Tempat ini mulai dikenal turis pada 2015, terutama setelah dikunjungi oleh selebriti Nadine Chandrawinata. Untuk menjangkaunya, Anda mesti berkendara sekitar dua jam dari Kota Kalabahi menuju Kampung Legiman, lalu berjalan kaki menuruni gunung ke lokasi air terjun selama 30 menit.

Rumah-rumah tradisional yang ada di Kampung Bang Palola.

Kampung Bang Palola
Operator tur budaya umumnya mencantumkan Kampung Takpala sebagai pemberhentian utama. Untuk opsi yang lebih minim turis, kunjungi Kampung Bang Palola yang bertengger di puncak gunung di Alor Barat Laut. Permukiman ini diapit oleh dua jurang terjal dan dijejali rumah rumah panggung yang berhiaskan ukiran naga pada terasnya. Opsi lainnya ialah Mon Bang di Gunung Kabola, tepat di atas Kota Kalabahi. Rumah-rumah tradisional di sini dibangun untuk kepentingan ritual dan simbol keberadaan suku. Salah satu ornamennya yang jarang diketahui publik ialah pakaian tradisional berbahan kulit kayu yang dikenakan dalam upacara adat. 

Seorang turis tampak sedang berfoto dengan pemandangan pantai Lingal yang memikat.

Pantai Lingal
Rute ke sini cukup menguras tenaga (dan kesabaran), tapi ganjarannya sepadan. Lingal adalah salah satu pantai pasir putih paling cantik dan paling sepi di Alor, dengan latar perbukitan yang fotogenik. Pesisir elok ini berlokasi di Alor Barat Daya. Anda bisa menjangkaunya dari Pelabuhan Kalabahi dengan waktu tempuh empat jam.

Mawar Laut Mali
Mawar bukan nama bunga, melainkan seekor dugong yang berkeliaran di Laut Mali, tak jauh dari bandara. Mamalia ini sebenarnya pemalu, karena itu butuh sedikit kesabaran untuk melihatnya, walau kadang ia iseng menghampiri perahu yang lewat. Satu yang penting diingat, jangan pernah menyentuh atau membelainya.

Beragam corak tenun ikat yang ada di Alor.

Tenun Ikat
Alor memiliki banyak tempat penghasil tenun, contohnya Pulau Pantar, Alor Barat Laut, Alor Selatan, Alor Barat Daya, dan Alor Timur. Walau mengadopsi teknik pembuatan serupa, tiap tempat memiliki motif khasnya masing-masing. Tenun ikat umumnya dibuat di pelataran rumah oleh kaum wanita.

Kampung Karangle
Banyak warga Alor masih menyandarkan hidupnya pada hasil laut, dan salah satu tempat untuk menyaksikan aktivitas para nelayan ialah Kampung Karangle. Permukiman ini berada di tepi Alor Timur, menghadap Timor Leste. Di pantai depan kampung menjulang ikon lokal bernama Batu Kapal, seonggok batu yang menyerupai kapal. Dari sini, teruskan perjalanan sejauh dua kilometer arah barat untuk menemukan Pantai Pigewa, segaris pasir putih yang dipagari dinding batu mirip gapura di salah satu sisinya.

Marlon Adang
Marlon lahir di Alor dan kini menetap di Desa Otvai, Alor Barat Laut. Berprofesi pemandu wisata sejak 1996, dia kerap disewa oleh turis, wartawan, serta peneliti dalam ekspedisi di Alor.

16 Paket Liburan Nyepi di Bali

$
0
0

Bagi umat Hindu, Nyepi dirayakan sebagai momen refleksi dengan melakoni laku berdiam diri di rumah serta menjauhi hal-hal duniawi selama sehari semalam. Namun bagi turis, Nyepi di Bali merupakan momen yang ideal untuk turut serta menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan sekaligus melihat Bali dalam keadaan sepi. Menariknya, di periode ini, hotel-hotel umumnya menawarkan paket menginap dengan bonus melimpah.

Berikut 16 paket menginap khusus libur Nyepi yang bisa Anda coba. Kami mengurutkannya hingga yang paling ekonomis dengan harga di bawah Rp2.000.000:

nyepi bali 2020
Interior akomodasi tipe Ocean View Suite di Alila Seminyak.

Alila Seminyak
Hotel Alila termuda di Pulau Dewata ini menawarkan paket liburan Nyepi di kawasan paling trendi. Resor bergaya minimalis modern ini menawarkan paket menginap periode 24-26 Maret 2020 dengan harga mulai dari Rp5.500.000++ per kamar per malam. Harga tersebut sudah termasuk sarapan di Seasalt, upgrade tipe kamar, dan resort credit senilai USD150 atau sekitar Rp2.100.000. 0361/302-1888; alilahotels.com.

nyepi bali 2020
Kolam renang privat tersedia di tiap vila di Four Seasons Jimbaran.

Four Seasons Resorts Bali
Dua resor Four Seasons di Bali terkenal dengan layanannya yang paripurna serta keindahan alam yang mengelilinginya. Untuk menyelaminya, keduanya menawarkan harga spesial Rp5.880.000 nett per vila per malam selama periode Hari Nyepi dari 24-26 Maret 2020. Harga tersebut sudah mencakup sarapan untuk dua orang setiap hari. Menariknya, tamu yang mengambil paket ini dijamin mendapatkan upgrade tipe vila, yakni One Bedroom Villa di Four Seasons Sayan dan Premier Ocean Villa di Four Seasons Jimbaran Bay. Four Seasons Resorts Bali juga akan memberikan gratis transfer antara Jimbaran dan Sayan (atau sebaliknya), serta harga vila yang sama jika tamu memilih untuk memperpanjang masa menginapnya. 0361/701-010; fourseasons.com.

nyepi bali 2020
Interior kamar Ayana Resort and Spa, Bali bernuansa Jawa dan Bali.

Ayana Resort & Spa Bali
Nyepi di hotel yang bertengger di tebing Jimbaran dengan panorama Samudra Hindia tanpa batas ini bisa menjadi opsi liburan Anda. Untuk liburan Nyepi, kamar ditawarkan mulai dari Rp4.400.000++ per kamar per malam inklusif sarapan, piknik melihat bintang, satu kali akses ke Aquatonic Seawater Therapy Pool di Ayana Spa, serta satu kali makan malam di UNIQUE Rooftop Bar & Restaurant. Untuk opsi lebih privat, The Villas ditawarkan mulai dari Rp9.255.000++ per vila per malam. Jika menghendaki opsi yang lebih hemat, kamar di Rimba Jimbaran dapat disewa dengan harga mulai dari Rp3.500.000++ per kamar per malam. Selama menginap, aktivitas yang ditawarkan mencakup partisipasi di parade Ogoh Ogoh dengan kaos, sarung, dan udeng gratis dari resor. 0361/702-222; ayana.com.

nyepi bali 2020
Akomodasi tipe vila di Six Senses Uluwatu.

Six Senses Uluwatu
Resor Six Senses perdana di Indonesia ini bersarang di tebing Uluwatu dengan panorama yang memikat. Untuk liburan Nyepi 2020, resor yang belum genap berusia dua tahun ini menawarkan paket menginap dengan harga mulai dari Rp3.588.000 nett per malam. Paket tersebut sudah termasuk sarapan setiap hari, makan malam pada Hari Nyepi, satu loyang piza di tepi kolam, es krim gratis, serta akses ke Kids’ Club dan pusat kebugaran. Tamu yang menginap dari periode 24-26 Maret 2020 ini juga akan mendapatkan privilese diskon 25 persen untuk makanan dan sesi spa, serta diskon 40 persen tarif kamar jika ingin memperpanjang masa menginap. Six Senses Uluwatu juga menyediakan shuttle untuk melihat parade Ogoh Ogoh di Desa Pecatu pada 24 Maret 2020. 0361/209-0300; sixsenses.com.

nyepi bali 2020
Kamar tipe Grand Deluxe Lagoon di The Apurva Kempinski Bali.

The Apurva Kempinski Bali
Hotel anyar di kawasan Nusa Dua ini menawarkan Ultimate Serenity Package yang mencakup akomodasi selama dua malam inklusif sarapan setiap hari serta satu kali makan siang di Pala Restaurant dan satu kali makan malam prasmanan di Candi Ballroom pada hari Nyepi. Ketiga sesi makan tersebut tersedia untuk dua orang. Paket ini berlaku dari 24-26 Maret 2020 dengan harga mulai dari Rp2.730.000++ per kamar per malam. The Apurva Kempinski Bali menaungi 475 kamar dan suite serta beberapa vila. 0361/209-2288; kempinski.com.

nyepi bali 2020
Lanskap Desa Visesa Ubud yang didesain menyerupai kompleks desa.

Desa Visesa Ubud
Dikelilingi sawah dan hutan, Desa Visesa Ubud merupakan opsi akomodasi ideal bagi wisatawan untuk kembali ke alam. Resor yang mengoleksi 66 vila dan 40 suite tersebut menyajikan paket menginap liburan Nyepi yang sulit ditolak. Paket menginap dua malam itu mencakup sarapan, satu kali makan siang di Warung Tani, satu kali makan malam di Lumbung Restaurant, serta diskon 30 persen untuk seluruh sesi spa di Visesa Balinese Healing & Spa. Bagi mereka yang menginap di vila, tersedia tambahan satu kali floating breakfast di kolam privat vila. Selama menginap, tamu juga bisa mengikuti beragam aktivitas menarik serta melihat parade Ogoh Ogoh di pusat kota Ubud. Paket ini dibanderol mulai dari Rp5.808.000 nett. 0361/209-1788; visesaubud.com.

nyepi bali 2020
Ruang duduk dan menonton televisi di Suite di Hyatt Regency Bali.

Hyatt Regency Bali
Dari 30 April 2020, Hyatt Regency Bali menyuguhkan dua paket menarik: Suite Deal dan Full Board yang dipatok Rp2.500.000 nett per malam. Untuk paket Suite Deal, tamu akan mendapatkan akomodasi Regency Suite dengan luas mulai dari 54 meter persegi lengkap dengan balkon privat. Paket sudah termasuk sarapan. Sementara untuk Full Board, tamu akan menginap di Premium Room lengkap dengan teras privat. Sesuai namanya, dengan mengambil paket ini tamu akan mendapatkan sarapan di restoran Omang Omang, makan siang di Pizzaria, dan makan malam di restoran Omang Omang. Dikeliling taman rindang, Hyatt Regency dilengkapi fasilitas kolam renang mumpuni serta Shankha Spa yang megah. 0361/28-1234; hyatt.com.

nyepi bali 2020
Interior anggun dengan cita rasa modern di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort.

Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort
Penginapan premium di kompleks elite Nusa Dua ini menawarkan paket liburan Nyepi dari 24-26 Maret 2020. Bertajuk Magnifique Nyepi Getaway, resor dengan layanan khas Prancis tersebut menawarkan menginap dengan harga Rp2.300.000 nett per kamar per malam inklusif sarapan serta satu kali makan siang dan makan malam untuk dua orang di restoran Kwee Zeen. Bagi anggota Accor Live Limitless, tersedia diskon sebesar 10 persen untuk tarif kamar. 0361/849-2888; sofitel.accor.com.

Festival Coachella Resmi Ditunda

$
0
0

Akibat ancaman virus corona, tak hanya tempat wisata yang ditutup, namun beberapa konser hingga festival dunia juga mau tak mau harus dibatalkan atau diundur. Namun, jika festival seni South by Southwest (SXSW) di Austin, Texas resmi dibatalkan, festival musik Coachella ‘hanya’ akan diundur hingga enam bulan.

Festival musik terbesar di Amerika Serikat ini awalnya dijawalkan berlangsung pada 10-12 April dan 17-19 April 2020 di gurun California. Namun, atas permintaan otoritas kesehatan setempat, pihak penyelenggara acara, Goldenvoice resmi menunda pelaksanaan Coachella hingga Oktober 2020.

Nantinya, Coachella akan berlangsung pada 9-11 Oktober, dan 16-18 Oktober 2020. Sedangkan, Stagecoach akan dilaksanakan pada 23-25 Oktober 2020. Bagi pengunjung yang sudah membeli tiket namun tidak bisa datang pada Oktober, dapat mengajukan pengembalian dana mulai 13 Maret 2020.

Baca juga: 10 Festival, Bursa, & Konser Bulan Ini

The Coachella Valley Music and Arts Festival merupakan salah satu acara musik paling terkenal di dunia yang banyak menampilkan penyanyi ternama, mulai dari Childish Gambino, Tame Impala, hingga Ariana Grande. Tahun lalu, Coachella berhasil menarik sekitar 250.000, dan lebih dari 70.000 orang membeli tiket untuk Stagecoach.

Informasi selengkapnya, kunjungi Coachella.

48 Jam di Sawahlunto

$
0
0
Sepiring Pecel Bu Surya yang menggugah selera.

Oleh Atikah Zata Amani
Foto oleh Muhammad Fadli

SABTU

08:00 Pecel Bu Surya
Pada 1970-an, seorang wanita asal Yogyakarta merintis sebuah warung pecel yang kemudian menjadi ikon kuliner Sawahlunto. Nama resminya Pecel Bu Surya (Jl. Abdul Rahman Hakim), tapi lantaran lokasinya di sebelah Museum Lubang Mbah Soero, banyak orang lebih mengenalnya sebagai Pecel Mbah Soero. Harga pecelnya ramah kantong, hanya Rp10.000 per porsi berisi potongan sayuran segar dengan kuah kacang yang diracik langsung di cobek.  

Lorong batu bara yang kini diubah menjadi obyek wisata Museum Lubang Mbah Soero.

10:00 Museum Lubang Mbah Soero
Ini mungkin satu-satunya museum yang memakai nama seorang mandor. Bekas tambang batu bara warisan Belanda, Museum Lubang Mbah Soero (Jl. Abdul Rahman Hakim) menawarkan kesempatan memahami sejarah Sawahlunto sebagai lumbung “emas hitam.” Wujud aslinya dipertahankan, walau beberapa bagiannya disangga beton atas alasan keamanan. Atraksi utama di sini ialah menelusuri jalur lori, melacak bongkahan batu bara yang tertanam di dinding, dan, jika beruntung, membawa oleh-oleh serpihan batu yang kebetulan rontok. (Ini juga satu-satunya museum di mana “benda koleksinya” boleh dibawa pulang.)

Bangunan Museum Goedang Ransoem dilihat dari atas.

11:30 Museum Goedang Ransoem
Pada 1918, pemerintah Belanda mendirikan Gudang Ransum yang berfungsi sebagai dapur umum untuk memasok perut ribuan pekerja tambang, pasien rumah sakit, hingga pejabat kolonial beserta keluarga. Kompleks ini terdiri dari 10 bangunan dan mengolah 3,9 ton nasi saban harinya, dan Museum Goedang Ransoem (Jl. Abdul Rahman Hakim) menyajikan memorabilia yang tersisa dari era itu. Di sini tersimpan misalnya periuk berukuran raksasa, serta beragam peralatan makan yang dibedakan berdasarkan strata sosial pemakainya. Menambah daya tarik museum, pengelola menyelipkan Galeri Etnografi, Galeri Malaka, serta Iptek Center.

Seorang pramusaji tampak sedang menyiapkan berpiring-piring dendeng di Rumah Makan Dendeng Batokok.

13:30 Rumah Makan Dendeng Batokok
Tipikal daerah perlintasan di Jalan Lintas Sumatera, Muaro Kalaban mengoleksi banyak restoran. Tapi ada satu restoran di sini yang sudah beroperasi bahkan saat Jalan Lintas Sumatera baru dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada 1965: Rumah Makan Dendeng Batokok (Jl. Lintas Muaro Kalaban). Menu andalannya dijelaskan oleh namanya: dendeng batokok, yakni daging berbumbu yang dibakar di atas bara kelapa lalu di-tokok (di-geprek) dan disiram minyak kelapa. Kecuali sangat lapar, sebaiknya jangan datang sendiri. Satu porsi dendeng batokok berisi hingga enam potong daging.

Arsitektur Gereja St. Barbara yang masih terawat dengan baik.

15:00 Tur Arsitektur
Berbeda dari kota lain di Sumatera Barat, Sawahlunto menyimpan banyak bangunan kolonial yang masih lestari, sebagian berstatus cagar budaya. Cukup berjalan kaki, Anda bisa mengunjungi beberapa di antaranya. Gedung Societeit (Jl. Ahmad Yani 279), bekas ruang pesta pejabat Belanda, dialihfungsikan menjadi Gedung Pusat Kebudayaan. Di depannya, ada gedung renta Hotel Ombilin (Jl. Ahmad Yani). Masih di lokasi yang sama, berdiri Kantoor Ombilin Mijnen (Jl. Lubang Panjang) yang dihuni kantor PT. Bukit Asam, serta Gereja St. Barbara (Jl. Yos Sudarso No.45).

Lapangan Segitiga jadi tempat kongko favorit warga lokal.

17:00 Lapangan Segitiga
Warga lokal menyebutnya Lapseg, akronim dari Lapangan Segitiga (Saringan, Barangin). Ibarat Piazza San Marco versi Sawahlunto, tempat ini adalah sentra keramaian sekaligus pusat hiburan warga. Ada panggung terbuka yang menampilkan kesenian rakyat seperti kuda kepang (kuda lumping) dan wayang kulit. Ada pula jaringan internet gratis yang bisa diakses umum. Sembari duduk di bangku taman yang nyaman, nikmati jajanan mi ayam dan sate Padang.

Vivid Sydney 2020 Batal Digelar

$
0
0

Setelah beberapa waktu lalu Thailand resmi menunda Festival Songkran tahun ini untuk mengantisipasi virus corona, Australia juga telah mengambil langkah serupa. Alih-alih hanya menunda, Negeri Kanguru tersebut justru membatalkan salah satu festival internasional terbesar mereka: Vivid Sydney.

Dilansir dari situs resmi Vivid Sydney, pihak penyelenggara menyebutkan bahwa festival cahaya yang tahun ini direncanakan bakal digelar pada 22 Mei hingga 13 Juni 2020 harus dibatalkan berdasarkan rekomendasi dari Pemerintah Australia dan otoritas kesehatan setempat.

Per Maret 2020, pemerintah memang telah melarang beberapa acara yang dikhawatirkan akan menjadi tempat penyebaran virus corona. Namun, pihak penyelenggara menjanjikan bahwa Vivid Sydney akan kembali digelar pada tahun depan.

Baca juga: Seluruh Taman Bermain Disneyland Resmi Ditutup 

Vivid Sydney menambah panjang daftar acara internasional yang ditunda atau dibatalkan akibat virus corona. Sebelumnya, Coachella di Amerika Serikat juga telah resmi ditunda hingga Oktober 2020 mendatang. Selain itu, beberapa negara di dunia juga telah menutup pintunya sementara untuk para turis.

Informasi selengkapnya, kunjungi Vivid Sydney.

Merangkum Canggu Dalam Sehari

$
0
0
Gusti Cayaningrat, General Manager Aston Canggu Beach Resort

Wawancara oleh Yohanes Sandy

Pagi: Crate Cafe (lifescrate.com) menyuguhkan menu sarapan yang variatif dengan tema masakan sehat rumahan. Hidangannya berporsi royal, namun harganya ramah kantong. Khusus kaum vegetarian, kunjungi restoran The Shady Shack (the-shady-shack.business.site) yang menawarkan menu berbahan sayur dan buah dengan presentasi artistik.

Fishbone Local selalu ramai menjelang makan siang dan malam.

Siang: Restoran seafood modern Fishbone Local (fishbonelocal.com) mengklaim membeli bahan masaknya dari pemasok yang menganut prinsip sustainability. Untuk sesi santap sambil beramal, Give Cafe (givecafe.org) mengandalkan hidangan nasi campur dan menyumbangkan sebagian pendapatannya untuk kegiatan sosial.

Tamu dapat berenang atau bersantai di pinggir kolam sambil menyesap segelas koktail di UpZscale Sky Dining & Bar.

Sore: UpZscale Sky Dining & Bar (astonhotelsinternational.com), perintis rooftop bar di Canggu, menawarkan wadah kongko dan kolam renang fotogenik yang menatap matahari terbenam. Tiap harinya tersedia promo happy hour cocktails. Opsi lain untuk kongko sore ialah Old Man’s (oldmans.net), salah satu bar terpopuler di Canggu.

Baca juga: Restoran Fotogenik Baru di Canggu; Resor Baru di Canggu untuk Keluarga

Interior Mason Bali yang terbuka.

Malam: Bernuansa santai dan nyaman, Mason (masonbali.com) menawarkan ruang terbuka yang melebur luwes dengan area interior. Buku menunya mencantumkan aneka steik dengan sentuhan rempah Timur Tengah. Untuk pengalaman makan unik, restoran Moana Fish Eatery (@moanabali) memiliki spesialisasi kuliner Polinesia berbahan utama ikan laut.

Larut Malam: Canggu hanya punya segelintir tempat untuk pengidap insomnia, salah satunya Island Beach Bar. Dapurnya tutup pukul 22, tapi barnya melek hingga pukul empat subuh. Digemari banyak kaum ekspatriat, The Back Room di Mason (masonbali.com) mengusung konsep underground bernuansa New York. Bar ini juga beroperasi hingga pukul empat.


Daftar Kota Termahal dan Termurah 2020

$
0
0
Dotonbori menjadi lokasi yang paling banyak dikunjungi turis di Osaka. (Foto: Ramon Kagie)

Biaya hidup di suatu kota kerap menjadi salah satu faktor untuk menentukan destinasi liburan. Paham akan hal tersebut, tiap tahun, Economist Intelligence Unit (EIU) rutin merilis Worldwide Cost of Living Survey yang mendata biaya hidup di 133 negara berdasarkan harga-harga lebih dari 160 jenis barang dan jasa di pasaran seperti bahan pokok, rokok, wine, bahan bakar, hingga harga sewa rumah.

Hasilnya, tak jauh berbeda dari tahun lalu, kali ini, peringkat pertama kota termahal kembali diraih oleh tiga kota sekaligus. Singapura—yang telah berada di peringkat teratas sebagai kota dengan biaya hidup termahal di dunia selama tujuh tahun berturut-turut—kali ini harus berbagi posisi dengan Hong Kong dan Osaka.

Urutan keempat diisi oleh New York, disusul oleh Paris dan Zurich di peringkat lima. Dalam riset tersebut, Tel Aviv, Israel yang berada di peringkat tujuh menjadi satu-satunya kota di Timur Tengah yang memiliki biaya hidup mahal sedunia.

Baca juga: 10 Kota Paling Macet di Dunia; 10 Kota dengan Biaya Transportasi Publik Termahal

Menurut EIU, hal itu lantaran kota tersebut sedang menjadi pusat ekspor dalam beberapa tahun terakhir. yang menjadikan Israel sebagai mata uang terkuat di dunia. Dari 37 kota di Eropa, 31 kota mengalami penurunan peringkat. Kota-kota tersebut ialah Paris dan Zurich, yang kini memiliki biaya hidup relatif lebih murah dari tahun sebelumnya. Berikut daftar kota termahal di dunia:

1. Singapura 
1. Osaka (Jepang)
1. Hong Kong 
4. New York (AS)
5. Paris (Prancis)
5. Zurich (Swiss)
7. Tel Aviv (Israel)
8. Los Angeles (AS)
8. Tokyo (Jepang)
10. Jenewa (Swiss)

Salah satu arsitektur masjid di kota Damaskus. (Foto: abd sarakbi)

Dari daftar tahunan ini juga dapat dilihat kota-kota dengan biaya hidup termurah di dunia yang disebabkan oleh rendahnya gaji yang berdampak pada tingkat daya beli. Faktor lainnya adalah adanya perang, gangguan politik dan ekonomi, seperti yang terjadi di Damaskus. Daftarnya juga tak banyak berubah dibandingkan tahun lalu. Namun, dapat dikatakan bahwa kota-kota ini cenderung tidak terlalu nyaman untuk ditempati. Daftar kota termurah di dunia:

1. Damaskus (Suriah) 
2. Tashkent (Uzbekistan)
3. Almaty (Kazakhstan)
4. Buenos Aires (Argentina)
4. Karachi (Pakistan)
6. Caracas (Venezuela)
7. Lusaka (Zambia)
8. Chennai (India)
9. Bangalore (India)
10. New Delhi (India)

Informasi lebih lanjut, kunjungi Economist Intelligence Unit.

Mencoba 3 Resto Latin di Jakarta

$
0
0
Special Meat Platter di El Asador yang berisi short ribs hingga chicken chorrizo.

Oleh Cristian Rahadiansyah

El Asador
Satu hal yang menarik sekaligus langka dari restoran ini ialah kokinya. Usai “mondok” lebih dari setahun di Uruguay untuk mempelajari teknik memasak daging, Wigar Iki Hariyuwono mudik ke Indonesia untuk membuka El Asador. Restoran Amerika Selatan masih minim di Jakarta, dan lebih minim lagi restoran Amerika Selatan dengan koki lokal. El Asador menempati lantai dasar gedung Kemang Point. Dalam ruangan bergaya art deco, tempat ini menyajikan kuliner Uruguay dan Argentina, plus segelintir menu kreatif eklektik semacam pastel empanada isi daging rendang. Untuk mencicipi hidangan andalannya secara komprehensif, pilih paket meat platter berisi short ribs, sirloin, vacio (flank steak), dan picanha (sirloin cap) dengan total bobot 1,2 kilogram dan harga cukup bersahabat—Rp600.000. Demi menjaga autentisitas rasa, seluruh daging dibakar di panggangan parrilla di ujung zona makan. Jl. Kemang Raya 3; elasador.co.id.

Interior La Posta yang cukup lapang dan nyaman. Cocok untuk makan bersama keluarga.

La Posta
Terinspirasi tradisi kuliner tanah kelahirannya, Provinsi Salta di belahan utara Argentina, koki ‘Pancho’ Suarez pada 2017 menciptakan La Posta, restoran berkonsep tempat singgah para koboi gaucho. Tipikal restoran Argentina, menu andalannya ialah steik, dengan bahan utama daging impor asal Australia dan Argentina. Tapi tawarannya yang lebih menggiurkan sebenarnya aneka camilan, contohnya empanada (pastel isi daging atau sayur) dan humita en chala (jagung dan keju yang dibungkus daun jagung). Pancho adalah tipe koki yang senantiasa siaga di dapur, bukan semata pasang wajah, jadi tamu tahu mereka diurus oleh orang yang paham apa yang dimasak. Juga menarik, hampir tiap hidangannya hadir dengan porsi besar, seolah disiapkan untuk gaucho yang lapar usai mengarungi sabana, namun harganya cukup bijak: mahal jika memang harus mahal. Daging top loin Argentina 300 gram dihargai Rp390.000; sepiring pasta ravioli dengan salmon Rp95.000; sementara secangkir Americano Rp25.000. Sebelum kalap memesan, siapkan perut untuk bonus sedap di awal berupa biskuit gurih pan de la casa, plus pencuci mulut unik khas Latin seperti puding roti budin de pan. Jl. Karet Pasar Baru Timur V No. 25; laposta.id.

Baca juga: Terobosan Nekat Pantja; 4 Kedai Jamu Trendi di Jakarta

Menikmati hidangan nikkei di Henshin sambil ditemani panorama memikat kota Jakarta.

Henshin
Efek samping dari migrasi ribuan buruh Jepang ke Peru pada abad ke-19, nikkei adalah tradisi kuliner yang memadukan bahan dapur Peru dan teknik masak Negeri Sakura. Sudah ada beberapa restoran yang menyajikannya di Jakarta, tapi Henshin punya satu aset yang sulit ditandingi: lokasinya. Menempati tiga lantai teratas The Westin Jakarta dan bertengger di ketinggian 270 meter, Henshin resmi menyandang gelar restoran tertinggi di Ibu Kota. Ditunjang oleh posisinya yang semampai pula, restoran bonafide ini telah merekah sebagai wadah kongko yang populer. Dari bar, lounge, dan area duduk outdoor, tamu bisa menatap cakrawala Jakarta, sembari menyesap koktail yang terinspirasi perjalanan orang Jepang ke Peru, contohnya sakura maru dan the last ronin. Menjaga autentisitas rasa, Henshin menyewa duet koki andal asal Peru: Ivan Casusol dan Sandro Medrano. Sajian andalan keduanya meliputi conchita (scallop dengan saus avokad mentimun), sancochado (rusuk dengan kaldu sapi), beragam paket bento, serta kreasi inovatif semacam Indonikkei sambal. Jl. HR Rasuna Said Kav. C-22; henshinjakarta.com.

Tur Musik di Ibu Kota Rok

$
0
0
Museum of Pop Culture, kompleks rancangan arsitek Frank Gehry yang menyimpan ribuan memorabilia musik, termasuk warisan grup asal Seattle seperti Pearl Jam dan Nirvana. (Foto: Brady Harvey/Museum of Pop Culture)

Oleh Cristian Rahadiansyah

Tur pagi ini dibuka dengan cara yang janggal: berkabung. Duduk di balik kemudi, Charity Drewery mencomot iPhone, lalu memutar rekaman suara lirih Chris Cornell mengenang kepergian karibnya, Andrew Wood. Keduanya vokalis grup rok terkenal asal Seattle, dan keduanya sudah almarhum. Andrew overdosis heroin pada 1990. Chris gantung diri tiga tahun lalu. “Kalian pikir ini tur senangsenang?” kata Charity, lalu tertawa lepas.

Charity menggeser persneling dan MPV Dodge miliknya pun mulai bergerak. Saya duduk di sampingnya. Di kursi belakang, ada dua pasangan asal Chicago dan Frankfurt. Judul tur ini Rock & Roll Sightseeing Tour. Selama tiga jam, kami dibawa menziarahi situs-situs yang menyimpan memori bintang rok lawas, misalnya tempat konser perdana Nirvana, pahatan yang menginspirasi lagu Black Hole Sun, serta patung “dewa gitar” Jimi Hendrix. Ikut tur ini, orang bisa menebak berapa kira-kira usia Anda.

Dengan kalimat datar yang sarat lelucon, Charity membeberkan gamblang kisah dari setiap tempat yang kami datangi. Kadang, wanita paruh baya ini menyisipkan gosip-gosip lokal yang beredar hanya di kalangan terbatas. Andaikan majalah Hai masih terbit, dia mungkin cocok disewa sebagai redaktur tamu.

“Lihat restoran taco itu,” ujarnya saat mobil menyisir tepian Seattle. “Saya pernah melihat Dave Matthews makan di situ. Musisi hidup santai di Seattle. Di sini tidak ada paparazzi.” Di waktu yang lain, Charity memarkir mobil di muka bar El Corazon, tempat debut konser Pearl Jam. “Bar ini akan diganti kondominium,” jelasnya sedih. “Kota ini berubah. Kelak saya hanya akan bisa memperlihatkan foto El Corazon dan meminta orang membayangkannya.”

Rock & Roll Tour dirintis pada 2010. Mayoritas pesertanya ialah generasi yang belum bisa beranjak dari era Pearl Jam dan Nirvana, masih bernostalgia dengan lagu Jeremy dan Smells Like Teen Spirit—seperti saya! Tapi ini bukan satu-satunya paket ziarah musik di Seattle. Hikayat musik kota ini terlalu tebal untuk dirangkum oleh hanya satu operator.

Selain Rock & Roll Tour, ada Grunge Redux yang dipandu Eric Magnuson. Contoh lainnya, napak tilas Kurt Cobain oleh Aberdeen Museum of History. Peserta diajak melawat rumah, sekolah, juga tempat sang vokalis Nirvana itu kongko bersama teman-temannya. Kurt memang figur yang menonjol dalam babad musik Seattle. Sejumlah penulis mendaulatnya sebagai juru bicara Generasi X, sebagaimana Bob Dylan pada 60-an atau John Lennon pada 70-an.

Kiri-kanan: Para personel Mudhoney, grup era 1980-an yang termaktub dalam album monumental Sub Pop 200 dan masih bertahan hingga kini (Foto: Niffer Calderwood/Sub Pop (Mudhoney);  salah satu penampilan musik di acara Freakout Festival 2018 (Foto: Jake Hanson @trulybogus)

Grunge populer di Indonesia?” tanya Charity, menyebut aliran musik khas Seattle. “Nirvana dan Pearl Jam punya banyak penggemar, tapi lagu-lagu Mother Love Bone belum sampai ke Indonesia,” jawab saya.

“Wajar,” timpalnya. “Andrew Wood, vokalisnya, tewas sebelum albumnya keluar. Padahal waktu itu mereka sudah dikontrak untuk membuka konser Aerosmith. Jika saja Andrew tidak tewas, Mother Love Bone pasti jadi band terbesar asal Seattle.”

Tur mendekati menit-menit terakhirnya. Mobil merapat ke The Central, bar yang pernah menanggap banyak pentas grup lokal. Di salah satu dindingnya, terpajang “tembok ratapan” berisi foto-foto musisi almarhum legendaris. “Jangan pakai heroin,” pesan Charity. “Lebih baik pakai mariyuana. Saat giting, saya jadi orang yang lebih baik. Ketika menyetir, saya selalu memantau dashboard dan pelang jalan. Saya rasa dunia akan lebih baik jika semua orang giting.”

Saya datang ke Seattle September silam. Kota ini bersemayam di barat laut Amerika, persis di bantaran Samudra Pasifik. Bagi banyak orang, Seattle dikenal sebagai kota industri. Starbucks lahir di sini. Pabrik Boeing, juga markas besar Microsoft dan Amazon, bercokol di sini. Di luar semua emblem itu, Seattle tentu saja juga tersohor sebagai kota musik. Dari Quincy Jones hingga Kurt Cobain, banyak musisi berpengaruh lahir atau ditempa di sini.

Foto: Interior salah satu kubah Amazon Spheres, bagian dari markas besar perusahaan teknologi Amazon yang berpusat di Seattle. (Foto: Aaron Davis/Visit Seattle); patung buatan Daryl Smith yang mengabadikan aksi Jimi Hendrix, gitaris kelahiran Seattle. (Foto: Visit Seattle)

Seattle begitu rajin mencetak musisi seperti Yogyakarta mencetak seniman. Khusus di jagat rok, bahkan pernah ada masa ketika lagu-lagu dari kota ini menjadi bahasa musik dunia periode keemasan yang mengilhami tur nostalgia seperti yang ditawarkan oleh Charity.

Tapi saya sebenarnya datang saat musik Seattle telah meninggalkan masa jayanya. Berbeda dari mesin-mesin industrinya yang terus menggerakkan bumi, kota ini tak lagi mengekspor nada yang menggelegar di skena musik. Apa penyebabnya?

Negara Paling Misterius di Eropa

$
0
0
Pria lokal Markus Meier sedang melacak hewan buruan di hutan yang terhampar di atas Vaduz, Ibu Kota Liechtenstein.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Gaia Squarci

Di sebuah ruang rapat, seorang kakek berbalut jas abu-abu menerangkan tentang LGT, perusahaan yang dipimpinnya. Dia membeberkan banyak angka dan nama, lalu menyampaikan LGT adalah grup manajemen aset dan bank partikelir terbesar yang dikelola oleh sebuah keluarga. Ini presentasi bisnis yang biasa saja sebenarnya, kecuali untuk satu hal: orang di hadapan saya bukanlah semata bankir, tapi juga pangeran.

Prince Philipp, Chairman LGT, adalah anggota keluarga penguasa Liechtenstein, salah satu negara monarki di Eropa. Saya menemuinya akhir September silam. Negaranya, yang sangat kecil dan sangat sugih ini, terselip di antara Swiss dan Austria. Kecuali sering membaca statistik ekonomi, Anda mungkin belum pernah mendengar tentang Liechtenstein—dan mereka yang pernah mendengarnya mungkin tak tahu cara melafalkannya, seperti juga saya setidaknya hingga dua minggu sebelum mendarat di sini. Dengan ukuran setara Kupang dan populasi hanya 38.000 jiwa, Liechtenstein memang nama yang mudah luput dari buku sejarah ataupun peta dunia.

Prince Philipp melanjutkan presentasinya. Dia bicara santai, kadang tersenyum kecil, dengan tubuh yang masih luwes di usia 73 tahun. Sosoknya tidak berjarak, tidak terasa ningrat. Kecuali di acara resmi, katanya, bangsawan Liechtenstein memang berperilaku layaknya warga biasa. Mereka menempuh pendidikan di sekolah umum, terbang dengan pesawat komersial, dan berkeliaran tanpa pengawal. Menemuinya, saya tidak perlu memberi salut membungkuk, tapi cukup berjabat tangan.

Pria lokal Patrick Duenser membawa seorang turis Inggris dalam tur paralayang melintasi sebagian wilayah Liechtenstein, negara kecil dan kaya yang terselip di antara Swiss dan Austria.

“Keluarga kerajaan tidak mendapatkan sepeser pun uang pajak warga. Mereka hidup dari bisnis,” Prince Philipp kini menerangkan kenapa dia mesti bekerja walau sudah kaya raya. Berbeda dari banyak monarki lain, klan aristokrat Liechtenstein tidak hidup bersandar pada upeti, melainkan keringat sendiri.

Para pangeran dan putri memegang jabatan di beragam sayap bisnis, termasuk agrikultur, wine, serta properti. Inilah negeri di mana pangeran merangkap pengusaha, barangkali juga atasan Anda. Perusahaan mereka punya jaringan di banyak belahan dunia.

Melalui bank yang dipimpinnya, Prince Philipp jugalah yang mengundang saya ke sini. Tujuannya untuk merayakan ulang tahun Liechtenstein ke-300. Anda tidak salah baca; negeri ini memang lebih tua dari Indonesia. Jika diringkas, riwayatnya bermula pada 1699 saat Johann Adam Andreas von Liechtenstein menebus kawasan Schellenberg yang terlilit utang, lalu membeli Vaduz. Klan Liechtenstein saat itu sangat sugih, punya banyak tanah, tapi mereka bukan “lord,” karena itu tak punya kursi dalam lingkaran satu Holy Roman Empire. Hingga akhirnya pada 1719 mereka diizinkan melebur Schellenberg dan Vaduz di bawah payung Principality, setingkat di bawah Kingdom.

Bagi penggemar Game of Thrones, babad Liechtenstein itu mungkin mudah dicerna. Walau begitu, Liechtenstein saat ini adalah sebuah anomali yang membingungkan dari kaca mata umum. Terlepas dari usianya yang tua, negara ini tak punya atribut-atribut lumrah sebuah negara modern. Ia tidak punya bandara, tidak punya maskapai nasional, tidak punya tentara, tidak punya mata uang (memakai Swiss franc) dan karena itu pula tidak butuh bank sentral. Selain sepur mainan yang difungsikan sebagai moda hop-on hop-off, di sini juga tidak ada kereta, trem, maupun subway.

Kiri-kanan: Seorang wisatawan yang sedang asik melakukan aktivitas panjat tebing salju; salah satu sudut Vaduz Castle, kompleks berusia 900 tahun yang bertengger di tebing dan hingga kini masih dihuni oleh keluarga bangsawan Liechtenstein.

Tapi setidaknya Liechtenstein memiliki ibu kota—Vaduz, sebuah permukiman elok yang dikepung gunung. Beberapa hari pertama, saya menginap di kota ini. Hotel saya, Residence, beralamat di bulevar yang sepertinya merangkum seluruh isi kota. Di sisi selatannya ada katedral, gedung parlemen, serta rumah sakit satu-satunya di Liechtenstein. Di sisi tengah ada butik arloji, toko cokelat, serta museum. Sementara di ujung utara ada terminal bus. Tak jauh selepas terminal, saya sudah berada di luar kota. Vaduz begitu kecil sampai-sampai warga kerap menyebutnya “town” ketimbang “city.”

Bangunan paling ikonis di Liechtenstein juga berada di Vaduz. Tidak satu jalur dengan hotel saya, melainkan persis di atasnya. Vaduz Castle, kompleks berusia 900 tahun, bertengger anggun di tebing tinggi, menatap lanskap kota hingga perbukitan di tepi Swiss. Mendarat di muka kastel, saya kembali berpapasan dengan Prince Philipp, kali sedang mengendarai Audi. Walau bank miliknya membukukan profit hampir Rp4,5 triliun pada 2018, sang pangeran lebih memilih menyetir tanpa sopir.

Vaduz Castle masih dihuni oleh keluarga kerajaan, karena itu tertutup untuk umum. Tapi berhubung datang atas restu pangeran, saya pun diizinkan masuk. Diiringi tatapan sebal para turis yang cuma bisa memotret dari luar pagar, saya menyusuri rute berbatu menuju teras bangunan. Tiba di dalam, Dr. Johann Kraftner, pengurus koleksi seni kerajaan, memandu saya menjelajahi interior kastel. Saya dibawa memasuki paseban, gudang alutsista, ruang keluarga, serta instalasi konservasi lukisan. Sepanjang tur, saya kerap menginjak-injak karpet antik yang sepertinya cocok menghiasi meja lelang Sotheby’s.

Kata Dr. Johann, dalam rangka 300 tahun Liechtenstein, sebagian harta dan pusaka kerajaan dipinjamkan ke National Museum. Sebenarnya hari ini museum sedang tutup. Tapi lagi-lagi berkat koneksi ningrat, saya punya “kartu terusan” ke semua wahana, walau tidak berarti kedatangan saya disambut gembira. Di lobi museum, pemandu menyambut dengan mengatakan dia terpaksa kerja di hari liburnya.

Seorang pramusaji membersihkan meja di Walserhof, salah satu restoran di kawasan ski Malbun.

National Museum memajang memorabilia yang merangkum masa lalu Liechtenstein, termasuk mahkota dan akta pembelian lahan. Di sini saya mendapati sejarah Liechtenstein sebenarnya tak melulu ditaburi kisah manis. Sebelum menjadi negara makmur dengan pendapatan per orang menembus Rp2 miliar per tahun, Liechtenstein sempat merana. Selepas Perang Dunia II, dinasti penguasanya terpaksa melego lukisan Ginevra de’ Benci karya Da Vinci demi menambal kas istana. Orang-orang tua di Swiss menjelaskan kemiskinan itu lewat sebuah anekdot satir: “Tak sulit mengenali warga Liechtenstein. Mereka biasanya berjalan tanpa sepatu.” (Menurut legenda lokal, penguasa Liechtenstein Prince Hans-Adam II hingga kini masih hobi nyeker saat joging.)

Pemandu museum kemudian menuntun saya ke ruang peta Liechtenstein. “Jika kita membandingkan peta Holy Roman Empire dengan peta sekarang,” katanya, “maka teritori politik lama yang masih utuh hanyalah Liechtenstein.” Fakta yang patut dirayakan memang. Ketika banyak imperium terbelah dan keluarga istana tercerai, Liechtenstein mampu bertahan dengan perbatasan yang sama di bawah titah klan yang sama selama tiga abad.

Di luar National Museum, syukuran tricentennial hadir dalam beragam bentuk. Di banyak tempat terpajang surat kabar edisi khusus perayaan 300 tahun. Kunstmuseum (semacam Museum Macan versi Vaduz) menggelar pameran retrospektif akbar, sementara dinas pariwisata meluncurkan rute trekking baru yang menghubungkan seluruh kabupaten. Negara ini sepertinya memanfaatkan maksimal momentum tiga abad untuk berkata kepada dunia: kami ada, sudah lama! Tak ketinggalan, pihak kerajaan menanggap pesta kebun di kastel. “Kami mengundang banyak orang, walau beberapa dari mereka barangkali tidak tahu lokasi Liechtenstein di atas peta,” ujar Prince Philipp bergurau.

Koleksi tanduk fotogenik di National Museum, bangunan yang mengisahkan 300 tahun riwayat Liechtenstein.

Kenyang menyelami warisan masa lalu Liechtenstein, kini saya mencicipinya. Suatu pagi, saya memasuki cellar Princely Winery. Di depan saya berdiri Princess Marie, menantu Yang Mulia Prince Hans-Adam II. Sang putri juga tampil tidak berjarak, bahkan kelewat ramah hingga membuat saya salah tingkah. Saat saya datang, dia justru lebih dulu menghampiri saya.

Wanita kelahiran 1975 ini menyebut dirinya “country girl.” Rambutnya pendek, wajahnya dirias tipis, tubuhnya dibalut busana Michael Kors. Saya perhatikan, dia tidak memakai anting, kalung, maupun cincin kawin, mungkin khawatir berliannya akan menyilaukan mata saya. Sosoknya yang bersahaja sejenak mengingatkan pada Putri Diana, baik secara pembawaan maupun genetik. Keduanya sama-sama lahir tanpa darah biru.

Princess Marie bekerja untuk winery milik kerajaan. Perusahaan ini memproduksi antara lain Riesling, Pinot Noir, dan Profundo. Kata sang putri, budi daya anggur di sini berakar panjang, tapi bisnis wine baru digarap pada 1950-an. Saya mencicipi beberapa wine buatan kerajaan itu di Torkel, restoran dengan satu bintang Michelin. Tiap hidangan hadir dengan segelas wine yang berbeda. Seperti artefak di National Museum, wine negeri ini terasa kian mahal jika kian tua.

Apa Kabar Lompat Batu Nias?

$
0
0
Kiri-kanan: Warga Kampung Bawomataluo, Nias Selatan, bercengkerama di atas artefak-artefak batu yang terpajang di halaman rumah besar Omo Hada Nifolasara; patung Bunda Maria di depan Gereja Santa Maria, Kota Gunungsitoli.

Oleh Fatris MF
Foto oleh Ramadhani

Apa? Wisata di Nias? Jauh panggang dari api,” jelas Agus Mendrofa. “Jangankan di perkampungan, di kota ini saja listrik mati kadang sampai dua minggu. Bagaimana mungkin pariwisata tanpa listrik?”

Agus Mendrofa berbicara berapi-api di Miga Beach Hotel miliknya di Kota Gunungsitoli. Dia mantan Wakil Bupati Nias. Di masa pemerintahannya, pulau seluas 4.771 kilometer persegi ini belum terbagi jadi empat kabupaten dan satu kota madya. “Surfing katamu? Itu bukan wisata; itu olahraga!” katanya lagi, mengomentari pendapat saya soal peselancar. “Pernah kau lihat peselancar itu berwisata melihat peninggalan budaya?”

Walau tak lagi bertakhta, Agus masih lancar berorasi layaknya kepala daerah. “Untuk Nias,” lanjutnya, “apa pun akan aku lakukan, dengan setan sekalipun aku mau bekerja sama.” Untuk kalimat yang terakhir ini, dia terlihat bersungguh-sungguh. Nias, pulau di belahan barat Sumatera, memang memproduksi banyak ilmu kebatinan dan dukun yang disegani dalam skena klenik nasional. Untungnya, tulisan ini bukanlah soal setan dan perdukunan.

Meninggalkan Agus yang ketus, saya berziarah ke tanah purba Tano Niha, kampung asal yang sakral, markas warga suku yang menurut legenda bersumber dari langit. Di tengah jalan, takdir mempertemukan saya dengan Aluiziduhu Telaumbanua, pria 39 tahun yang berbadan subur. Para tetangganya memanggilnya Ama Beni, artinya “bapaknya Beni,” sesuai nama anak sulungnya. Menurut norma setempat, setelah seorang pria memiliki anak, nama aslinya tidak boleh lagi dipanggil.

Ama Beni berprofesi pengojek merangkap pemandu. Dia memperlihatkan tunggangan kebanggaannya: sepeda motor Honda tua dengan warna yang sukar diterka, rantai yang berderak, serta dengung mesin yang membuat risau. Dengan upah Rp200.000, Ama Beni membawa saya menyusuri jalan berbatu menuju desa purba, mendaki tanjakan yang meandernya lebih dari 45 derajat. Langit telah gelap, hujan siap tercurah, cemas saya kian bertambah.

Di perjalanan, Ama Beni berbicara seperti orator kondang, walau ia bukan politisi sebagaimana Agus. Intonasinya meyakinkan dan terstruktur seperti ahli linguistik. Bersaing dengan bising knalpot, dia terus mengoceh tentang kampung yang akan kami tuju, sebuah tanah yang dalam catatan antropolog disebut sebagai tempat tinggal suku dari zaman batu.

Panorama Kota Gunungsitoli.

Institut de Recherche Pour le Développement, sebuah lembaga penelitian Prancis, pernah melaporkan tentang temuan peninggalan megalitik bertitimangsa 1600 di Nias. Catatan yang menggegerkan tentu saja. Ketika banyak daerah lain di Nusantara memasuki “zaman kolonial,” Nias masih menekuni kebudayaan batu. Sumber lain, buku Sumatra: Its History and People karya Edwin M. Loeb, mengklaim nama Nias pernah tertera dalam catatan kuno pedagang Persia. Di situ disinggung tentang tradisi pemenggalan kepala musuh sebagai syarat bagi pria yang ingin menikah. Konsep pre-wedding yang jauh dari kata romantis.

Kira-kira 20 menit menjelang desa zaman batu, sepeda motor buatan zaman modern terbatuk-batuk, lalu membisu. “Kita harus ganti kendaraan, kereta ini tidak cocok dibawa ke sana,” kata Ama Beni beretorika. Tak punya pilihan, saya merogoh dana tambahan Rp50.000 untuk menumpang GL Pro milik pemuda setempat. Merapat bertiga di atas jok, kami meniti jalan semen berlumut di sepanjang tubir perbukitan menuju Kampung Lahusa Satua, Kecamatan Gomo, Nias Selatan.

Tiba di tujuan, Temariaso Ndruru, kuncen kampung, menyambut kami di rumahnya. Ama Beni memandang saya dan menganggukkan kepalanya, sebuah isyarat bagi saya untuk menyerahkan “uang adat.” Saya menyelipkan Rp50.000 ke tangan Temariaso, dan wajahnya berubah semringah. Dia menyodorkan sebuah buku tamu kepada saya untuk diisi.

“Ini istri kedua saya. Anak saya semuanya 12 orang,” Temariaso mulai buka mulut. Anakanaknya makan di meja, di bingkai jendela, di bale-bale, berjongkok di samping pinang yang sedang dijemur. Usai bersalaman dengan istri keduanya, saya digiring keluar rumah.

Di jantung kampung, rumah-rumah kayu ditata mengelilingi artefak batu berwujud wajah manusia, naga, bangku, dan meja. Semua sudah berlumut digerus waktu. Layaknya pemandu yang piawai, Temariaso langsung merapal informasi tentang banyak hal. Kalimat tumpah dari mulutnya seperti air bah. “Batu pipih ini tempat gadis-gadis menari menghadap raja. Ini gong dari batu, pukul saja, bunyinya enak didengar. Ini peti mati, dan di sebelah sini tempat tengkorak kakek moyang saya. Saya tidak biasa membukanya untuk tamu, tapi berhubung Anda adalah tamu penting yang datang dari jauh, saya akan membukanya.”

Di dalam peti batu itu berserakan kepingan tengkorak di atas piring tembikar putih. Saat Temariaso hendak membuka peti batu yang lain, saya bertanya tentang kuburan keramik di ujung kampung. “O, itu kuburan keluarga kami. Itu baru, bukan dari zaman batu. Itu kan ada salibnya, tandanya kami ini telah tobat. Sudah lima, o, enam keturunan kami memeluk Kristen. Kakek moyang kami dulu kan masih kafir, jadi ya dikubur di batu.”

Kiri-kanan: Area muara di daerah Pantai Lahusa Mbalaekha, tak jauh dari Teluk Dalam, Nias Selatan; kerapu gulai kuning, masakan populer di Desa Lagundri, Nias Selatan.

Ketika zending dan misionaris datang pada awal abad ke-19, Nias adalah tempat yang membuat bulu kuduk berdiri: sebuah kawasan bertuah yang didiami kaum pemburu kepala. Dalam buku Famareso Nhawalö HukuFöna Awö Gowe Nifasindro Ba Dano Nias, M.G. Thomsen mengklaim tradisi Mangani Binu (memburu kepala manusia) muncul pada pertengahan abad ke-19 lantaran dipicu oleh permusuhandi antara marga besar. “Harga diri seseorang ditentukan oleh jumlah kepala manusia dari klan lain yang dipenggalnya,” catat Thomsen.

Hujan mengguyur Kampung Lahusa Satua. Istri Temariaso mengangkat jemuran, sementara Ama Beni melarikan saya ke sebuah lafo (lepau) berisi delapan pria bermata merah. Ada yang berbincang, main kartu, serta menenggak tuo nifaro (tuak suling). “Mari minum. Orang Nias pantang tidak melayani tamu, bahkan nyawa pun kami pertaruhkan buat tamu,” Yulius Lase menyambut dengan bicara “nyawa” kepada orang asing yang belum dikenalnya.

Yulius mempersilakan saya duduk di sampingnya. Belum sempat saya bicara, dia membahas topik ilmu klenik. “Jangan takut bila ada orang yang mengatakan Gomo ini masih gelap. Itu salah. Gomo tidak seperti dulu, kami telah terbuka pada pendatang. Kami sudah ada yang merantau juga. Ayo minum.”

Saya mentraktir seluruh tamu warung dengan dua teko arak seharga Rp50.000. “Hidup di sini? Ya, begitu-begitu saja. Susah, biaya pernikahan mahal,” Yulius bicara kian semangat. “Makanya, saya cari istri ke Jawa, biaya pernikahan nol rupiah.”

“Saya juga begitu, saya menikah di Padang. Di Kecamatan Gomo ini, kami generasi pertama yang mencoba merantau,” lelaki paruh baya yang duduk di pojok meningkahi. Lelaki di sampingnya tertawa. Minuman dalam teko dituang, perbincangan kian panjang, hujan kian meradang menghantam atap seng.

Menyusuri jalan penuh liku menuju selatan pulau, saya melewati pasar-pasar yang terbentang di jalan sempit, anak-anak sekolah yang berjalan bergerombol sambil tertawa, juga gereja-gereja yang beratap seng mengilap.

“Kata SBY, dulu, Nias ini ditinggal, bukan tertinggal,” Ama Sandi, sopir saya, memecah kekosongan. “Jalan ini sempit memang, tapi aman. Asal jangan di malam hari, waswas kita. Bahaya! Dulu saya pernah dirampok.”

Mobil melewati kebun pisang yang membentang lapang di tepi jalan. Sesekali tampak gadis-gadis sedang mencuci di bantaran Sungai Gomo. Tiba di Kampung Bawomataluo, Ferius Luahambowo langsung menyambut begitu kaki saya menginjak tanah. Tanpa diminta, dia memandu saya mendaki tangga, menuju permukiman yang bertengger di dataran tinggi. Gerbang kampung tersusun dari batu. Bentuknya mirip benteng.

SKYE, Ikon Gaya Hidup di Jakarta

$
0
0

Usai diluncurkan pada 2012, SKYE langsung melesat menjadi ikon baru Jakarta, destinasi kaum nokturnal dan sosialita, sekaligus tempat favorit untuk melihat dan dilihat. Tahun ini, setelah sewindu beroperasi, pamornya belum surut. SKYE masih bersinar sebagai wadah kongko yang bergengsi di Ibu Kota.

Bertengger di lantai 56 Menara BCA, salah satu gedung tertinggi di Indonesia, SKYE menyuguhkan panorama Jakarta dengan sudut megah 270 derajat. Elevasinya itu sejalan dengan arsitekturnya. Mengusung konsep “Lifestyle Resort in The Sky,” restoran dan lounge yang dirancang oleh arsitek Willis Kusuma ini menampilkan desain semi terbuka yang menatap lanskap kota dan cakrawala.

Dapurnya menyajikan aneka hidangan internasional, termasuk masakan populer Asia Tenggara, Jepang, Italia, serta Meksiko. Bagi kaum karnivor, SKYE memiliki menu premium steik Black Angus dan daging wagyu dry-aged. Tamu bisa menikmati sajian di zona indoor maupun area semi-outdoor yang ditata layaknya beach club dan dihiasi kolam infinity.

Lazimnya restoran milik Ismaya, SKYE juga mengoleksi minuman berkonsep atraktif buatan para bartender berpengalaman. Dua contoh kreasi andalannya ialah SKYE Sour dan Ginger Mojito. Melengkapi daftar koktail inovatif itu, tersedia wine premium dari berbagai negara.

Baca juga: Mencoba 3 Resto Latin di Jakarta; Terobosan Nekat Pantja

Interior area Sushi Bar.

Berkat kualitas hidangannya, SKYE pernah menyabet titel Restaurant of the Year 2017 versi Zomato, serta tercantum dalam buku Where Chefs Eat yang berisi tempat-tempat favorit koki di lebih dari 70 negara. Satu hal lain yang membuat tempat ini terus digemari ialah variasi programnya, mulai dari hiburan live music saban Rabu dan Kamis, hingga penampilan DJ ternama setiap Jumat dan Sabtu malam. Beberapa program lainnya sangat unik untuk standar restoran, contohnya program kebugaran Skyefit dengan aktivitas seperti kickboxing, pilates, serta yoga.

Dengan kombinasi hidangan impresif, pilihan minuman atraktif, dan pemandangan Jakarta dari ketinggian, SKYE merupakan tempat yang ideal untuk sekadar menikmati sore bersama sahabat maupun sesi makan malam romantis.

Menara BCA Lt.56, Jl. MH Thamrin; 021/2358-6996, ismaya.com/eat-drink/skye

18 Acara Tengah Tahun yang Ditunda atau Dibatalkan

$
0
0
Venice Architecture Biennale resmi ditunda hingga Agustus 2020 mendatang. (Foto: Andrea Avezzù)

Venice Architecture Biennale
Status: Ditunda
Jadwal Baru: 27 Agustus-29 November 2020
Jadwal pembukaan digeser, tapi tanggal penutupan tetap sama. Sedianya berlangsung pada 23 Mei-29 November, Biennale Architettura 2020 mengganti jadwalnya menjadi 27 Agustus-29 November. Jika berniat datang, Anda bisa menggabungkan kunjungan ke Venice International Film Festival yang akan diselenggarakan pada 2-12 September. labiennale.org

Hydeout Festival
Status: Ditunda
Jadwal Baru:
9-10 Oktober & 16-17 Oktober 2020
A$AP Rocky, DJ Snake, Gucci Mane, dan Rita Ora akan tetap datang ke Hydeout Festival di Singapura, tapi tidak di April. Jadwal baru festival musik ini ialah 9-10 Oktober dan 16-17 Oktober. Hydeout Festival dipusatkan di The Meadow, Gardens by the Bay. hydeout.sg

Formula 1 Vietnamese Grand Prix
Status: Ditunda
Jadwal Baru: Belum Diumumkan
Keinginan Vietnam menulis sejarah sebagai tuan rumah F1 pupus. Panitia menunda ajang balap di sirkuit Hanoi hingga waktu yang belum ditentukan. Jadwal F1 lain yang juga terpengaruh pandemi ialah Tiongkok (ditunda), Belanda (ditunda), Spanyol (ditunda), Monako (dibatalkan), dan Azerbaijan (ditunda). Menurut info resmi terakhir pada 1 April, Sebastian Vettel dkk baru akan kembali beradu cepat pada 12-14 Juni di Kanada. formula1.com

Farewell Yellow Brick Road
Status: Ditunda
Jadwal Baru: Belum diumumkan
Setelah lebih dari separuh abad berkiprah, Sir Elton John akhirnya mengucapkan selamat tinggal melalui tur perpisahan Farewell Yellow Brick Road. Tapi jadwal perpisahan ini sekarang terpaksa digeser akibat pandemi Covid-19. Konsernya di New York pada 6-7 April akan digeser ke 2021. eltonjohn.com

Ubud Food Festival resmi ditunda dua bulan dari jadwal aslinya.

Ubud Food Festival
Status: Ditunda
Jadwal Baru: 26-28 Juni 2020
Sembari memantau perkembangan mutakhir terkait pandemi Covid-19, panitia UFF 2020 memutuskan memindahkan jadwal festival dari 17-19 April menjadi 26-28 Juni. Festival kuliner internasional terbesar di Indonesia ini menampilkan lebih dari 100 bintang tamu dengan program meliputi demo masak, bazar makanan, pentas musik, hingga diskusi bersama pakar boga. ubudfoodfestival.com

Indonesia Fashion Week
Status: Ditunda
Jadwal Baru: 7-11 Oktober 2020
Ajang peragaan busana internasional ini awalnya akan bergulir pada 1-5 April. Akibat pandemi virus corona, panitia dan Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) sepakat menggeser jadwalnya ke Oktober, tapi lokasinya tetap sama, yakni Jakarta Convention Center. indonesiafashionweek.id


Checking In: Oakwood Residence Hanoi

$
0
0
Oakwood Residence Hanoi berlokasi di area residensial yang dihuni banyak ekspatriat. (Foto: Oakwood Residence Hanoi)

Oleh Nina Hidayat

Lokasi
Untuk properti debutnya di Ibu Kota Vietnam, Grup Oakwood memilih lokasi yang cukup premium: Distrik Tay Ho, persis di tepi West Lake, sekitar 20 kilometer dari Bandara Noi Bai. Ibarat Kemang versi Hanoi, Tay Ho tersohor sebagai kawasan ekspatriat yang ditaburi apartemen bonafide, supermarket yang menjajakan bahan masak impor, serta restoran yang menawarkan beragam kuliner asing, dari Jepang hingga Meksiko. Dibandingkan distrik lain di jantung Hanoi, Tay Ho juga relatif lebih kalem, hening, dan teratur. Saban pagi, banyak pesepeda dan pelari menyusuri jalan yang melingkari West Lake. Sementara di sore hari, danau megah seluas 500 hektare ini disatroni para pemancing dan remaja lokal. Momen paling ramai di sini ialah hari-hari besar keagamaan ketika banyak warga berziarah ke dua situs sakral yang berdiri di bantaran danau, yakni Kuil Phu Tay Ho dan Pagoda Tran Quoc warisan abad ke-6.  

Lobi Oakwood Residence Hanoi, properti pertama Oakwood di Ibu Kota Vietnam. (Foto: Oakwood Residence Hanoi)

Kamar
Dalam dua menara 16 lantai, Oakwood Residence Hanoi menaungi total 262 kamar berkonsep apartemen yang cocok untuk liburan keluarga dan trip berdurasi panjang. (Harga khusus tersedia untuk paket bulanan.) Unit tipe terkecil, studio, luasnya mulai dari 33 meter persegi, sementara unit isi tiga kamar luasnya 128 meter persegi. Tiap unit dilengkapi area makan, mesin cuci, serta dapur dengan peralatan yang cukup lengkap, termasuk kompor, microwave, pemanggang roti, serta mesin peracik kopi. Sementara kamar mandinya dilengkapi produk perawatan tubuh dari Comfort Zone, merek asal Italia yang membuat produk vegan tanpa silikon, paraben, maupun pewarna. Dari balkon kamar yang dipagari dinding kaca, tamu bisa menyaksikan pemandangan West Lake, salah satu danau paling terkenal di Hanoi. Untuk panorama paling megah, opsi akomodasi ideal ialah griya tawang yang bertengger di lantai puncak.

Baca juga:10 Hotel Legendaris di Asia; Checking In: Pullman Maldives Maamutaa

Kolam renang yang menatap West Lake, danau seluas 500 hektare. (Foto: Oakwood Residence Hanoi)

Fasilitas
Di lantai dasar bangunan terdapat sebuah restoran berkapasitas 132 orang yang dilengkapi satu ruang privat dan bertetangga dengan bar. Sementara di lantai atas terhampar fasilitas andalan infinity pool dengan konsep desain yang unik: berada dalam ruangan, dilapisi dinding kaca, serta dipayungi atap yang bisa dibuka dan ditutup untuk memberi akses cahaya dan menyesuaikan suhu air—cocok untuk mereka yang suka berenang sambil melihat langit tapi enggan tersengat cahaya mentari. Area kolam ini juga dilengkapi bar dan berdekatan dengan pusat kebugaran yang kelak menawarkan kelas yoga dan sepeda. Fasilitas lain yang siap menyusul tahun ini ialah kolam yang bersanding dengan taman.

Dang Thai Mai Street 17 Lane 35, Tay Ho, Hanoi, Vietnam; oakwoodasia.com; mulai dari Rp2.600.000.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi April/Juni 2020 (“Rasa Kombinasi”)

13 Tempat Cantik untuk Isolasi Diri

$
0
0

Oleh Cristian Rahadiansyah

Kiri-Kanan: Pramusaji membawakan salad untuk tamu MesaStila, wellness resort di Magelang; tamu resor membuka pagi di kolam renang privat di vila. (Foto: Muhammad Fadli)

MesaStila, Magelang  
Kisah resor ini dimulai pada 2001 saat pasangan asal Italia membeli sebuah perkebunan kopi warisan Belanda, lalu menyulapnya menjadi resor premium Losari Coffee Plantation. Di bawah pemilik baru, Grup Mesa, namanya diubah pada 2011. Kepingan-kepingan dari masa silamnya masih berserakan. Rumah orisinal pemilik kebun masih terawat. Vila-vilanya dirangkai dari potongan rumah Jawa kuno. Pohon-pohon kopi warisan penjajah masih berbuah.  

MesaStila menganut konsep wellness resort. Tamu bisa menemukan lebih dari 40 opsi kegiatan per pekan, mulai dari kelas yoga hingga tur sepeda. Di luar itu, tersedia paket-paket rejuvenasi yang berkhasiat mengatasi beragam masalah, mulai dari insomnia hingga kecanduan mariyuana. Partisipan akan diajak bermeditasi, menikmati spa di hammam, hingga menenggak jus secara berkala. mesastilaresortandspa.com; mulai dari Rp1.245.000.

Kiri-Kanan: Bungalo Kalimaya Dive Resort ditata menatap Selat Sape yang memisahkan Sumbawa dan Flores; usai menyelam, sepasang turis menikmati waktu di kolam renang di tepi area makan. (Foto: Nyimas Laula)

Kalimaya Dive Resort, Bima
Kecuali ajang pacuan kuda, Bima tak menawarkan banyak alasan untuk dikunjungi. Justru sebaliknya, kabupaten ini menyodorkan beragam alasan untuk tidak dikunjungi. Namanya sempat ditulis dengan tinta merah lantaran menjadi wadah gembong teroris Santoso merangkul pengikut. Dalam hal pengentasan kemiskinan, tempat ini menjadi sorotan karena hampir separuh desanya masuk kategori tertinggal. Akan tetapi, di balik citranya yang suram, Bima ternyata menyimpan aset wisata yang mumpuni: alam bawah laut yang memukau. Atas alasan itulah Kalimaya hadir di sini pada Oktober 2016.

Kalimaya berlokasi di tepi Selat Sape yang memisahkan Sumbawa dan Flores. Resor ini menampung tujuh bungalo. Tiap unitnya dirangkai dari kayu jati dan mahoni, dipayungi ilalang, dihubungkan jalan setapak yang dilapisi bata. Listrik menyala nonstop. Air tawar hangat mengalir dari shower. Satu-satunya yang absen hanyalah televisi, perangkat yang mungkin tak dibutuhkan tamu mengingat tontonan dari balkon bungalo sudah cukup menghibur: laut pirus, Gili Banta, dan Pulau Komodo di kejauhan. kalimayadiveresort.com; mulai dari $16.000.000 untuk tiga malam.

Kiri-Kanan: Tamu berpose di salah satu pintu utama Kaba Kaba Estate, kompleks vila privat berisi delapan kamar tidur; kolam renang utama dan area bersantai. (Foto: Irene Iskandar)

Kaba Kaba Estate, Bali
Vila privat ini punya banyak fitur yang sulit disaingi: infinity pool sepanjang 25 meter, bar yang menatap gunung, balkon yang menghadap sawah, dua plunge pool, enam bathtub, pusat kebugaran, bioskop mini bergaya Maroko, toiletries merek Malin+Goetz, serta lapangan tenis berstandar internasional. Tapi bukan itu semua yang membuatnya istimewa. Magnet sebenarnya properti ini ialah koleksi seninya yang impresif.

Kaba Kaba Estate ibarat produk kawin silang antara galeri dan hotel. Membuka gerbang vila, tamu disambut sepasang arca tua asal Rajasthan. Di depan bar terpajang singgasana biksu Burma dari abad ke-19. Di dekat kolam terpasang karya evokatif dari Entang Wiharso. Menyusuri interiornya, kita juga bisa menemukan instalasi Binatang Jalang dari Agapetus Kristiandana, patung perunggu Ode to Motherland buatan Cai Zhi Song, serta lukisan Go Beyond karya Arthur John E. Harrow. Kaba Kaba Estate menampung delapan kamar tidur, dan tamu mesti memesan minimum lima kamar sekaligus per malam. kabakabaestate.com; mulai dari Rp26.000.000.

Kolam renang yang menatap samudra di Lelewatu, salah satu resor pendatang baru di Sumba Barat. (Foto: Lelewatu)

Lelewatu, Sumba
Resor ini bersemayam di pesisir Sumba Barat, kawasan yang digemari turis berkat keindahan alam dan ritusnya, termasuk ajang tahunan “perang kavaleri” Pasola. Di lahan 10 hektare yang menatap Samudra Hindia, Lelewatu menaungi 27 vila berisi satu hingga empat kamar tidur. Desainnya terinspirasi uma mbatangu, rumah vernakular khas Sumba. Seluruh vila dilayani butler, dilengkapi TV 42 inci, dihiasi ornamen tenun lokal. Galibnya penginapan di Sumba, Lelewatu menawarkan aktivitas berkuda, trekking, dan tur budaya.

Kendati berstatus pendatang baru, Lelewatu sebenarnya digarap oleh pemain lama di industri perhotelan. Pemiliknya, Jenny Tan, mengelola sejumlah properti di Bali, termasuk Sense Sunset Seminyak. Desain Lelewatu juga ditangani oleh duet arsitek yang sudah berpengalaman: Popo Danes, otak di balik keindahan Hanging Gardens dan Kaba Kaba Estate. lelewatu.com; mulai dari Rp4.680.000.

Kiri-kanan: Area makan terbuka di Arumdalu, resor yang muncul seiring meroketnya pamor Belitung sebagai destinasi wisata; tamu resor menikmati sesi santai di pantai yang ditaburi batu. (Foto: Evan Praditya)

Arumdalu, Belitung
Awalnya tersohor lewat novel tentang bocah-bocah rudin yang haus pendidikan, Belitung merekah jadi destinasi liburan yang giat memikat turis. Hotel dan resor bermunculan di sini, salah satunya Arumdalu, properti termahal di Belitung saat ini.

Arumdalu menyempil di sudut sepi Kecamatan Membalong, 70 kilometer dari pusat kota. Untuk menjangkaunya, kita mesti berkendara sejam ke arah selatan pulau. Resor ini adalah suaka yang ideal untuk menikmati privasi. Di lahan seluas 45 hektare, Arumdalu menaungi hanya 10 vila berdesain kontemporer yang masing-masingnya dihubungkan oleh jalan setapak. Tiap vila dirancang terbuka, hingga memudahkan tamu menyerap pemandangan. arumdalubelitung.com; mulai dari Rp7.500.000.  

Kiri-Kanan: Area di tepi kolam renang yang menatap pegunungan di Ijen Resort & Villas, Banyuwangi; salah satu bungalo di resor. (Foto: Johannes P. Christo)

Ijen Resort & Villas, Banyuwangi
Resor ini bersemayam di Desa Kluncing, permukiman guyub yang berjarak sekitar satu jam berkendara dari kaki Gunung Ijen. Rute untuk menjangkaunya cukup merepotkan. Walau sudah berdiri lebih dari dua dekade, resor ini hanya bisa diakses lewat jalan makadam yang diselingi paving block. Itu pun jika kita bisa menemukannya. Jalan ini masih raib dari Google Map.   

Melihat lanskapnya, Ijen Resort mungkin mengingatkan kita pada resor-resor di pedalaman Ubud. (Pihak pemilik awalnya memang berniat mendirikan resor di Ubud, tapi kemudian memindahkan investasinya.) Di lahan lapang yang rindang, kompleks ini menaungi 45 kamar yang disebar dalam bangunan dua tingkat, plus bungalo berisi satu hingga tiga kamar. Semuanya ditata menatap sawah sengkedan dan gunung. ijenresortandvillas.com; mulai dari Rp1.350.000.  

Sasmaya Villa berdiri anggun di antara pepohonan di kompleks Villa Puncak by Plataran. (Foto: Plataran Indonesia)

Villa Puncak by Plataran, Bogor
Mencari vila di Puncak adalah perkara mudah. Hampir setiap belasan meter kita akan menemukan rumah yang disewakan untuk liburan. Tapi jika Anda mendambakan kemewahan premium, Villa Puncak by Plataran punya standar yang sulit disaingi banyak tetangganya. Properti ini mengoleksi empat unit vila yang didesain layaknya rumah tersembunyi. Masing-masingnya dikepung kebun rimbun, dinaungi pepohonan rindang, dimeriahkan suara aliran sungai. Berniat mengutamakan privasi tamu, vila-vilanya dipisah cukup jauh, tidak bersisian layaknya kompleks vila di resor lain.

Untuk liburan keluarga, opsi ideal adalah Grand Narenda Villa, rumah tiga lantai yang menampung antara lain ruang makan, dapur, serta dua kamar tidur. Ketiga vila lainnya, termasuk Anandita yang memakai nama putri sang pemilik Plataran, menampung lima kamar tidur, karena itu hanya cocok untuk rombongan besar. plataran.com; mulai dari Rp3.500.000.

Daftar Negara yang Terapkan Jam Malam Akibat Virus Corona

$
0
0
Potret jalanan kosong di kota Riyadh. (Foto: Mishaal Zahed)

Menyusul jumlah kasus COVID-19 yang telah menembus 1.016.408, beberapa negara di dunia tak hanya memberlakukan isolasi dan melarang turis asing memasuki wilayahnya. Pemerintah bahkan mulai memberlakukan kebijakan lebih keras, yakni dengan menerapkan jam malam guna membatasi pergerakan penduduk untuk menekan penyebaran virus. Berikut sejumlah destinasi yang memberlakukan sistem jam malam:

Arab Saudi
Sejak 23 Maret 2020, Arab Saudi telah memberlakukan jam malam mulai pukul 19:00 hingga 06:00 pagi waktu setempat selama 21 hari ke depan. Seluruh penduduk diminta untuk berada di dalam rumah saat jam malam berlangsung, kecuali jika ada urusan mendesak. Namun, aturan jam malam tidak berlaku bagi seluruh personel militer, awak media, serta seluruh petugas kesehatan dan publik. Selain itu, meskipun mal-mal di Arab Saudi akan ditutup, namun supermarket dan apotek akan tetap dibuka.

Namun, khusus untuk kota Mekah dan Madinah, Arab Saudi baru saja mengumumkan kebijakan yang lebih ketat, yakni memberlakukan jam malam selama 24 jam penuh. Itu artinya, warga tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka, kecuali dalam keadaan darurat atau membeli kebutuhan pokok. Pihak berwenang juga telah menutup Mekah, Madinah, Riyadh, dan Jeddah serta melarang pergerakan antar provinsi.

Arab Saudi juga telah menghentikan seluruh penerbangan internasional, menutup sebagian besar tempat-tempat umum, menangguhkan ibadah umrah sepanjang tahun ini, dan meminta umat Islam seluruh dunia untuk menunda ibadah haji.

Balon udara yang ada di Cappadocia, Turki. (Foto: Daniil Vnoutchkov)

Negara di Timur Tengah
Guna mencegah penularan virus corona, beberapa negara di Timur Tengah juga memberlakukan kebijakan serupa, mulai dari Turki, Libya, Aljazair, Kuwait, Pakistan, Sudan, Yordania, dan Tunisia. Namun, durasi jam malam yang diberlakukan di tiap negara berbeda-beda. Rata-rata menerapkan larangan keluar pada jam malam selama delapan hingga 12 jam. Waktu dimulainya juga berbeda di tiap negara.

Kuwait memberlakukan aturan jam malam sejak pukul 17:00 hingga 04:00 waktu setempat. Jika melanggar aturan jam malam akan dijatuhi hukuman hingga tiga tahun penjara atau dikenakan denda mencapai Rp526 juta. Sedangkan, Sudan baru menerapkan kebijakan jam malam mulai pukul 20:00 hingga 06:00. Sementara itu, Turki sejauh ini baru memberlakukan larangan keluar rumah bagi penduduknya yang berusia di atas 65 tahun dan yang memiliki penyakit kronis. Mereka juga dilarang menggunakan transportasi umum.

Prancis
Prancis memutuskan untuk menerapkan jam malam di beberapa wilayah, dan memperketat aturan jam malam di beberapa kota seperti Nice dan Montpellier.

Paraguay dan Chili
Paraguay menerapkan kebijakan serupa di seluruh negeri yang dimulai pukul 20:00 hingga 04:00. Sementara, aturan jam malam di Chili berlaku mulai pukul 22:00 hingga 05:00 waktu setempat.

Baca juga: Daftar Destinasi yang Diisolasi Akibat Wabah Virus Corona; Indonesia Larang Turis Asing Masuk

Taj Mahal, tempat wisata populer di India. (Foto: Sylwia Bartyzel)

India
India juga memberlakukan aturan jam malam mulai pukul 21:00 hingga 07:00 waktu setempat. Selain itu, masyarakat India juag dilarang melakukan acara kumpul-kumpul dalam jumlah besar. Bisnis-bisnis yang dianggap tidak esensial diminta tutup sementara oleh pemerintah.

Filipina
Setelah resmi melaksanakan lockdown, Filipina juga menerapkan jam malam pada pukul 20:00 malam hingga 07:00 pagi. Perkantoran pun diminta untuk mengatur ulang jadwal kerja pegawai.

Wat Arun yang dipotret dari atas perahu yang berlayar di sungai Chao Phraya, Thailand. (Foto: Robson Hatsukami Morgan)

Thailand
Pemerintah Thailand memberlakukan jam malam mulai 3 April pukul 10 malam hingga Sabtu pukul empat pagi waktu setempat sebagai upaya mengurangi penularan virus corona. Jam malam tak berlaku pada transportasi untuk pasokan medis, orang-orang yang masuk karantina, pasien, dan petugas kesehatan. Sampai saat ini, Thailand sudah memberlakukan sekolah di rumah bagi pelajar dan kerja dari rumah untuk para karyawan. Mereka yang mengikuti kegiatan ini bakal mendapatkan data internet gratis.

6 Tempat Menonton Jazz di Bali

$
0
0

Zibiru
Restoran yang dirintis pada 2012 ini menghidangkan aneka menu Italia racikan koki Luigi Calcagno. Tiap Rabu, Jumat, dan Sabtu, tawarannya bertambah dengan hadirnya beragam musisi jazz lokal dan asing seperti Icang Rahimy, Antoine Tourneville, dan Jeko Fauzy. Jl. Drupadi 7, Seminyak; zibiru.com.

Rumah Sanur
Salah satu ruang kreatif paling aktif di Bali, Rumah Sanur memiliki program Jazz Under the Tree yang bergulir tiap Selasa malam dan terbuka gratis. Musisinya rutin berganti tiap episodenya, dan panitia juga membuka kesempatan kolaborasi dengan artis dari aliran lain. Jl. Danau Poso 51A, Sanur; rumahsanur.com.

Mostly Jazz Brew
Kedai kopi sederhana di sentra turis Sanur ini diasuh oleh Indra Lesmana dan Griya Santrian. Selain acara reguler Acoustic Monday, program andalannya ialah sesi jam session saban Jumat malam, di mana Indra kerap menyempatkan tampil berkolaborasi dengan musisi tamu. Jl. Danau Tamblingan 47A, Sanur.

Kiri-Kanan: Jeko Fauzy Trio berpose di selat pentas di Zibiru, Seminyak. (Foto: Zibiru); Suasana Jazz Under the Tree yang digelar gratis Selasa malam di ruang kreatif Rumah Sanur. (Foto: Dodik Cahyendra/Rumah Sanur)

Paris Cat Jazz Club
Paris Cat Jazz Club, yang diluncurkan di Melbourne pada 2006, adalah situs penting dalam skena jazz Australia. Pada 2017, cabang luar negeri pertamanya dilansir di Bali dengan konsep serupa, tapi dengan tambahan fitur rooftop garden yang menyuguhkan panorama sekitar. Jl. Petitenget 5, Kerobokan Kelod.

Ryoshi Seminyak
Restoran Jepang Ryoshi tersebar di enam lokasi di Bali, tapi cabang Seminyak senantiasa tampil paling menonjol (dan meriah) berkat tawarannya yang memikat massa: pentas musik jazz yang rutin melibatkan musisi tersohor. Indra Lesmana, Dewa Budjana, dan Balawan adalah beberapa bintang besar yang pernah mengisi punggungnya. Jl. Raya Seminyak 17, Seminyak; ryoshibali.com.

Laughing Buddha
Di luar pergelaran Ubud Village Jazz Festival, musik jazz bisa dinikmati di sejumlah tempat di Ubud, salah satunya Laughing Buddha. Kompleks ini terdiri dari restoran, bar, serta ruang pentas yang rutin menggelar pertunjukan dari Senin hingga Jumat. Selain jazz, tamu bisa menikmati nomor-nomor blues dan Latin. Jl. Monkey Forest, Ubud; laughingbuddhabali.com.

Hotel Paling ‘Sehat’ di Bangkok

$
0
0

Oleh Cristian Rahadiansyah

Kamar-kamarnya bisa disulap jadi studio yoga. Di dekat kasur tergeletak sebuah exercise ball, sementara di lemari ada resistance band, foam roller, serta yoga mat. Dengan bantuan perangkat teknologi, kamar juga mampu meningkatkan kualitas tidur. Tamu bisa menyetel kelembutan matras lewat remote YouBed, lalu memutar komposisi zen atau suara ombak dari perangkat terapi telinga iHome. Andaikan insomnia masih menyergap, Anda bisa mencoba mengganti bantal. Ada 10 model yang bisa dipilih, dari lateks hingga bulu angsa.

Mövenpick BDMS Wellness Resort Bangkok, properti yang diresmikan Juni 2019, menawarkan konsep liburan sehat di jantung Bangkok. Ini merupakan hotel Mövenpick ketiga di Ibu Kota Thailand, tapi yang pertama di Asia Tenggara dengan konsep wellness resort. Tawaran yang unik tentu saja, mengingat Mövenpick justru tersohor akan kelezatan “dosa duniawinya”: aneka es krim dan cokelat.

Kiri-Kanan: Quinoa pomelo salad, salah satu menu sehat di resor (Foto: Mövenpick); interior restoran Tamarind. (Foto: Irene Barlian)

Resor urban ini menempati kompleks bertitimangsa 1983 yang awalnya dihuni Hilton. Khas hotel lawas, kamarnya lapang, plafonnya rendah, dan posturnya pendek, hanya lima lantai. Warisan dari masa silamnya pula, arsitekturnya bergaya brutalism. Sosoknya terlihat janggal di distrik bisnis Lumphini yang ditaburi gedung kaca semampai.

Kontras dari eksteriornya yang bernuansa tempo dulu, interior hotel tampil muda. Sebelum dikelola Mövenpick, rahim gedung ini dipermak ulang selama dua tahun oleh firma Leo Design. Nuansa hotel bisnis yang formal kini berpadu dengan sentuhan kriya khas Thailand dan ruang hijau yang rindang. Di sisi belakang hotel terhampar sepetak hutan mini dan kolam kecil yang, anehnya, terpampang di Google Map, mungkin karena properti ini sudah eksis jauh sebelum Bangkok ditaburi hotel.

Rim Klong Café, tempat di tepi kanal yang menjajakan es krim dan cokelat khas Mövenpick. (Foto: Mövenpick)

Selain di kamar, konsep wellness juga menonjol di bidang kuliner. Semua menu dilengkapi info kalori dan bahannya. Di restoran Tamarind misalnya, tersedia free-range chicken satay dan chocolate flourless cake. Tamu juga bisa menemukan opsi vegetarian dan gluten-free, kadang dibubuhi label seputar khasiatnya, umpamanya brain health dan anti-ageing. Di sini, makan seakan bersinonim dengan terapi.

Baca juga: Hotel Rasa Kerajaan Majapahit di Nusa Dua

“Yang penting ialah menemukan bahan dapur yang bebas materi kimia atau suntikan hormon,” jelas Bruno Huber, General Manager, “sebab konsep makanan sehat terkait erat dengan sumber bahan masaknya.” Atas pertimbangan itu pula, Bruno sejak September 2019 menyewa konsultan nutrisi Gabi Kurz, patron German Obesity Association. Bersama tim dapur hotel, Gabi menyeleksi bahan masak dan merancang menu dengan kepekaan ekstra pada kualitas kesehatan. Darinya pula lahir kreasi atraktif “healthy shot,” yakni jus oplosan dalam gelas tequila yang disuguhkan gratis saban pagi.

Konsep wellness resort berangkat dari kebutuhan pasar. Banyak orang kini menaruh perhatian lebih pada keseimbangan nutrisi. Selain dibutuhkan, properti semacam ini punya prospek yang menjanjikan. Banyak anak kini mengidap alergi, karena itu perlu penginapan yang memahami pantangan makan. Segmen inilah yang ingin ditangkap oleh wellness resort semacam Mövenpick BDMS. Kendati begitu, di antara para pesaingnya, hotel ini punya satu aset tambahan yang membuatnya menonjol: BDMS Wellness Clinic.

Kiri-Kanan: Area lobi Mövenpick BDMS Wellness Resort Bangkok; fasad bangunan masih melestarikan arsitektur warisan 1983. (Foto: Irene Barlian)

Mövenpick BDMS dan BDMS Wellness Clinic bertetangga di satu kompleks dan bernaung di bawah pemilik yang sama—Bangkok Dusit Medical Services. Berniat saling melengkapi, manajemen hotel menerjemahkan wellness dalam format digestif, sementara pihak klinik memakai pendekatan diagnostik.

Beberapa layanan BDMS Wellness Clinic terbilang langka, bahkan untuk standar internasional. Contohnya Tailor-Made Supplement, yakni peracikan suplemen yang disesuaikan dengan profil biologis pasien, termasuk jenis darah dan hormonnya. Jika ditemukan cedera otot atau tulang, maka pasien akan dirujuk terlebih dahulu ke Jirí Dvorák, mantan Chief Medical Officer FIFA. “Berbeda dari suplemen di apotek yang bersifat massal, di sini suplemen diramu di laboratorium berdasarkan kebutuhan spesifik orang per orang,” jelas Sunisa Thawornwongsakul, staf komunikasi klinik.

Contoh layanan lainnya ialah Smile Design, sebuah solusi untuk meningkatkan kualitas senyum. Pasien awalnya dibawa ke studio foto untuk memeragakan senyum terbaiknya, lalu dokter akan menganalisis bagian bibir atau gigi yang perlu dimodifikasi. Setelah sepakat dengan rekomendasi dokter, pasien digiring ke ruang perawatan yang dilengkapi pemijat elektrik dan monitor yang terkoneksi ke Netflix. Jika hanya butuh scaling, biayanya mulai dari 1.500 baht (Rp700.000). Khusus whitening, ongkosnya Rp4,5 juta, dengan asumsi harga promo Desember silam masih berlaku.

Berdiri di kota yang terkenal akan masakan jalanan dan kehidupan malamnya, Mövenpick BDMS seolah menawarkan “kompensasi.” Kembali ke hotel usai pesta, Anda bisa menikmati tubuh bugar dan tidur pulas, lalu mudik dengan senyum semanis Anne Hathaway.

Wireless Road 2, Lumphini, Bangkok, Thailand; movenpick.com; mulai dari Rp1.500.000.

Viewing all 1032 articles
Browse latest View live