Salah satu benteng bagian Tembok Besar Cina di Shandan, Provinsi Gansu.
Bersepeda Menyusuri Tembok Besar Cina Oleh Fan Shi San Menaiki sepeda menyusuri Tembok Besar Cina hingga perbatasan Korea Utara. Ekspedisi 6.500 kilometer yang menuturkan transisi besar sejak era kekaisaran.
Eksperimen Visual: Satu Bingkai, Dua Zaman Oleh Erly Bahsan Memotret perjalanan kota dengan menyandingkan foto tua dan baru. Hasilnya adalah sebuah kontras yang membuat kita berpikir tentang bagaimana realitas dikonstruksi dan sejauh mana zaman bergeser.
Istana presiden di Stepanakert, Ibu Kota Nagorno-Karabakh.
Negara yang Belum Diakui Dunia Oleh Francesco Alesi Nagorno-Karabakh terperangkap pergulatan politik yang tersisa sejak tumbangnya Uni Soviet. Negara ini menyatakan merdeka pada 1991, tapi hingga kini dunia belum mengakui eksistensinya.
Mereka yang Hidup Dalam Benteng Oleh Rosa Panggabean Sebuah penjara bagi sebagian orang, sebuah hunian bagi yang lain. Benteng Pendem, bangunan warisan Belanda di Ambarawa, mengajak kita berpikir ulang tentang definisi rumah.
Tanah longsor pada 1963 memicu eksodus warga Craco. Setelah penghuni terakhirnya hengkang pada 1981, tempat ini pun resmi menyandang status kota hantu.
Operasi Rumah Hantu di Italia Oleh Bruno Zanzottera Proyek Operasi Rumah Hantu di Italia berhasil melacak sekitar 1.500 desa yang terbengkalai akibat bencana alam atau migrasi, lalu perlahan menghilang dari peta. Harapan restorasi kini disandarkan pada uluran uang dari para jutawan.
Balada Kota Jakarta Oleh Rian Afriadi Direkam lewat pendekatan street photography, Jakarta tampil layaknya sebuah kekacauan yang humoris sekaligus sebuah humor tentang kekacauan.
Seorang suku Masai di atas gunung vulkanis Ol Doinyo Lengai di wilayah semi gurun Lembah Rift di sisi utara Tanzania. (Lembah Rift, Tanzania)
Orang di Tikungan Alam Oleh Bruno Zanzottera Di tengah derasnya arus urbanisasi, sejumlah kelompok manusia memilih bertahan di medan ekstrem, di mana hidup berarti perjuangan dan embusan napas adalah berkah yang patut disyukuri setiap detik.
Tari Purba di Tepi Batur Oleh Johannes P. Christo Sekali tiap dua tahun, warga Desa Terunyan menggelar tari tolak bala yang memperlihatkan wajah purba Bali. Tak kalah unik, para penari berkeliaran seraya mencambuk penonton.
Jason McMaster, vokalis grup musik Dangerous Toys.
Festival Musik Rok di Tengah Samudra Oleh Andrea Forlani Ibarat Summer Sonic terapung, Monsters of Rock Cruise menyuguhkan pentas grup-grup cadas di atas kapal pesiar. Kombinasi apik antara konser musik dan petualangan bahari.
Ritus Misterius Pedalaman Sulawesi Oleh Yusuf Wahil Mamasa, dataran tinggi terpencil di Sulawesi Barat, memiliki sebuah ritus purba yang berhasil selamat dari kedatangan agama samawi. Setahun sekali, warganya mengeluarkan jenazah dari liang, meratapi almarhum, lalu menguburnya kembali.
Agar turis tidak terlalu terkonsentrasi di Bali, pemerintah pada 2015 menetapkan 10 Destinasi Prioritas. Isinya: Mandalika, Pulau Morotai, Tanjung Kelayang, Danau Toba, Wakatobi, Borobudur, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Bromo, dan Labuan Bajo. Secara kolektif, mereka kerap disebut “10 Bali Baru.”
Apa kriteria pemilihannya, dan apa dampaknya? Entahlah. Informasinya tidak jelas. Saya sebenarnya setuju dengan beberapa pilihan pemerintah, tapi saya juga punya 10 destinasi prioritas versi saya sendiri. Saya menyusunnya berdasarkan tingkat keunikannya, sesuatu yang sulit atau mustahil ditemukan di tempat lain, dan punya daya tarik bagi wisatawan asing dari negara-negara pemasok turis utama ke Indonesia. Toh pada akhirnya tolok ukur keberhasilan pariwisata Indonesia adalah jumlah wisatawan asing per tahun.
Kiri-Kanan: Dibangun penjajah untuk menghalau musuh, Benteng Belgica kini menjadi aset wisata Banda; Gunung Api, ikon Kepulauan Banda. (Foto: Yoppy Pieter)
Kepulauan Banda, Maluku Kepulauan ini punya tempat penting dalam sejarah globalisasi. Sebelum pertengahan abad ke-19, Banda adalah satu-satunya tempat di dunia yang menumbuhkan pohon pala, komoditas yang memicu pelayaran-pelayaran akbar pertama dari Eropa ke “Timur Jauh.” Bangsa Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris berlomba untuk menguasainya. Atas alasan itu pula, Run, salah satu pulau di Banda, dibarter dengan Manhattan di New York!
Warisan dari masa lalunya, Banda mengoleksi benteng dan bangunan tua bergaya kolonial. Selepas masa perburuan rempah, kepulauan terpencil ini sempat dipakai Belanda sebagai tempat pengasingan tokoh perjuangan, termasuk Bung Hatta dan Sutan Sjahrir, dan rumah peninggalan mereka masih berdiri hingga kini. Di luar sejarahnya, Banda menawarkan alam menakjubkan yang membentang dari puncak Gunung Api yang masih aktif hingga palung terdalam di Laut Banda.
Bukit Lawang, Sumatera Utara Di Borneo, orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) tersebar di Malaysia dan Indonesia. Tapi di Sumatera, orangutan Sumatera (Pongo abelli) secara eksklusif hanya berada di wilayah Indonesia, walau dengan populasi yang jauh lebih sedikit dan berstatus terancam—itu pula sebabnya tempat ini layak mendapat perhatian ekstra.
Salah satu habitat orangutan Sumatera ialah Bukit Lawang, kawasan hutan tropis yang sudah lama terkenal di kalangan turis asing. Untuk menjangkaunya, kita mesti melewati Sungai Bahorok yang berair jernih. Meneruskan trekking, kita akan mendarat di Taman Nasional Gunung Leuser, bagian dari Situs Warisan Dunia. Jika dikelola dengan benar, Bukit Lawang akan menjadi destinasi yang sangat seksi.
Anak Krakatau muncul dari kaldera Krakatau, vulkan yang mengguncang bumi lewat erupsi dahsyat pada 1883. (Foto: R. Heru Hendarto)
Krakatau, Lampung Pada 1883, Nusantara mengguncang dunia, secara harfiah. Letusan Gunung Krakatau merupakan salah satu yang terdahsyat sepanjang sejarah bumi. Daya ledaknya 30.000 kali bom Hiroshima, gelegarnya terdengar hingga Mauritius, serpihan batunya menjangkau India, dan debunya mengubah cuaca dunia selama setahun!
Pada kawasan kaldera Krakatau telah muncul Anak Krakatau yang bertambah tinggi 6,8 meter per tahun. Bila gunung sedang kalem, kita bisa mendakinya hingga ke puncak untuk melihat pemandangan spektakuler. Tapi bila sedang aktif, kita hanya bisa memandang letupannya dari pulau sekitar. Trip ini bisa dibarengi dengan island hopping ke pulau-pulau cantik di Teluk Lampung.
Kiri-Kanan: Seekor kuda di pelataran rumah tradisional Sumba di Desa Tosi; sabana melapisi bukit bergelombang di Mamboro, Sumba Tengah. (Foto: Muhammad Fadli)
Sumba, Nusa Tenggara Timur Bagaikan anomali di zaman modern, Sumba adalah pulau yang setia melestarikan kebudayaan zaman batu. Tradisinya yang paling tersohor ialah Pasola, semacam lomba lempar lembing sambil mengendarai kuda. Sementara desa-desa adatnya ditaburi rumah tradisional beratap tinggi dan kuburan megalitik.
Magnet lain Sumba tentu saja alamnya. Lanskapnya menampilkan bukit-bukit yang mengalun, sabana yang lapang, pantai pasir putih yang dikelilingi tebing, serta danau dan air terjun. Di pesisir selatan, ombak-ombak Sumba telah lama memikat peselancar dunia. Salah satu resor mewah di sini yang membidik peselancar pernah mendapat predikat Hotel Terbaik versi majalah Travel+Leisure hingga membuat Sumba makin dikenal dunia.
Sangiran, Jawa Tengah Ibarat “Jurassic Park” versi Indonesia, Sangiran menawarkan jendela ke masa lalu bumi. Kota yang berjarak 15 kilometer dari Solo ini merupakan tempat ditemukannya fosil Meganthropus palaeo dan Pithecanthropus erectus terbanyak di dunia. Mereka hidup lebih dari sejuta tahun silam dan merupakan kunci penting dalam mempelajari evolusi manusia. Itulah sebabnya situs purbakala Sangiran dinobatkan sebagai anggota Situs Warisan Dunia.
Untuk mengenal kekayaan sejarah Sangiran, kita bisa mengunjungi Museum Purbakala. Isinya sangat menarik, walau museum ini mesti banyak berbenah dalam hal kemasan dan presentasi. Di luar museum, perhatian publik patut diberikan pada problem penggalian dan jual-beli fosil ilegal.
Panorama laut dan pulau yang terlihat dari teras Overwater Bungalow di resor Bawah Reserve, Kepulauan Anambas. (Foto: Agoes Rudianto)
Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau Anambas terdiri dari 256 pulau di mana hanya 26 di antaranya berpenghuni, salah satunya menampung resor mewah milik WNA. Banyak pulaunya dibingkai pantai pasir putih, dipayungi hutan rindang, dikaruniai laguna biru dan air terjun berundak. Menurut saya, Anambas adalah destinasi laut tercantik di barat Indonesia. Pada 2012, CNN menempatkan kepulauan ini dalam daftar Asia’s top five tropical island paradises.
Anambas, bagian dari Provinsi Kepulauan Riau, terapung di antara Semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Setiap akhir minggu, kapal asal Singapura berlayar ke sini untuk diving selama tiga hari. Akses reguler lain ialah via Batam atau Bintan dengan menaiki kapal cepat atau pesawat ke Letung.
Maumere, Nusa Tenggara Timur Maumere bukan hanya kota terbesar di Flores, tapi mungkin juga kota yang paling menarik di NTT. Atraksi utamanya: menziarahi Patung Bunda Maria Segala Bangsa setinggi 28 meter, memandang matahari terbenam dari Bukit Salib, serta mengagumi arsitektur Gereja Tua Sikka yang dibangun pada 1873.
Khazanah budaya Maumere juga menarik, termasuk kain tenun dan tarian lokal. Sementara di Teluk Maumere terserak 19 pulau yang siap dijelajahi, dengan bonus menonton kawanan lumba-lumba setiap pagi. Maumere juga bisa dijadikan basis untuk menjangkau banyak objek wisata di interior Flores, salah satunya Gunung Kelimutu yang menyuguhkan kawah tiga warna.
Kiri-Kanan: Beberapa pulau karst di Penemu, Raja Ampat; Seekor cenderawasih membuka pagi di belantara Pulau Gam, Raja Ampat. (Foto: Muhammad Fadli)
Raja Ampat, Papua Barat Memiliki 75 persen spesies laut dunia, Raja Ampat jelas digemari banyak penyelam. Tapi keindahan tempat ini sebenarnya tak cuma tersaji di bawah lautnya. Mengarungi perairannya, kita bisa menyaksikan gugusan bukit hijau, laut pirus, pasir putih halus, dan formasi karst yang atraktif. Di beberapa pulau, kita juga bisa trekking melacak burung cenderawasih.
Pariwisata Raja Ampat saat ini terpusat di Waisai, Pulau Waigeo. Daerah tetangga yang mulai berkembang ialah Misool, terutama semenjak kehadiran resor mewah milik asing. Tantangan Raja Ampat kini ialah manajemen lingkungan. Resor terus bermunculan dan kapal penyelam terus bertambah.
Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur Atraksinya utamanya ialah berenang bersama ubur-ubur tanpa sengat—pengalaman ajaib yang hanya ditawarkan beberapa tempat di dunia. Selain itu, Kepulauan Derawan memiliki pantai dengan air turkuois, plus pondok-pondok penginapan di air dangkal, karena itu kadang dicap “Maladewa versi Indonesia.” Menyelam lautnya lebih dalam, kita bisa menemukan penyu, manta ray, barakuda, dan hiu paus.
Lima tahun lagi, Derawan mungkin akan menjadi tujuan liburan favorit presiden dan para menteri, berhubung inilah destinasi terkenal paling dekat dari kawasan ibu kota baru di Kalimantan Timur. Semoga saat itu bandara yang sudah diresmikan di Pulau Maratua mulai melayani penerbangan reguler.
Kiri-Kanan: Turis menyaksikan patung tau-tau di makam tebing Lemo, Tana Toraja; gereja di tengah persawahan Kecamatan Sa’dan, Toraja Utara. (Foto: Suryo Wibowo)
Tana Toraja, Sulawesi Selatan Dalam daftar “destinasi wisata ekstrem” internasional, Toraja punya reputasi yang disegani. Tak banyak tempat di dunia di mana magnet utamanya ialah tradisi kematian. Di Toraja, upacara kematian sangatlah mahal, karena melibatkan penyembelihan banyak kerbau, kadang hingga ratusan ekor. Selepas upacara, jenazah dikubur di tebing batu, lalu sebuah patung yang menyerupai almarhum dipajang. Tak kalah horor ialah gugusan batu menhir dan kuburan bayi di pohon.
Di luar tradisi kematian, Toraja menawarkan alam dataran tinggi yang elok, rumah-rumah adat dengan dekorasi rumit, kopi Toraja yang mendunia, Desa Lolai yang seolah bertengger di atas awan, serta patung Yesus terjangkung sejagat, mengalahkan Cristo Redentor di Brasil.
Trinity Trinity sudah menulis 15 buku travel, termasuk seri The Naked Traveler dan komik Duo Hippo Dinamis. Dua bukunya telah diadaptasi ke layar lebar dalam dua film yang dibintangi oleh Maudy Ayunda: Trinity, The Nekad Traveler dan Trinity Traveler. naked-traveler.com
Seiring tumbuhnya kesadaran akan gaya hidup sehat, banyak restoran memberi perhatian ekstra pada keseimbangan nutrisi. Kini, akibat wabah Covid-19, dorongan beralih ke makanan sehat pun kian kuat. Tapi apa sebenarnya definisi “makanan sehat”?
Pelaku industri telah merumuskan banyak terminologi untuk menjelaskan khasiat tiap bahan atau menu. Tak semua mudah dipahami. Beberapa terdengar rumit, sebagian mirip jargon pemasaran semata. Itulah sebabnya, setidaknya di beberapa negara maju, klaim “sehat” mesti didukung oleh bukti sertifikat, sementara di Indonesia Anda kerap hanya bisa bertanya dan pasrah pada jawaban si penjual. Berikut glosarium dasar makanan sehat sebagai bekal referensi sebelum bertanya:
All-Natural= Bebas bahan artifisial atau pengawet, atau setidaknya bahan tidak dimasak. Penting diingat, tidak otomatis makanan all-natural bagus untuk tubuh, misalnya “all-natural ice cream.”
Antioxidant= Molekul yang bertugas memperlambat molekul lain mengalami proses oksidasi, yakni reaksi kimia yang merusak sel.
BPA-Free= Bebas dari BPA (Bisphenol A), yakni bahan kimia yang dipakai dalam pembuatan plastik dan resin—lazim dipakai dalam lapisan interior kemasan makanan.
Bulletproof Coffee= Kopi kaya kalori pengganti sarapan, berisi antara lain unsalted butter dan MCT Oil. Kopi ini diciptakan oleh pendiri Bulletproof Diet.
Cage-Free Chicken= Ayam yang tidak dikurung di kandang. Hampir mirip, free-range chicken artinya ayam yang hidup bebas di area lapang, walau bukan berarti bisa kelayapan semaunya.
Energy Boosting= Bahan yang memberikan energi pada tubuh—jargon pemasaran untuk membuat makanan lebih atraktif. Pisang dan kopi juga bisa masuk kategori energy boosting.
Ethical Farming= Mirip istilah “human farming,” yakni peternakan yang memperlakukan ternak secara etis, contoh: memberikan area berkeliaran, air minum bersih, dan makanan natural.
Fresh Local Produce= Bahan masak segar dari petani sekitar. Apa definisi “sekitar”? Beberapa negara membakukan kriteria jarak dari pasar, contoh: Di Amerika, 600 kilometer, setara Jakarta-Madiun.
Fruit-Flavored= Mengandung rasa buah, walau bukan berarti mengandung buah-buahan. Orange soda tidak otomatis diperas dari jeruk.
Functional Food= Makanan dengan fungsi spesifik untuk kesehatan. Label ini biasanya dipakai sebagai antonim dari fast food.
Gluten-Free= Bebas dari gluten, yakni protein dari biji-bijian (terutama gandum) yang lazim dipakai untuk membuat roti bertekstur sintal dan ringan. Gluten kadang digantikan pati jagung atau kentang yang tidak berarti lebih sehat.
GMO-Free= Bebas dari Genetically Modified Organisms, yakni organisme hasil modifikasi laboratorium yang berkhasiat mencegah makanan basi atau berjamur.
Grass-Fed Cow= Sapi yang sepenuhnya hanya menyantap rumput, bukan jagung, kedelai, pakan hormon atau steroid, dan pastinya bukan “sapi glongongan.”
Low-Carb= Rendah karbohidrat, biasanya dipakai oleh penjual junk food untuk memberi kesan “sehat.” Tapi belum ada kesepakatan soal definisi “low.”
Multigrain= Mengandung beragam biji-bijian, jagung, dan gandum. Tiap bahan punya khasiat dan dampak berbeda pada tubuh, artinya multigrain tidak selalu bermakna lebih sehat.
Sugar-Free= Bebas gula, walau kadang arti sebenarnya ialah bebas gula tebu, dengan kata lain belum tentu steril dari bahan pemanis lain.
Sun-Kissed Fruit= Buah dari tanaman yang tumbuh di bawah siraman sinar matahari, bukan rumah kaca dengan cahaya artifisial.
Superfood= Makanan sarat nutrisi. Ini jargon bombastis multi-tafsir dengan basis sains yang longgar. Apel dan bayem juga bisa tergolong superfood.
Trans Fat-Free= Bebas trans fat (hydrogenated oil), yakni lemak yang membuat minyak menjadi solid dalam temperatur ruangan (dipakai misalnya untuk berondong jagung kemasan).
Wild-Caught Fish= Ikan yang ditangkap di alam liar, bukan hasil budidaya di kolam atau empang. Terminologi serupa bisa diaplikasikan untuk hewan lain, misalnya burung.
Duolingo Platform yang dimodali oleh Ashton Kutcher ini menawarkan kursus 85 bahasa dengan pilihan 23 bahasa pengantar, termasuk Indonesia. Dua koleksi terbarunya ialah bahasa Hawaii dan Indian Navajo. Agar proses kursus menyenangkan, Duolingo menyediakan semacam kuis tes bahasa dengan ganjaran berupa koin virtual. duolingo.com
Babbel Perusahaan yang didirikan pada 2007 ini juga memberi kursus daring, tapi dengan metode yang lebih intensif dan luwes dimodifikasi mengikuti kemampuan pesertanya. Keunggulan lainnya ialah fitur saluran dialog interaktif bersama native speaker dan speech recognition technology. Babbel menawarkan 14 bahasa, dari Spanyol hingga Polandia. babbel.com
Busuu Namanya dipetik dari rumpun bahasa Kamerun yang hampir punah, dan fakta inilah yang melatari misi Busuu: menjaga bahasa daerah tetap hidup. Platform ini menyediakan kursus daring 12 bahasa kepada 90 juta pengguna. Sejak 2015, melalui kemitraan dengan lembaga McGraw-Hill Education, mereka memberikan sertifikat kepada para peserta kursus. busuu.com
HelloTalk Jika lebih suka belajar bahasa dengan langsung mengobrol, HelloTalk menawarkan layanan berbicara dengan banyak orang asing. Meski timnya berbasis di Hong Kong dan Shenzhen, perusahaan aplikasi ini bisa dibilang lebih mirip ruang rumpi daring berisi 10 juta anggota yang berbicara dengan lebih dari 100 bahasa. hellotalk.com
HiNative Jika sungkan langsung nimbrung dengan banyak orang, HiNative melayani sesi tanya jawab privat dengan orang asing dalam bahasa asing. Anda bisa bertanya, misalnya, “bedanya calamares dan chipirones?” termasuk memastikan akurasi pelafalannya. hinative.com
TripLingo Dirancang bagi kaum pengelana, TripLingo membantu pengguna memahami beragam basantara, frasa, bahkan istilah prokem di lokasi tujuan. Jika masih bingung, pengguna bisa memanfaatkan mesin penerjemah suara dalam 19 bahasa, atau menyewa penerjemah versi manusia dengan tarif $3 per menit. triplingo.com
BASAbali Tak cuma berkampanye agar orang Bali melestarikan bahasanya, BASAbali mengajak khalayak luas mempelajari bahasa Bali—alternatif solusi jika Anda berniat menetap atau membuka bisnis di Bali. Perangkat lunaknya disediakan gratis bagi sekolah dan lembaga nirlaba, sementara publik umum bisa mengunduhnya dengan biaya $25. basabali.org
AGUSTINUS WIBOWO Mantan jurnalis di Afghanistan ini sudah menulis tiga buku: Selimut Debu: Impian dan Kebanggaan dari Negeri Perang Afghanistan (2010), Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah (2011), dan Titik Nol: Sebuah Makna Perjalanan (2013). Dia kini menggarap buku tentang nasionalisme Nusantara. agustinuswibowo.com
Selain sulit bepergian, dampak terbesar pandemi? Kesulitan berkomunikasi dengan orang, dan hidup menjadi penuh kecurigaan. Saya pernah menghadapi epidemi SARS di Beijing pada 2003, dan harus hidup dalam karantina kota selama berbulan-bulan. Pandemi Covid-19 seperti membangkitkan memori itu: hidup dibayangi kecemasan. Kita dicurigai sebagai pembawa virus, sekaligus waspada terhadap orang yang kita jumpai. Dampak psikologis ini cukup besar dalam memengaruhi pola interaksi.
Aktivitas favorit selama isolasi? Membaca buku, menulis, meditasi, menikmati koleksi prangko, berkontak kembali secara virtual dengan kawan-kawan lama di berbagai penjuru dunia.
Jika ada, sisi positif dari bencana virus? Punya lebih banyak waktu untuk mengenali diri sendiri, mendekatkan diri dengan orang-orang terdekat di rumah, serta merenungkan makna hidup. Pandemi ini juga membuat orang jadi lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Secara global, pandemi ini mengurangi emisi karbon, dan dunia lebih damai karena orang-orang lebih sibuk menghindari virus daripada bertikai.
Secara personal, hikmah yang kamu petik? Membuat saya menjadi lebih dekat dengan orang-orang terkasih dalam hidup. Saya juga semakin menghargai waktu dan kesehatan, serta menggunakan setiap waktu yang ada dengan sebaik-baiknya untuk tujuan besar. Kita tidak pernah tahu kapan takdir kematian akan datang.
Dunia berulang kali menderita wabah virus. Traveling jadi lebih menakutkan? Untuk jangka pendek tentu masih ada trauma, tetapi tidak untuk jangka panjang. Saya ingat pada 2003 begitu kota Beijing dibebaskan dari karantina SARS, saya langsung mengambil kereta pertama menuju Xinjiang, lalu ke Pakistan dan Afghanistan yang kala itu dicekam ketakutan lainnya—perang dan terorisme—dan saya baik-baik saja. Setelah setahun atau dua tahun pasca-SARS, hampir semua orang sudah melupakan trauma. Dunia perjalanan selalu dicekam berbagai risiko, mulai dari keracunan makanan, kecelakaan lalu lintas, kriminalitas, sampai terorisme, tetapi semua itu tidak menghalangi orang bepergian. Selepas Covid-19, tata cara orang bepergian akan berbeda, tetapi setelah badai ini benar-benar berlalu, orang akan bepergian lagi secara normal.
Selepas pandemi, sejauh mana dunia akan berubah? Wabah ini akan mengubah tingkat kemudahan orang dalam bepergian keluar negeri. Negara-negara akan mempertimbangkan faktor apakah seorang pengunjung asing potensial membawa penyakit atau tidak, serta bagaimana kemampuan negara asalnya dalam menangani wabah. Mungkin kelak kita perlu menunjukkan surat keterangan vaksinasi corona, sebagaimana surat vaksinasi yellow fever. Pandemi juga membuat negara-negara terpaksa harus bekerja sama lebih erat dalam menghadapi bencana universal, yang pada akhirnya justru berperan positif dalam mendorong perdamaian dunia.
Jika pintu travel sudah dibuka, destinasi pertama yang akan dikunjungi? Italia. Saya sedari dulu ingin mempelajari sejarah Romawi. Sekarang saya tertarik untuk melihat bagaimana kehidupan di Italia pasca-pandemi.
Oleh Tonggo Simangunsong Foto oleh Albert Ivan Damanik
Medan tak punya kebun kopi,” kata Suyanto Husein, “tapi kota ini sudah menjadi poros kopi Sumatera sejak 1800-an.”
Saya menemui Suyanto di Cerita Kopi, sebuah kedai di Medan yang dikelola oleh AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) cabang Sumatera Utara dan berperan layaknya “rumah kedua” bagi para anggota asosiasi senior ini. Suyanto jugalah seorang veteran di jagat perdagangan kopi. Terjun ke bisnis emas hitam sejak 1980-an, dia pernah memimpin perusahaan eksportir kopi Gunung Lintong dan menjabat Ketua AEKI.
Ditemani kopi panas, Suyanto mulai menuturkan sejarah kopi Mandailing, komoditas tersohor asal Sumut. Alkisah, pada abad ke-19, Belanda mulai menanam kopi di dataran tinggi Danau Toba, bagian dari Keresidenan Tapanuli yang beribukota Sibolga. Dari Toba, kebun kopi ini kemudian menyebar ke wilayah Dairi, Sipirok, Lintong Ni Huta, hingga Mandailing Natal. Mengandalkan sistem tanam paksa, Belanda menyulap Sumut menjadi salah satu lumbung kopi Nusantara.
Kopi Mandailing muncul dari latar itu, namun dengan sejarah yang berkelok janggal. Pada mulanya, namanya berarti “kopi asal Mandailing,” tapi komoditas ini lalu berkembang jadi semacam “merek generik” yang mewakili seluruh kopi asal Tapanuli, terlepas di mana kebun sebenarnya berlokasi.
“Saya masih ingat pada awal-awal 1980-an ketika Henry dari Nomura Jepang ingin mengirim kopi ke Jepang, dia menamainya kopi Mandailing meski kopinya berasal dari Lintong dan Sipirok,” kenang Suyanto. Ironisnya, perkebunan kopi di Mandailing kini sudah jauh meninggalkan masa jayanya.
Usai menyimak kisah kopi Mandailing, saya meluncur ke Kabupaten Simalungun untuk mengenal kopi lain khas Sumut yang berhasil menjala pasar internasional. Usai menaiki bus selama hampir empat jam, saya mendarat di Desa Sinaman II, Kecamatan Pematang Sidamanik. Di sini, saya menemui Ludi Antoni Damanik, petani kopi yang juga Ketua Koperasi Produsen Sumatera Arabica Simalungun.
Kiri-Kanan: Seorang pekerja pengolahan biji di Rumah Produksi Saabas, Pamatang Sidamanik; Aneka kopi hasil racikan Agunarta Manik, barista Saabas.
Toni menyandarkan hidupnya pada kopi Simalungun. Bersama istrinya, dia mengelola perkebunan kopi dan bisnis pemrosesan biji kopi. Saya bertamu ke rumahnya dan mencicipi hasil keringatnya. Di pojok ruang tamu terdapat mesin espresso dan berbagai alat seduh seperti gilingan biji, cerek leher angsa, dan V60 dripper. Beberapa menit berselang, secangkir double espresso terhidang di hadapan saya.
Kata Toni, perkebunan kopi di Simalungun berlangsung sejak zaman kakeknya, sekitar 1907. Pamor kopi ini sempat tenggelam setelah Nederlandsche Handel-Maatschappi membuka perkebunan teh di Sidamanik pada 1917 dan menggeser citra daerah ini sebagai produsen teh. “Sebenarnya, sebelumnya sudah ada kopi. Cuma tak seluas di daerah lain,” katanya.
Warga sekitar awalnya fokus menggarap varietas robusta, tapi seiring meningkatnya harga arabika pada awal 1990-an, mereka pun beralih. Pada 2013, grafik dagang kian membaik setelah para petani membentuk koperasi. Mereka mengedukasi pasar, memperbaiki pola budi daya, serta memperkuat posisi tawar dengan pembeli. “Dari semula hanya bisa [menghasilkan] sekitar satu kilogram per pohon, belakangan sudah bisa tiga hingga lima kilogram per pohon. Hasil panennya juga sudah bagus. Petani hanya memanen biji merah,” jelas Toni.
Proses pengemasan biji Arabika Simalungun, salah satu komoditas ekspor terlaris asal Sumatera.
Momen penting lain bagi bisnis kopi Simalungun datang pada 2015 saat pemerintah memberikan sertifikat Indikasi Geografis Kopi Arabika Simalungun kepada Pemkab Simalungun. Dengan sertifikat ini, kopi Simalungun menjadi terminologi dagang yang diproteksi autentisitasnya, bukan lagi merek generik yang boleh dicatut oleh daerah lain.
Toni mengajak saya berkeliling ke kebun kopi, lalu mengunjungi sebuah dapur produksi di belakang rumah yang menyimpan peralatan seperti mesin huller dan sangrai. “Ini honey process, tak banyak,” ujarnya seraya menunjukkan biji kopi dalam keranjang.
Selain pasar domestik, Toni dan para petani koleganya telah berhasil menjala pembeli dari luar negeri, termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Timur Tengah. “Bahkan kopi Simalungun sudah dibeli Starbucks,” tambahnya bangga. “Sekarang tinggal bagaimana petani bisa konsisten menjaga kualitas.”
Gioi Menteng Pemesanan: 0852-6101-6101 Khusus area Jakarta, restoran Asia ini menawarkan gratis ongkos kirim untuk beragam menu, contohnya asinan sayur, rendang ayam, hingga paket-paket makan siang. Sejumlah menu favorit, misalnya pork belly, ditawarkan hanya di hari tertentu. Tawaran serupa bisa dinikmati di Gioi cabang Senopati. @gioijakarta
Kiri-Kanan: Menu beef bowl tuna kreasi Fujin; Paket pesan antar teriyaki bento box dari Fujin sedang dipersiapkan. (Foto: Fujin)
Fujin Pemesanan: 0813-8064-1779 (WhatsApp) Minus atraksi api dari sang koki, Fujin siap mengirimkan aneka menu teppanyaki ke rumah Anda, termasuk chicken teriyaki, black cod misozuke, dan gyoza prawn. Pemesanan dilayani dari pukul 11:00-19:00. Gratis ongkos kirim diberikan untuk 10 pembeli pertama, dengan batas jarak maksimum lima kilometer. biko-group.com
Menu wagyu di Henshin, restoran Nikkei yang berlokasi di puncak The Westin Jakarta. (Foto: Henshin)
Henshin Pemesanan: 0878-0005-8885 (WhatsApp) Sensasi makan di restoran tertinggi kini bisa diubah jadi sensasi makan di rumah. Henshin, restoran di puncak The Westin Jakarta, menawarkan jasa pesan antar masakan ke rumah Anda. Tempat yang diasuh koki Ivan Casusol dan Sandro Medrano ini mengandalkan tradisi kuliner Nikkei, perpaduan antara bahan dapur Peru dan teknik masak Jepang. henshinjakarta.com
Kilo Kitchen Pemesanan: 0812-9975-2522 Lewat kampanye Kilo at Home, restoran yang berlokasi di daerah Senopati ini menawarkan jasa pesan antar untuk beragam menu, termasuk Kilo Combo Meals. Gratis ongkos kirim tersedia untuk jarak maksimum lima kilometer, sementara bonus minuman Energy Booster dihadiahkan untuk pemesanan minimum Rp300.000. kilo-collective.com
Kiri-Kanan: Rapha Menchaca, koki Pantja; Novio farms carrot yang dibuat dari wortel asal Novio Fresh Bandung. (Foto: Pantja)
Pantja Pemesanan: 0811-1273-010 (WhatsApp) Pantja, restoran progresif yang dibuka Oktober silam di Senopati, menawarkan antara lain nasi Merapi dengan beras dari East Java & Co, rusuk Kurobuta asal Amerika, juga wagyu picanha Australia. Seluruh menu dimasak oleh Rapha Menchaca, koki yang pernah bekerja untuk Nobu Matsuhisa. Khusus jasa pesan antar, seluruh menunya didiskon 20 persen. pantja.id
Bunga Rampai Pemesanan: 0811-1509-245 (WhatsApp) Bunga Rampai, pemain senior khusus kuliner Indonesia, tetap melayani penggemarnya dengan layanan pesan antar untuk sejumlah menu, contohnya ayam taliwang, iga bakar, dan itik keling, dengan harga diskon 30 persen, plus bonus gratis biaya kirim untuk pemesanan minimum Rp1.000.000. pakisculinary.com
Western Treats, satu dari empat paket yang ditawarkan layanan MO Gourmet to Your Door. (Foto: Mandarin Oriental Jakarta).
Mandarin Oriental Jakarta Pemesanan: 0815-8532-1202 (WhatsApp) Melalui layanan MO Gourmet to Your Door, hotel yang berlokasi di Bundaran HI ini menawarkan empat jenis paket untuk dikirim langsung ke alamat Anda. Untuk paket termurah, Mini Treats, opsinya antara lain nasi kuning abon sapi dan nasi uduk ayam goreng lengkuas. Sementara paket Western Treats meliputi grilled Norwegian salmon dan grilled beef sirloin. mandarinoriental.com
Plataran Indonesia Pemesanan: 0813-8418-7261 Di bawah kampanye Plataran at Home, Grup Plataran Indonesia menawarkan jasa pesan antar makanan dari empat restorannya di Jakarta, yakni Plataran Senayan, Plataran Menteng, Plataran Dharmawangsa, dan Teras Dharmawangsa. Hubungi nomor telepon di atas untuk mendapatkan nomor WhatsApp tiap gerai. plataran.com
Kiri-kanan: Sajian steik yang merupakan andalan Bistecca; Luca Pezzera, komandan dapur Bistecca.
Bistecca Pemesanan: 0812-9144-1440 (WhatsApp) Khusus layanan pesan antar kawasan Jakarta, restoran Italia ini menawarkan diskon 20 persen untuk semua menu, plus gratis biaya kirim dengan syarat minimum pembelanjaan Rp250.000. Tawaran serupa bisa dinikmati di restoran Italia lain milik Grup Union, yakni Cafe Milano dan Roma Osteria. new.uniongroupjakarta.com
Pesan Wine Karena pengalaman fine dining belum lengkap tanpa wine, Vin+ (vinplus.co; 021/7179-2577) meluncurkan paket Quarantine Promo yang berlaku hingga 30 April 2020. Harga wine dibanderol mulai dari Rp150.000. Opsi lain untuk wine ialah Cork & Screw (corknscrewjkt.com; 0812-1069-7739). Makin banyak botol yang dibeli, makin besar diskonnya: 10 persen untuk satu botol, 20 persen tiga botol.
Svalbard “Saya suka memotret alam, dan bermimpi bisa menggelar pameran foto dalam waktu dekat,” jelas Dion. Hobi itu jugalah yang mendorongnya mengikuti trip foto selama 10 hari di Svalbard, kepulauan di utara Norwegia. Dalam ekspedisi ini, selain melihat beragam satwa lokal, dia menghadapi medan berat yang menguji stamina. “Sempat terjadi badai besar, sehingga saya mabuk laut parah. Cara mengatasinya adalah tidur sekitar 16 jam.”
Luwuk Ibu Kota Kabupaten Banggai ini mengoleksi beragam daya tarik alam, mulai dari pantai, air terjun, bukit, hingga danau. Satu lagi yang disukai Dion dari Luwuk ialah atmosfer malamnya, terutama saat rumah-rumah yang bertaburan di bukit menyajikan atraksi cahaya. “Sangat menarik! Julukan ‘Hong Kong-nya Indonesia’ tidak terlalu berlebihan disematkan ke kota kecil ini.”
Kerabat membawakan makanan untuk para tamu dalam upacara pemakaman Rambu Solo di Tallunglipu, Toraja Utara. (Foto: Suryo Wibowo)
Tana Toraja Melawat Tana Toraja kali pertama bersama kru Amazing Trip Trans7, Dion menemukan kawasan plato ini ternyata tak cuma menawarkan kopi lokal yang lezat, tapi juga kebudayaan unik yang sulit ditemukan tandingannya. “Infrastruktur di Toraja sudah cukup bagus,” tambah Dion, “dan warganya juga ramah kepada turis domestik maupun mancanegara.”
Banff “Cara terbaik menjelajahi banyak tempat di Taman Nasional Banff adalah dengan road trip,” tutur Dion, yang menghabiskan enam hari di Banff, Kanada, pada 2017. Dengan road trip, dia bisa mengatur jadwal lebih fleksibel dalam mengeksplorasi tempat yang menurutnya 10 kali lebih atraktif dibandingkan Queenstown ini.
Monument Valley Road, Oljato-Monument Valley, di Arizona. (Foto: Gautier Salles)
Arizona Kunjungan Dion ke sini didorong rasa penasaran terhadap Horseshoe Bend dan Antelope Canyon, kompleks ngarai bersejarah yang menjadi bagian dari Navajo Indian Reservation, Amerika Serikat. Beruntung, dia datang di periode yang tepat. “Cuacanya bagus, jadi hasrat untuk mengambil foto sebanyak-banyaknya di kawasan ini terpuaskan,” kenangnya.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi April/Juni 2020 (“Kilas Balik”)
Ibarat “paparazi bencana,” Ulet Ifansasti kerap memotret tempat-tempat yang paling runyam. Bukan karena hobi tentu saja, tapi penugasan. Pria yang bermukim di Yogyakarta ini pernah mendokumentasikan, antara lain, tsunami Banten, gempa Palu, erupsi Sinabung, dan kebakaran hutan Kalimantan Tengah. Tahun ini, dia meliput pandemi Covid-19 di Yogyakarta, penugasan dari The New York Times dan Getty Images.
“Istri sebenarnya keberatan,” kata Ulet, “tapi saya merasa pekerjaan ini juga penting.” Berkompromi dengan dilema itu, Ulet selektif mengambil order: memotret hanya tempat yang dekat dan minim risiko, misalnya kondisi lengang Candi Prambanan atau konser daring musisi jazz. “Getty sempat menawarkan penugasan ke Malaysia, tapi saya tolak,” jelasnya lagi,
Kompromi juga diterapkan Ulet saat reportase. Dia membatasi kontak dengan subjek, gesit memotret, lalu bergegas pamit. Saat bepergian, dia naik mobil pribadi, itu pun dengan membawa serta istrinya, yang kadang merangkap tugas sebagai sopir dan pengawas demi memastikan sang suami tak ceroboh di lapangan. Sekembalinya ke rumah, Ulet mencopot semua barang di teras, menjauhi kedua anaknya, dan segera mandi.
Masih di Yogyakarta, Arnold Simanjuntak, juga merekam wabah virus. Kali ini bukan dalam rangka penugasan, melainkan “panggilan mendesak,” seperti ditulisnya di akun Facebook. Pada 30 Maret, fotografer independen ini mulai menggarap dokumentasi bertema “solidaritas sosial saat pandemi.” Awalnya dia memotret penjahit pakaian hazmat di Sleman, lalu memotret seorang pria yang terkulai di muka Kantor Pos Besar. Foto-fotonya tayang di sejumlah media, tapi keluarganya marah karena dia nekat bekerja di tengah wabah.
Seperti juga Ulet, Arnold berupaya menjaga diri saat memotret, misalnya dengan menghindari kontak fisik—siasat yang problematis dalam pola tata krama lokal. “Kadang orang langsung menyodorkan tangan, dan di sini susah menolaknya,” ujarnya. Atas alasan keamanan pula, sepulang memotret, Arnold membiasakan diri masuk rumah lewat pintu samping, memasukkan baju ke ember cucian, lalu mandi.
Kendati situasi mengancam, Arnold berniat meneruskan proyek fotonya. Pandemi ini, menurutnya, adalah momen genting yang penting untuk direkam. “Istri sekarang sudah lebih mengerti tentang pekerjaan saya, tapi keluarga tidak lagi saya kasih tahu,” jelas Arnold tentang taktiknya untuk meredam omelan, seraya berharap keluarganya jarang memantau media. Pada 15 April, 14 foto karyanya tayang di The Jakarta Post.
Empat petugas medis bersiap-siap mengevakuasi seorang pria yang terkulai di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta. (Foto: Arnold Simanjuntak)
Atas nama penugasan atau panggilan, banyak fotografer bekerja mendokumentasikan pandemi. Pilihan yang sarat risiko, tapi vital. Berkat keringat mereka, publik mendapatkan berita seputar perkembangan situasi terkini. Di Bali, Nyimas Laula, kontributor The New York Times, memotret turis Tiongkok sedang pelesir demi menghindari virus. Di Jakarta, Willy Kurniawan, staf Reuters, mengabadikan personel Palang Merah Indonesia menyemprotkan desinfektan. Di Depok, Adicumi Sastroputro, pewarta foto Antara, membuntuti pekerja medis melakukan tes swab.
Di luar reportase untuk media massa, beberapa fotografer mencetuskan proyek personal bertema Covid-19. Walau menakutkan, pandemi memang menawarkan beragam tema visual. Apalagi, tatkala order proyek komersial menyusut drastis dan banyak media gaya hidup ditutup atau hiatus, fotografer tak punya banyak pilihan selain menggarap tema yang paling dicari publik—pandemi.
Muhammad Fadli adalah salah seorang fotografer yang menggarap tema semacam itu. Pria yang berbasis di Bogor ini mendokumentasikan orang-orang yang terpaksa bekerja di tengah wabah, umpamanya pemulung, sopir taksi, hingga teknisi internet. “Baru dimulai minggu lalu,” jelasnya. “Awalnya sendirian. Tapi kemudian saya membawa Atet karena mesti memotret pakai lighting.”
Juga beradaptasi dengan situasi, Fadli memodifikasi caranya bekerja. Dia menjaga jarak dari subjek, menghindari jabat tangan, dan mengurangi waktu pendekatan—proses yang merepotkan untuk proyek foto portrait. “Kadang jadi susah memang. Ketika mau kasih lihat hasil foto di kamera ke subjek, saya mesti jaga jarak, dan fotonya jadi tidak terlihat.”
Fotografer umumnya mafhum, menghadapi ancaman adalah bagian dari pekerjaan. Walau begitu, mereka juga sadar Covid-19 menghadirkan tingkat risiko yang ekstrem. Virus tidak terlihat, tidak pandang bulu, dan pastinya tidak peduli kartu pers. Lebih pelik lagi, fotografer tak cuma rawan menjadi korban, tapi juga rentan berubah menjadi “pelaku,” andaikan tanpa sadar terjangkit lalu menulari kolega atau keluarganya. Itu sebabnya isu reportase pandemi jadi perhatian komunitas juru foto.
“Jika meliput konflik dan kena tembak, hanya kamu yang kena. Selesai! Untuk kasus virus, urusannya bisa panjang,” jelas Beawiharta, fotografer senior yang aktif mewanti-wanti rekan-rekannya. Didorong kegelisahan itu pula, dia menulis kiat meliput Covid-19, yang kemudian ditayangkan di akun Facebook pribadi dan portal forum fotografi 1000kata.
Didasarkan pada kajian dari Centurion Risk Assessment Services, Bea merinci hal-hal yang perlu dipersiapkan fotografer sebelum turun ke medan wabah, mulai dari masker hingga asuransi jiwa. “Saya menulisnya setelah menerima pertanyaan dari 11 teman. Ada yang bertanya apa yang sebaiknya dilakukan, bagaimana jika ditugaskan kantor ke lapangan,” kenang Bea, fotografer independen yang pernah bekerja selama 20 tahun untuk Reuters.
Sebagian tips Bea mengisyaratkan pentingnya bersikap bijak. Tanpa mengabaikan tuntutan profesi, fotografer perlu menakar ancaman dengan saksama. “Jangan lakukan liputan kalau tidak penting sekali,” tulisnya di bagian awal. “Kalau menurut logika dan situasi lapangan, penyebaran virus terlalu berbahaya, peliputan sebaiknya dibatalkan,” tulisnya di bagian yang lain. Bagaimana jika liputan sangat penting sekaligus sangat berbahaya? Bea menawarkan solusi alternatifnya: foto hasil jurnalisme warga. “Fotonya mungkin kurang bagus, dan bisa jadi datang terlambat,” ujarnya, “tapi risikonya jauh lebih kecil.”
Foto karya Andri Wahyu meraih jumlah likes terbanyak dalam kontes Berbagi Cerita dari Rumah garapan lembaga pendidikan PannaFoto Institute.
Tak semua fotografer menghadapi posisi pelik itu. Terkurung isolasi, sejumlah orang memilih memotret hanya di lingkup personal dan domestik. Mereka tetap berkarya tanpa meninggalkan rumah. Mempraktikkan social distancing, tapi tidak “camera distancing.”
Karya-karya semacam itu, setidaknya sementara ini, masih sulit menembus meja redaktur, tapi bukan berarti tak punya platform. Di jagat maya bermunculan kontes foto personal bertema pandemi. Pada 31 Maret, Pewarta Foto Indonesia cabang Bandung menanggap kontes yang mendukung kampanye #dirumahsaja. Fotografer diminta mengirimkan foto tunggal atau foto cerita yang digarap di rumah dan sekitarnya. Sepuluh pemenangnya mendapatkan hadiah buku foto dan perlengkapan kesehatan.
Seminggu sebelumnya, inisiatif serupa datang dari PannaFoto Institute. Pada 24 Maret, lembaga pendidikan fotografi ini meluncurkan kontes Berbagi Cerita dari Rumah. Tujuannya tak cuma mengajak fotografer berkarya di rumah saat pandemi, tapi juga menantang mereka merespons pandemi. Dari total 142 foto kiriman, tim juri memilih tiga pemenang, plus satu pemenang tambahan yang didasarkan pada jumlah likes terbanyak di Instagram. “Kita akan semakin kreatif saat terimpit, lalu sadar bahwa segala subjek di rumah ternyata dapat ditampilkan sebagai karya,” kata Fernando Randy, anggota tim juri.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 2016, Airbnb Experinces menjadi salah satu layanan paling populer dan disukai oleh banyak pengguna Airbnb. Tujuannya adalah membawa para pelancong untuk mencoba makanan baru, mempelajari hal baru, mencari teman baru, dan melihat dunia dengan cara yang baru.
Baru-baru ini, untuk mengatasi kebosanan serta memberikan pengalaman baru bagi para pelancong yang harus tinggal di rumah selama pandemi corona, Airbnb resmi meluncurkan Online Experiences. Airbnb Online Experiences menjadi cara baru bagi orang-orang untuk tetap terhubung dan bepergian secara virtual selama pandemi COVID-19.
Layanan ini termasuk kelas menggambar, mengikuti kelas wine virtual, memasak bersama, bahkan menonton konser Tango. Pemesanan telah tersedia untuk lebih dari 50 Airbnb Experiences virtual di Airbnb. Semua Experiences digital ini akan dilakukan via Zoom.
Kiri-Kanan: Panorama Hewitt Reef di sisi tengah Great Barrier Reef. (Foto: Giacomo D’Orlando); Sydney Opera House, bangunan yang diresmikan oleh Ratu Elizabeth II pada 20 Oktober 1973 (Foto: Tourism Australia)
Great Barrier Reef Digarap bersama Atlantic Productions, David Attenborough menciptakan video interaktif petualangan di Great Barrier Reef. Beberapa tempat di kawasan ini juga bisa disaksikan dalam format virtual, contohnya Lady Elliot Island dan Fraser Island. Untuk mempelajari inisiatif konservasi, kunjungi situs Great Barrier Reef Marine Park, Great Barrier Reef Foundation, serta Great Barrier Reef Legacy.
Sydney Opera House Selagi pintunya tertutup selama pandemi, gedung ikonis ini mengajak publik menikmati video, podcast, dan live recording lewat kanal digital. Pada 22 April, pianis Simon Tedeschi membawakan nomor-nomor Mozart. Sehari berikutnya, ada diskusi bertema perempuan di dunia astronomi. Lewat bantuan Google Arts & Culture, kita juga bisa menjelajahi pelataran dan interior Sydney Opera House. sydneyoperahouse.com
Selama pandemi, kawasan Uluru-Kata Tjuta National Park bisa dijelajahi secara virtual. (Foto: Tourism Australia)
Uluru-Kata Tjuta National Park Kawasan konservasi di pedalaman Australia ini bisa dijelajahi secara virtual, minus terik dan debu, asalkan Anda memiliki koneksi internet berkecepatan tinggi. Tur dengan sudut visual 360 derajat ini dipersembahkan oleh Story Spheres dan terbagi dalam lima jenis, lengkap dengan pemandu dan iringan suara dari alam sekitar. parksaustralia.gov.au
Melbourne Museum Publik bisa menikmati tur pameran virtual di sini, tanpa mengantre maupun berdesakan, melalui program Melbourne Museum at Home. Tema yang ditawarkan antara lain dinosaurus, Aborigin, dan Melbourne masa silam. Tur daring lainnya ialah Top Designs 2020 yang menampilkan karya para siswa di Victoria. Khusus anak, pihak museum menyiapkan beragam video dan permainan yang bisa diakses gratis. museumsvictoria.com.au
Salah satu zona pamer National Gallery of Victoria, museum seni pelat merah tertua, terbesar, dan terlaris di Australia. (Foto: Tourism Australia)
National Gallery of Victoria NGV, museum seni pelat merah tertua, terbesar, dan terlaris di Australia, menawarkan tur virtual gratis yang terbagi dalam tujuh tema, antara lain Japanese Modernism; Keith Haring – Jean-Michel Basquiat: Crossing Lines; Petrina Hicks: Bleached Gothic; serta Top Arts 2020. Tiap presentasinya dilengkapi penjelasan tentang label karya. ngv.vic.gov.au
Kartu Pos Kenny Santana, travel blogger pendiri @KartuPosInsta, meluncurkan kampanye #kartuposberbagi dengan tujuan mengumpulkan donasi bagi para tenaga kesehatan dan pekerja informal yang terdampak COVID-19. Dana dikumpulkan via KitaBisa.com untuk kemudian dipakai membeli APD (alat pelindung diri), makanan, dan sembako. Sebagai apresiasi bagi para donatur, Kenny dan teman-temannya menyediakan beragam hadiah, antara lain paket menginap dua malam di Dialoog Banyuwangi Resort, empat tiket pemutaran perdana film garapan Ernest Prakasa, serta sesi sarsi bersama Kenny dan Kadek Arini. Tanggal untuk semua hadiah ini ditentukan setelah wabah berakhir. kartupos.co.id
Sekolah Musa Sekolah Musa, lembaga pendidikan multimedia berbasis komunitas di Kupang, menanggap kampanye Ketong Bisa dengan tujuan menggalang donasi bagi para tenaga medis di Nusa Tenggara Timur. Dana ditransfer ke rekening Sekolah Musa, untuk kemudian dipakai untuk membuat APD (alat pelindung diri) yang terdiri dari pakaian hazmat dan pembungkus sepatu. sekolahmusa.org
InstaNusantara Bermitra dengan Human Initiative, komunitas fotografer InstaNusantara mengajak publik menyisihkan rezeki untuk membantu para pedagang kaki lima—salah satu kelompok pekerja yang paling terdampak pandemi, terutama di periode PSBB. Dalam kampanye bertajuk Bantu Pedagang Kaki Lima ini, dana ditransfer ke rekening bank, untuk kemudian disalurkan langsung kepada para pedagang. @InstaNusantara
IndoRunners Melalui program LUAS (lari untuk amal sosial), IndoRunners menggali dukungan publik bagi para tenaga medis yang berjuang menangani korban pandemi. Pada perayaan Hari Kesehatan pada 7 April, komunitas pelari ini mengajak publik memberikan kata-kata penyemangat dengan hadiah Honor Band 5. Sementara pada peringatan Hari Kartini pada 21 April, IndoRunners menggelar program unik “donasi keringat,” di mana para pelari menyumbangkan aktivitas mereka lewat aplikasi Cause Virtual Run. Tiap aktivitas akan dikonversi menjadi donasi senilai Rp21.040. Selain itu, publik bisa menyumbang dana ke rekening Yayasan Mari Lari, dan tiap rupiah yang masuk akan digandakan oleh IndoRunners dengan batas top-up Rp10 juta. @IndoRunners
Awalnya menyimpan arsip dan manuskrip kerajaan, perpustakaan merekah jadi pranata publik, ruang kreatif, kadang objek wisata. Di penjuru dunia, kian banyak bibliotek didesain oleh firma arsitektur ternama, serta dilengkapi fasilitas rekreasi seperti kafe, studio musik, hingga aula konser.
Seiring perkembangan teknologi digital, banyak pihak meragukan prospek perpustakaan, walau di saat yang sama polarisasi masyarakat mendorong orang menyuarakan pentingnya menjaga infrastruktur sosial ini. Menurut Eric Klinenberg, penulis buku Palaces for the People, perpustakaan memiliki sifat inklusif dan memicu dialog, karena itulah vital untuk melawan populisme. Memperingati Hari Buku pada 23 April, kami mengulas delapan perpustakaan yang menjalankan tugas tersebut.
Kiri-Kanan: Salah satu sudut eksterior New Central Library rancangan firma Dialog dan Snøhetta. (Foto: Michael Grimm/Calgary Public Library); tangga utama di interior perpustakaan. (Foto: Chris Amat/Travel Alberta)
New Central Library, Kanada Di Calgary, perpustakaan bukan cuma berperan sebagai lembaga penyedia buku, tapi juga ruang publik yang sejati. Dari 1,3 juta populasinya, separuhnya memiliki kartu perpustakaan dan aktif memakainya. Tak heran jika kota kecil di Kanada ini sudi menginvestasikan Rp3,3 triliun untuk mendirikan New Central Library (NCL). Bibliotek ini terdiri dari empat lantai. Lantai dasarnya sedikit diangkat untuk menaungi terowongan kereta. Sosoknya yang mentereng merupakan buah karya dari biro arsitektur Dialog dan Snøhetta. Yang terakhir ini pernah terlibat dalam proyek Oslo Opera House dan sayap baru San Francisco Museum of Modern Art. calgarylibrary.ca
Interior bergaya rumah lokal di Library of Muyinga, perpustakaan khusus anak tunarungu. (Foto: BC Architects & Studies)
Library of Muyinga, Burundi Di Burundi, seperti juga di banyak negara, anak-anak tunarungu sulit memiliki tempat di masyarakat, bahkan kerap hidup terisolasi. Library of Muyinga diresmikan pada 2014 demi mengatasi problem tersebut. Sesuai namanya, perpustakaan ini berlokasi di Provinsi Muyinga di utara Burundi. Bagian dari sekolah inklusif khusus anak tunarungu, kompleks ini menyediakan ruang belajar dan berinteraksi. Yang juga menarik ialah arsitekturnya. Di bawah komando BC Architects, Library of Muyinga dibuat dari bahan tanah liat lokal, dirakit memakai teknik lokal, dengan desain yang terinspirasi rumah setempat. architects.bc-as.org
Auditorium berbentuk iris mata, alasan Binhai New Area Library dijuluki “The Eye.” (Foto: Ossip van Duivenbode/MVRDV)
Binhai New Area Library, Tiongkok Firma arsitektur MVRDV punya spesialisasi dalam menciptakan gedung fotogenik. Kreasinya antara lain Market Hall di Belanda, Museum Ragnarock di Denmark, serta Binhai New Area Library di Tiongkok. Pada minggu pertama pembukaannya pada Oktober 2017, perpustakaan futuristik ini disatroni sekitar 10.000 orang, hingga menciptakan antrean panjang di muka pintunya—pemandangan langka di negeri yang mempraktikkan sensor buku ketat. Bangunan lima lantai ini menampung 1,2 juta buku pada rak yang menjulang dari lantai hingga plafon. Di jantungnya teronggok sebuah auditorium berbentuk iris mata—alasan kenapa tempat ini dijuluki “The Eye.” bhwhzx.cn
Pada malam hari, Stadtbibliothek Stuttgart terlihat seperti kubus magis—kreasi apik Yi Architects. (Foto: Stuttgart Tourist)
Stadtbibliothek Stuttgart, Jerman Pada siang hari, bentuknya mirip kubus dingin warisan Perang Dingin. Tapi pada malam hari, perpustakaan kota Stuttgart ini menampilkan paras terbaiknya: bongkahan biru yang menerangi kota. Memasuki interiornya, pengunjung akan menemukan pengalaman yang juga berbeda: desain yang menyerupai Hogwarts versi futuristik. Stadtbibliothek Stuttgart, kompleks yang diresmikan pada 2011, dirancang oleh Yi Architects. www1.stuttgart.de
Kiri-Kanan: Eksterior Central Library Oodi mengadopsi arsitektur jembatan kayu; Area baca yang dinaungi plafon iglo. (Foto: Tuomas Uusheimo/Helsinki Marketing)
Central Library Oodi, Finlandia Kata “library” mungkin kurang pas disematkan pada bangunan ini. Oodi, kompleks artistik bernilai Rp1,4 triliun, sebenarnya lebih tepat disebut “creative center.” Lantai dasarnya berisi bioskop, restoran, dan ruang diskusi, sementara lantai duanya menampung studio musik, dapur, hingga mesin jahit dan printer tiga dimensi. Berpindah ke lantai tiga, barulah pengunjung menemukan ribuan buku yang disebar di bawah plafon berbentuk iglo. Datang di jam pulang kantor atau akhir pekan, kompleks rancangan biro ALA Architects ini riuh oleh manusia dari beragam usia, sebagian datang semata untuk kongko di deknya sembari menatap lanskap kota Helsinki. oodihelsinki.fi
Qatar National Library, perpustakaan rancangan Rem Koolhaas yang diresmikan pada 2018. (Foto: Qatar National Library/Qatar National Tourism Council)
Qatar National Library Qatar, negara liberal di Timur Tengah, terus memperkuat reputasinya sebagai gerbang pengetahuan bagi kawasan ini—dan Sang Emir melakukannya dengan pendekatan yang mahal. Selain Museum of Islamic Art rancangan I.M. Pei dan National Museum of Qatar oleh Jean Nouvel, Qatar memiliki Qatar National Library (QNL) yang didesain oleh Rem Koolhaas, otak di balik Fondazione Prada. Perpustakaan ini mengoleksi lebih dari satu juta buku dan sekitar 500.000 e-book, baik dalam format fiksi maupun non-fiksi, ditambah beragam majalah, koran, dan jurnal. qnl.qa
Interior perpaduan gaya bungker dan ryokan di Towada City Library, kompleks rancangan Tadao Ando. (Foto: Fransisca Angela)
Towada City Library, Jepang Towada, sebagaimana banyak kota lain di Jepang, mengalami problem penurunan populasi. Untuk mengatasinya, pihak pemkot menempuh cara yang unik: menyewa arsitek kondang untuk mendesain fasilitas publik yang membuat warga nyaman dan kerasan. Ada ruang seni rancangan Ryue Nishizawa, balai warga kreasi Kengo Kuma, hingga perpustakaan garapan Tadao Ando. Towada City Library dilansir pada 2015. Desainnya mirip hasil kawin silang antara bungker dan ryokan. Tubuhnya berbahan beton, sementara ornamennya didominasi kayu. Tempat ini terbuka untuk turis, tapi mungkin tidak untuk membaca. Semua koleksi bukunya berbahasa Jepang. towada-lib.jp
Nama Black Diamond terinspirasi oleh geometris dan granit hitam pada tubuhnya. (Foto: Cees van Roeden/Copenhagen Media Center)
Black Diamond, Denmark Nama proyek orisinalnya: “Extension to the Royal Library.” Mungkin karena kurang keren, Menteri Kebudayaan Denmark Jytte Hilden menamainya Black Diamond, terinspirasi dari bentuk bangunan dan granit hitam pada tubuhnya. Struktur yang diresmikan pada 1999 ini didesain oleh Schmidt Hammer Lassen. Fasilitasnya meliputi auditorium, galeri, kafe, ruang konferensi, serta aula konser. Selain itu, Black Diamond menampung museum fotografi dan museum khusus seni kartun. Salah satu program andalan perpustakaan ini ialah kuliah umum oleh pembicara terkenal, contohnya Kofi Annan, Salman Rushdie, dan Ben Okri. www5.kb.dk
Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Pemesanan: 021/8063-0888; 0811-1095-983 (WhatsApp) Anigre, restoran utama di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City, menawarkan empat paket Iftar at Your Home. Dibanderol Rp1.888.000, setiap paketnya cukup untuk porsi lima orang dan terdiri dari 13 jenis makanan, antara lain kolak, asinan, chicken teriyaki, dan nasi kebuli. Servis pesan antar ini dilayani paling lambat pukul tiga sore dengan syarat radius alamat 15 kilometer. Gratis ongkos kirim tersedia untuk jarak maksimum lima kilometer dan diskon 20 persen diberikan kepada anggota Marriott Bonvoy. marriott.com
Paket komplet buka puasa, dari takjil hingga pencuci mulut kreasi koki Edi Pancamala. (Foto: Swissôtel Jakarta PIK Avenue)
Swissôtel Jakarta PIK Avenue Pemesanan: 021/2257-1188; 0812-9821-1502 (WhatsApp) Sepanjang Ramadan, Executive Chef Edi Pancamala menyiapkan beragam opsi sajian berbuka, mulai dari iga bakar, opor ayam, kabsah kambing, kofta sapi, kari ikan khas Goa, ditambah sejumlah hidangan bebas-gluten dan vegetarian. Promo Ramadan di Rumah ini ditawarkan mulai dari Rp288.000 untuk dua paket, dan Rp388.000 untuk empat paket. Pihak hotel juga menyediakan aneka camilan seperti nastar, kaasstengels, dan kurma, untuk dikirimkan kepada orang terdekat. swissotel.com
Executive Sous Chef Bedjo Sudiyono mempersiapkan iftar di restoran Sugar & Spice. (Foto: InterContinental Jakarta Pondok Indah)
InterContinental Jakarta Pondok Indah Pemesanan: 021/3950-7355; 0811-1037-355 (WhatsApp) Dari 23 April-30 Juni, restoran Sugar & Spice menawarkan tiga paket iftar: Family-Style Take-Away Menu (mulai dari Rp450.000), Take-Away Meal (Rp250.000), dan Gourmet Take-Away (Rp85.000). Untuk yang terakhir ini, jika memesan di atas Rp1 juta, pihak restoran akan mengirimkan makanan langsung ke alamat Anda, dengan cakupan lokasi Gandaria, Cilandak, Cipete, dan TB Simatupang. Untuk menjaga kebugaran di kala puasa, koki Bedjo Sudiyono telah meracik jamu yang dibanderol Rp145.000 per botol. jakartapondokindah.intercontinental.com
Menu bercitarasa Indonesia dan Timur Tengah dalam paket Ramadan Delivery Fairmont Jakarta. (Foto: Fairmont Jakarta)
Fairmont Jakarta Pemesanan: 021/2970-3333; 0815-915-9247 (WhatsApp) Lewat paket Ramadan Delivery, Fairmont Jakarta menawarkan beragam menu buka puasa bercitarasa Indonesia dan Timur Tengah. Untuk takjil, tersedia antara lain kolak dan samosa. Di etape berikutnya, tersedia chicken tagine, sambal goreng udang, dan rendang sapi, disusul dengan menu penutup puding aprikot qamar al-din, putu mayang, dan klappertaart. Penawaran ini berlaku dari 24 April-23 Mei dengan harga mulai dari Rp350.000 per paket, belum termasuk ongkos kirim. Membeli empat paket, Anda akan mendapatkan bonus satu paket gratis. fairmont.com
Aneka camilan dalam kemasan kreatif dari Hotel Mulia Senayan. (Foto: Hotel Mulia Senayan)
Mulia Senayan Pemesanan: 021/5753-238 Selama Ramadan, restoran-restoran di Hotel Mulia Senayan menawarkan set menu masakan Indonesia yang terdiri dari hidangan pembuka, sup, hidangan utama, saus pelengkap, serta makanan penutup. Makanan mesti dipesan 24 jam sebelumnya dan bisa diambil di lokasi atau dikirimkan ke alamat Anda. Selain menu berbuka, Hotel Mulia Senayan menawarkan aneka parsel dan kue untuk dikirimkan ke kerabat atau keluarga. hotelmulia.com
Variasi makanan yang ditawarkan lewat layanan Raffles To Go. (Foto: Raffles Jakarta)
Raffles Jakarta Pemesanan: 021/2988-0888; 0855-8155-888 (WhatsApp) Lewat layanan pesan antar Raffles To Go, tim kuliner Raffles Jakarta akan mengirimkan beragam hidangan buka puasa dengan harga mulai dari Rp160.000 per paket komplet berisi takjil, menu utama, serta menu pencuci mulut. Contoh menunya antara lain rendang, gulai telur, tumis buncis ikan asin, dan ikan bakar sambal matah. Tersedia pula paket keluarga dengan bonus Raffles Special Mix Tea. Gratis ongkos kirim diberikan untuk pemesanan seharga minimum Rp250.000 dengan jarak maksimum 10 kilometer. raffles.com
Dua contoh menu buka puasa dalam paket Ramadan Homelicious Harris Vertu & Yello Harmoni. (Foto: Harris Vertu & Yello Harmoni)
Harris Vertu & Yello Harmoni Pemesanan: 021/2203-5000; 0896-0137-9379 (WhatsApp) Dua hotel dalam satu kompleks, Harris Vertu & Yello Harmoni meluncurkan paket buka puasa Ramadan Homelicious yang terdiri dari beragam menu Indonesia dan internasional dengan harga mulai dari Rp135.000. Beberapa contohnya: beef brisket barbeque sauce, bebek betutu dengan sambal matah, serta pepes ikan kakap dengan kentang balado. Gratis ongkos kirim tersedia untuk jarak maksimum lima kilometer dan pembelian minimum lima paket. vertuhotels.com
The Wandering “Salah satu novel paling unik yang pernah saya baca,” jelas Maesy tentang The Wandering, novel karya Intan Paramaditha, yang terbit perdana dengan judul Gentayangan. Tokoh utamanya perempuan Indonesia yang membuat perjanjian dengan iblis agar bisa bertualang ke penjuru bumi, sementara format narasinya “pilih-sendiri-petualanganmu,” artinya pembaca diajak memilih ke mana “aku” sang tokoh akan pergi: Berlin atau New York, menjadi turis atau migran, ibu atau pembunuh. Novel ini, tambah Maesy, “mengajak pembaca memikirkan apa arti perjalanan, privilese, dan pilihan bagi perempuan dari negara Dunia Ketiga.”
A Simple Story: The Last Malambo Berbekal pengalaman panjang sebagai jurnalis, Leila Guerriero, wanita kelahiran Argentina, melahirkan karya-karya yang memperkenalkan kita dengan politik, budaya, dan gaya hidup kawasan Amerika Latin. Dalam A Simple Story, dia membawa pembaca melawat Laborde, desa terpencil di Argentina yang menggelar kejuaraan nasional tari malambo saban tahunnya, lalu menceritakan bagaimana tari malambo menjadi simbol kehormatan para pemuda. “Ini salah satu non-fiksi naratif paling apik yang pernah saya baca,” tambah Maesy. “Leila Guerriero membuat saya jatuh cinta pada tari malambo—tari yang belum pernah saya lihat!”
South and West: From a Notebook Buku ini berisi kumpulan catatan perjalanan Joan Didion selama road trip bersama suaminya di Louisiana, Mississippi, Alabama, dan California pada 1970-an. “Membaca buku ini rasanya seperti mengintip proses berpikir Didion sebagai seorang jurnalis,” jelas Maesy. “Catatannya dipenuhi potongan percakapan, obrolan yang didengar sambil lalu, wawancara, serta pengamatan pada denyut nadi kota-kota di selatan Amerika Serikat.” Didion, wanita kelahiran 1934, hingga kini telah menghasilkan 18 buku fiksi dan nonfiksi. Dia dikenal sebagai tokoh “new journalism,” yakni teknik penyampaian berita dengan gaya tutur naratif dan sastrawi. Kisah sang penulis diabadikan dalam dokumenter Netflix berjudul Joan Didion: The Center Will Not Hold.
Every Day Is for the Thief Salman Rushdie memuji Teju Cole sebagai “bagian dari kelompok penulis paling berbakat di generasinya,” dan Every Day Is for the Thief adalah novel debut dari penulis blasteran Nigeria-Amerika ini. Novel semi-autobiografi ini memuat kisah seorang pria Nigeria yang menetap di New York City, lalu mengunjungi Lagos dan merasa gamang usai menyadari “rumah” justru menjadi tempat asing yang mesti dikenalinya kembali. “Ini bukan cerita romantis tentang jatuh cinta kembali kepada rumah yang lama ditinggalkan,” ujar Maesy, “namun pengakuan jujur tentang kecenderungan meromantisasi kampung halaman.”
Insomniac City: New York, Oliver Sacks, and Me Kombinasi antara memoar dan buku foto, Insomniac City memuat kisah cinta romantis antara Bill Hayes dengan New York dan Oliver Sacks, tetangganya yang bekerja sebagai penulis dan ahli saraf, dan kebetulan juga mengidap insomnia. “Sudah ada banyak buku tentang New York,” jelas Maesy, “tapi memoar ini adalah salah satu cerita New York yang paling intim, lembut, dan tenang.” Dalam aspek visual, Insomniac City juga memperlihatkan pendekatan Bill sebagai seorang street photographer.
Maesy Ang Maesy mengelola POST, toko buku independen dan penerbit mikro di Pasar Santa, Jakarta. Bersama Teddy W. Kusuma, dia telah menerbitkan memoar perjalanan The Dusty Sneakers dan novela Semasa. @maesy_ang
Awalnya dikenal lewat The Jakarta Good Food Guide, Laksmi merekah jadi novelis yang ajek menghasilkan karya berpengaruh, contohnya Amba, Srikandi, serta Aruna dan Lidahnya. (Foto: Laksmi Pamuntjak)
Kyoto Walau menghabiskan hanya sehari di Kyoto, Laskmi sangat menyukai suasana kota yang dikenalnya lewat memoar The Lady and the Monk karya Pico Iyer ini. Selama berada di sini, dia melewati hampir seluruh waktunya untuk melawat aneka taman dan kuil renta. “Saya merasa damai. Sebuah pengalaman spiritual yang tak ada duanya,” ujarnya.
Seville “Saya pertama kali ke Seville pada 1995,” kenang Laksmi, “dan saya telah jatuh cinta pada Seville bahkan sebelum saya mengunjunginya.” Mengenal kota di Spanyol ini dari orang tuanya yang berbulan madu di Andalusia, Laksmi jatuh cinta pada gedung-gedung abad pertengahan, arsitektur Moor, kebun-kebun yang anggun, lorong-lorong kecil yang romantis, musik flamenco, juga budaya tapas dan minum bersama yang intim.
Restoran UFO bertengger di atas Jembatan SNP dan Sungai Danube, Bratislava. (Foto: Muhammad Fadli)
Bratislava “Saya selalu mempunyai ketertarikan khusus pada kota-kota besar di tepi Sungai Danube,” jelas Laksmi. Di Bratislava, dia menemukan sebuah permukiman yang dibalut sejarah kelam, walau di saat bersamaan tampil manis dan puitis. Dua tempat favoritnya di Ibu Kota Slovakia ini ialah Danubiana Museum dan Slovak National Museum.
Madrid Koleksi monumen dan museum yang impresif menjadikan Madrid kota favorit Laksmi. Di Prado Museum, dia melihat lukisan karya Goya dan Velázquez. Di Reina Sofia Museum ada karya agung Picasso dan Joan Miro. Sementara di Thyssen-Bornemisza Museum tersaji lukisan Rembrandt dan Dali. Di akhir pekan, Laksmi gemar melawat Valle de Los Caidos, monumen yang menggugat fasisme Jenderal Franco.
Salah satu bangunan tua di pusat kota Lisbon. (Foto: Ulet Ifansasti)
Lisbon Laksmi mengenang Lisbon sebagai salah satu kota paling cantik, fotogenik, dan bersahabat yang pernah dikunjunginya. Aktivitas favoritnya di Ibu Kota Portugal ini ialah menonton pentas fado, menikmati lanskap kota dari Miradouro da Graca, serta menghabiskan waktu di toko buku Livraria Bertrand.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi April/Juni 2020 (“Kilas Balik”)
International Center of Photography Tarif: mulai dari $115 ICP, senior sekaligus panutan banyak lembaga pendidikan visual, didirikan pada 1974 oleh Cornell Capa. Sejak April 2020, institusi ini menawarkan lebih dari 30 kelas daring yang mengajarkan beragam keahlian, mulai dari memotret dengan iPhone, operasional Adobe Lightroom, hingga permainan warna. Selain materi teknis, ada beberapa kelas yang fokus pada eksplorasi diri, contohnya Beyond the Limits of Photography bersama Antoine d’Agata (2 Mei-1 Juni) yang dibanderol $625 dengan kapasitas 12 peserta. Contoh lainnya ialah Finding Your Creative Purpose bersama Joanne Dugan. Kelas yang mengajarkan cara menggali pendekatan autentik ini bergulir dari 5 Mei-2 Juni dengan tarif $325. icp.org
Foto karya Suzan Pektas, salah seorang peserta kelas daring PHmuseum. (Foto: Suzan Pektas/PHmuseum)
Photographic Museum of Humanity Tarif: £28 PHmuseum, platform khusus fotografi kontemporer yang diluncurkan pada 2012, tak cuma mengulas beragam isu, karya, dan fotografer. Lewat program portfolio review daring, publik bisa mendapatkan kritik dan saran untuk mengembangkan karya, sekaligus memperluas jaringan. Awal tahun ini, PHmuseum menawarkan 13 mentor, antara lain Arianna Rinaldo (kurator dan editor foto), Magdalena Herrera (Director of Photography Geo France), Nick Kirkpatrick (Photo Editor The Washington Post), serta Katrin Koenning (fotografer). Sesinya berdurasi antara 30 menit hingga 12 jam, dengan tarif mulai dari £28. Diskon 30 persen tersedia hingga 30 April. phmuseum.com
Magnum Photos Tarif: $99 Salah satu koperasi paling terkenal di dunia, Magnum Photos menaungi banyak selebriti di jagat fotografi—dan lewat Magnum Learn publik bisa mempelajari ilmu mereka cukup dari laptop, kapan saja dan di mana saja. Magnum Learn menyediakan kelas dalam format on-demand, artinya peserta bisa fleksibel mengatur jadwal. Dalam Photographic Storytelling, fotografer Amerika Alec Soth akan berbagi tentang prosesnya bekerja, termasuk tips dan trik dalam memotret, serta teknik mengembangkan proyek dokumenter dan meracik buku foto. Kelas kedua, The Art of Street Photography, diasuh oleh tujuh juru kamera, antara lain Martin Parr, Susan Meiselas, dan sang begawan Mark Power. magnumphotos.com
C/O Berlin Tarif: €250 Galeri bergengsi di Ibu Kota Jerman ini tak cuma menanggap pameran para fotografer tersohor. Lewat divisi edukasinya, C/O Berlin sesekali menawarkan kelas dan lokakarya, salah satunya Stretch Your Creative Muscles! pada 5 Mei-2 Juni bersama Anja Hitzenberger, seorang fotografer, seniman video, dan dosen di International Center of Photography (ICP) New York. Dalam lima sesi, lokakarya daring ini akan menantang 1o partisipannya bereksperimen dengan teknik memotret dan pendekatan bercerita. co-berlin.org
Design and Identity Fundamentals Workshop bersama Giorgio Baravalle. (Foto: VII)
VII Tarif: mulai dari $700 Didirikan dengan elan melawan konglomerasi di bisnis foto, VII giat menelurkan karya dan program kreatif yang melawan tren pasar. Tahun ini, khusus lokakarya daring, agensi ini menawarkannya lewat divisi VII Interactive. Dari 20 Mei-15 Juli, Fotografer Armenia Anush Babajanyan akan mengasuh kelas yang sejalan dengan konteks pandemi, yakni Self-Reflection, Home and Everything Within. Partisipan akan belajar cara mendokumentasikan tema refleksi diri dan visualisasi lingkungan personal. Kelas lainnya ialah Bookmaking Online Masterclass bersama Philip Blenkinsop dan Daniel Schwartz (19 Mei-30 Juni); serta Web Design, Social Media Presence: Your Brand and Identity Fundamentals bersama Giorgio Baravalle (25 Mei-31 Agustus). viiphoto.com
Mentor MasterClass, Jimmy Chin, mengajar keahlian adventure photography. (Foto: MasterClass)
MasterClass Tarif: $90 Ibarat politeknik dunia maya, MasterClass menawarkan beragam pelatihan daring untuk beragam minat, mulai dari kelas masak bersama Gordon Ramsay hingga kelas film bersama Martin Scorsese. Khusus fotografi, mentornya ialah Annie Leibovitz, seorang maestro di bidang foto portrait—dan keahlian ini jugalah yang akan diajarkannya kepada para peserta dalam 15 sesi, masing-masing berdurasi 12 menit. Mentor lainnya ialah Jimmy Chin, seorang fotografer, pendaki gunung, sekaligus sutradara. Film karyanya, Free Solo, menyabet Oscar pada 2018. Untuk MasterClass, dia mengajar adventure photography dalam 20 sesi, contohnya Climbing Photoshoot, Shooting at the Top, dan High-Stakes Photography. masterclass.com
StrudelmediaLive Tarif: mulai dari $275 Banyak kelas daring hanya menampilkan rekaman video—memudahkan bagi peserta dalam mengatur waktu, tapi menutup peluang dialog dan tanya-jawab. Mengatasi problem ini, StrudelmediaLive menanggap beragam kelas dalam format live online session. Dari April- September, ada enam kelas yang ditawarkan. Pada 18 Mei-14 September, Anja Hitzenberger mengasuh Monthly Photo Feedback Group yang berkapasitas delapan orang. Pada 10 Juni-8 Juli, Stefan Frank memimpin kelas Discovering the Poetry in Night-time Photography untuk 10 peserta. strudelmedialive.com
Kiri-Kanan: The Photographer’s Gallery, galeri foto tertua di Inggris; Janice McLaren, Head of Education & Projects The Photographer’s Gallery. (Foto: Fransisca Angela)
The Photographer’s Gallery Tarif: Gratis TPG, galeri foto partikelir tertua di Inggris, akan mengadakan Virtual TeachMeet pada 14 Mei via Zoom. Dalam lokakarya ini, mentor akan berbagi beragam proyek dan pengetahuan seputar fotografi. Aktivitas daring dan gratis lainnya ialah Folio Friday Online, sesi konsultasi selama 20 menit dengan pakar fotografi Inggris, yang akan berlangsung pada 1 Mei. Selain itu, pada 30 April, ada Artist Talk oleh Anton Kusters yang dipandu oleh kurator Ella Finer. thephotographersgallery.org.uk
Kelas Daring di Indonesia Selama pandemi, Kelas Pagi mengalihkan aktivitasnya ke jagat maya, contohnya lokakarya via Zoom pada 28-29 April: Budgeting for Photography Project bersama Euriza Mayangsari, serta Travel Photography bersama Hari Oki Abrianto. Perusahaan rintisan Kelas.com juga menawarkan kelas foto daring, yakni Teknik Pencahayaan dan Komposisi Fotografi bersama Darwis Triadi. Opsi lain di Indonesia ialah LFH (Learn From Home) Virtual Classroom. Contoh kegiatan yang pernah digarap: Presentasi bertema Color Mode & Color Space dalam Fotografi pada 22 April, serta Fashion Photography Simplified pada 21 April.
Minggu pagi di Lenin Park, Hanoi seperti kota yang memeluk dua “agama” sekaligus. Dua agama ciptaan manusia. Dua agama yang sengit bermusuhan, yang telah memicu banyak perang, kira-kira sejak 70 tahun silam. Dua agama bernama kapitalisme dan komunisme.
Di pinggir Lenin Park, patung kelabu Vladimir Lenin menjulang jemawa. Pemimpin agung Uni Soviet itu digambarkan sedang melangkah melawan angin. Tangan kanannya menahan jas yang berkibar. Parasnya memancarkan ekspresi optimistis, layaknya bapak tegar yang punya jawaban atas semua masalah, walau sepertinya gagal meramal masa depan.
Di sekitar patung, segalanya berseberangan dengan apa yang diyakini Lenin. Ada remaja berdansa K-Pop, barisan mesin ATM, juga kedai waralaba Highlands Coffee. Sepeda motor berseliweran, termasuk sepasang Harley-Davidson, sementara pengendara ojek Grab mangkal menanti order. Tak jauh terpisah, sebuah Lamborghini terparkir di muka butik Vertu. Di tempat yang menganut prinsip “sama rasa sama rata” ini, Anda ternyata tak cuma bisa memiliki Harley atau Lamborghini, tapi juga boleh memamerkannya.
Saya mengikuti arah mata Lenin dan menemukan satu-satunya hal yang mampu meredam emosi almarhum: poster propaganda klasik yang menampilkan rakyat dan tentara manunggal menyambut hari esok. Ada petani yang membopong padi, diapit tiga tentara yang membawa bunga, buku, dan bazoka. Semuanya tersenyum. Entah kenapa orang bisa tersenyum sambil memanggul bazoka.
Kiri-Kanan: Seorang remaja ekspatriat bermain skateboard di Lenin Park; Pengendara ojek daring mangkal di depan poster klasik komunis.
Hari-hari ini, bingung adalah respons yang wajar saat mengunjungi Hanoi. Dari segi visual dan identitas, kota ini sukar dipahami, begitu kontras, barangkali juga fotogenik, sejenak mengingatkan pada film drama komedi Good Bye, Lenin!
Akan tetapi, jika kita mengenang tragedi masa silam, impresi yang didapat mungkin tak melulu menghibur. Dari Perang Dingin hingga Perang Vietnam, persaingan hegemoni ideologi kapitalisme versus komunisme telah menelan jutaan nyawa, memisahkan banyak keluarga, juga meninggalkan trauma, termasuk di Indonesia. Banyak eksil sampai sekarang belum bisa mudik ke tanah airnya akibat cap “Marxist” atau “antek CIA.”
Pada dogma manakah Hanoi kini berkiblat, tak ada jawaban final yang meyakinkan, dan kota ini agaknya tak punya waktu untuk menjawabnya. Saat ini, Hanoi laksana Beijing versi Asia Tenggara atau Moskwa di tepi Sungai Merah. Ini garda komunis yang giat melecut perekonomiannya. Bagi turis, itu artinya ada banyak tawaran segar, walau di saat bersamaan ada banyak paradoks yang memicu tanda tanya.
Saya datang ke Ibu Kota Vietnam awal Desember silam. Dari terminal internasionalnya yang modern, mobil membawa saya menyusuri jalan terlebar di Hanoi, melintasi jembatan termegah di Hanoi, di mana lampu Philips berbaris menembakkan—katanya—16 juta warna berbeda. Semua ini baru diresmikan pada 2015. Kota komunis yang mengutamakan keseragaman ini ternyata menaruh minat pada keragaman. Saya bahkan baru tahu warna bisa mencapai 16 juta varian.
Kolam renang di Thang Loi, hotel yang dikonstruksi oleh 500 buruh Kuba dan diresmikan pada 1975, beberapa bulan setelah Perang Vietnam.
Malam pertama, saya menginap di Thang Loi, hotel renta di bantaran West Lake. Kondisinya mengenaskan. Baunya apak. Dindingnya lapuk, sebagian terkelupas. Padahal hotel ini menyimpan sejarah yang penting. Thang Loi dirancang di Kuba, dikonstruksi oleh 500 buruh Kuba, diresmikan pada 1975, beberapa bulan selepas Perang Vietnam. Saya membayangkan masa jayanya tatkala para tamu berjemur di tepi kolam, menyesap mojito dan mengisap cerutu Havana.
Usai masuk kamar, saya berdiri di balkon dan menyaksikan permukaan danau yang memantulkan lampu-lampu LED dari gedung sekitar. “Selepas senja, kota ini terlihat lebih misterius, jalan-jalannya terlalu gelap untuk membaca,” tulis Pico Iyer dalam buku Falling Off the Map. Dia mengunjungi Hanoi pada 1991. Sekarang, seantero kota seakan bermandikan cahaya.
Melirik ke samping balkon, saya melihat seorang pria sedang mengayun stik di Jack Nicklaus Golf Academy. Di sudut yang lain, seorang bapak menaiki sampan untuk mengumpulkan bola-bola putih yang terapung. Angin dingin Desember berkesiur. Nyamuk-nyamuk gemuk seukuran anak jangkrik berebut tempat pada dinding kusam. Saya membuka layanan Grab Food dan menemukan promosi KFC dan warung Indomie. Saya kini membayangkan menu apa yang akan dipesan oleh Fidel Castro.
Kiri-Kanan: Jack Nicklaus Golf Academy di tepi West Lake; Warga lokal melewati mobil Lamborghini yang terparkir di depan butik Vertu.
Ini lawatan ketiga saya ke Hanoi. Sebagaimana mayoritas turis, saya mengenangnya sebagai kota tua yang tekun merawat masa silamnya. Pernah berstatus pusat Imperial Vietnam, Hanoi mengoleksi banyak relikui kerajaan yang karismatik. Bersanding dengan petilasan itu, ada ratusan bangunan romantis bergaya Prancis, warisan dari era ketika Hanoi berperan sebagai Ibu Kota French Indochina.
“Orang-orang Prancis akan memberi tahu Anda bahwa ini adalah kota paling atraktif di Timur,” tulis novelis Somerset Maugham, yang singgah di Hanoi pada awal abad ke-20, “tapi jika Anda bertanya alasannya, jawabannya ialah karena Hanoi persis menyerupai kota Montpellier atau Grenoble di Prancis.”
Somerset mungkin tak keliru, tapi mereka yang datang pada abad ke-21 akan sulit mengenali sosok Hanoi sekarang. Menyusuri area seputaran Hoan Kiem Lake, saya mendapati keramaian sebuah festival. Toko-toko berbaris menjajakan paket pulsa hingga kaus berlambang palu arit. Sepeda motor menguasai trotoar, bersaing dengan dingklik-dingklik lapak bakmi pho. Anak muda berdansa, sementara turis asing kewalahan mendorong kereta bayi, bingung harus berjalan lewat mana.
Di luar kawasan Kota Tua, atmosfernya tak kalah sibuk. Ada banyak distrik baru yang dihuni kantor dan apartemen. Jalan layang melintang di banyak perempatan. Crane bersaing menggapai langit. Menurut survei Emporis, Hanoi berada di posisi ke-37 dalam daftar kota dengan pencakar langit terbanyak di dunia.
“Bisnis memang tumbuh di sini,” jelas Anthony Slewka, mantan marinir Amerika Serikat yang beralih karier ke sektor perhotelan. “Itu juga sebabnya hotel bisnis bermunculan.” Saya menemui Anthony di Angelina, restoran mewah yang menawarkan paket “Trump & Kim Lunch,” persis seperti yang dinikmati kedua kepala negara itu ketika bersua di Hanoi. Menggiurkan memang, tapi saya memilih mengosongkan perut untuk melahap paket pesaing dari warung tetangga: bun cha yang disantap Barack Obama dan Anthony Bourdain.
Pentas musik di Savage, kelab malam rubanah paling kondang di Hanoi.
Dalam buku Hanoi, A Metropolis in the Making, Sylvie Franchette merangkum perubahan pesat Hanoi sebagai “metropolisation” yang digerakkan oleh dua aktor utama: negara dan perusahaan pengembang. Namun dia juga menyebut fenomena ini tidaklah datang sekonyong-konyong. Apa yang melanda Hanoi sebenarnya dimulai di Ho Chi Minh City (HCMC).
Hal yang paling Anda nikmati selama bekerja? Menyaksikan persahabatan antara staf, dan melihat mereka tumbuh dan mengembangkan potensi mereka. Di The Residence Bintan, kami memiliki banyak tamu berulang, yang menunjukkan tingginya standar layanan yang diberikan oleh tim kami.
Di mana Anda bekerja sebelum akhirnya kembali ke Indonesia? Saya berada di sebuah hotel di pegunungan Al-Hajar di Oman, sebuah tempat menakjubkan yang bertengger 2.000 meter di atas permukaan laut. Iklimnya sejuk meski berada di negeri padang pasir yang panas di Timur Tengah.
Sebagian besar pengunjung ke Bintan cenderung hanya tinggal di daerah utara yang paling dekat dengan Singapura. Apa yang bisa dilihat dan dilakukan di selatan? Daerah selatan memiliki banyak pulau kecil tersembunyi, sehingga pengunjung sangat disarankan untuk melakukan snorkeling dan menyelam. Terdapat juga sandbanks yang muncul saat air surut. Selain itu, pengunjung berkesempatan untuk menjelajahi desa-desa setempat dan melihat kelong di laut [anjungan penangkapan ikan tradisional] yang masih digunakan sampai sekarang.
Tiga aktivitas wajib? Hal pertama yang saya sarankan adalah mencicipi kuliner kami yang beragam. Salah satunya adalah restoran Segara, yang menawarkan pengalaman bersantap di tepi laut, dan barbeku pantai setiap Sabtu malam. Hidangan laut di sana sangat lezat. Anda juga harus mencoba paket perawatan di spa dan menghadiri kelas yoga. Cara lain untuk bersantai adalah dengan berjalan-jalan di tepi pantai atau hanya bersantai di salah satu overwater hammocks kami.
Restoran Rica Rica menyajikan cita rasa khas Indonesia. Menu populernya? Rendang daging, ayam bakar Jawa, dan aneka pilihan sate merupakan beberapa menu populer. Selain itu, beragam sambal—mulai dari rica-rica, matah, hingga sambal ijo—yang disajikan dengan kerupuk dan belinjo. Dalam waktu dekat, kami akan menyediakan pempek dari Sumatera Selatan dan siput laut gong gong, hidangan lokal favorit di Bintan.
Cendol panacota di Restoran Rica Rica.
Perubahan yang terjadi sejak Cenizaro Hotels & Resorts membuka resor di sini sejak dua tahun lalu? Beberapa area di properti ini dulunya merupakan area tandus, dan kami mengubahnya menjadi ladang pertanian yang sangat produktif untuk proyek Earth Basket. Selain itu, sejak kami merehabilitasi tanah dan menciptakan habitat yang ramah lingkungan, kian banyak burung dan kupu-kupu yang mampir ke sini.
Bisakah Anda ceritakan lebih banyak tentang upaya keberlanjutan The Residence Bintan? Kami tak hanya memangkas penggunaan plastik sekali pakai, namun juga memanfaatkan sebidang tanah besar sebagai test bed untuk seluruh proyek keberlanjutan yang ingin kami terapkan di seluruh grup.
Earth Basket adalah cara kami untuk mengurangi impor bahan makanan. Kami giat menyuburkan tanah dengan menambahkan kompos dari sisa makanan, dan tidak menggunakan pestisida atau pupuk sintetis apa pun. Earth Basket merupakan kesempatan bagi para tamu dan staf untuk terlibat dalam pertanian organik dan memikirkan makanan yang mereka makan.
Selain itu, kami juga telah mempromosikan pendidikan keberlanjutan yang dimulai dari karyawan, sehingga mereka memahami dampak pekerjaannya terhadap lingkungan. Kami juga melibatkan masyarakat luas dalam proyek penanaman kembali bakau dan pembersihan pantai di sekitar desa setempat.
Executive Chef, Lambok Tambunan di area Earth Basket.
Bagaimana dengan rencana jalur jogging di kebun botani? Proyek ini dimulai sejak tahun lalu dan berjalan sangat cepat. Kami ingin mengajak seluruh tamu untuk lebih dekat dengan alam. Mereka bisa melihat pohon buah-buahan lokal hingga kebun obat di rute sepanjang dua kilometer ini.
Sejak semua orang tinggal di rumah, bagaimana dengan staf hotel? Kami memiliki kelas yoga dan olahraga online untuk membuat staf kami tetap terlibat. Ada juga proyek “gotong royong” di mana orang-orang dari berbagai departemen membantu dalam semua bidang pekerjaan. Ini memberi mereka kesempatan untuk lebih dekat dan menghargai pekerjaan di tiap departemen.
Rencana Anda saat turis kembali ke Bintan? Saat orang-orang keluar dari isolasi di rumah pasca-pandemi, mereka akan mendambakan alam bebas. Saya pikir kami memiliki keuntungan karena menyediakan retret alam yang cocok untuk segala usia. Saat ini, semakin banyak turis yang menghormati destinasi yang mereka kunjungi. Oleh karena itu, kami akan menyoroti aktivitas lingkungan dan komunitas kami untuk para tamu yang ingin berkontribusi terhadap planet ini.
Our Jamu expert Sovia is here to show you how to create your own jamu at home with an easy to follow recipe. This all-heal traditional elixir will help you boost your immune system, and keep your body fit. Stay at home, stay safe!
Selama masa isolasi di rumah, Anda harus tetap menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah jatuh sakit. Peduli akan hal tersebut, The Apurva Kempinski Bali rutin memberikan tips seputar kesehatan. Setelah Wellness Expert mereka memperkenalkan meditasi chakra yang dapat dicoba sendiri di rumah, sekarang Jamu Expert mereka akan berbagi resep ramuan tradisional Indonesia yang dapat membantu menjaga kesehatan. Jamu terkenal dengan manfaat kesehatannya, jadi mengapa Anda tidak membuat dan menikmatinya bersama keluarga di rumah?
Jamu Kunyit Asam
Bahan:
20 gr gula merah
20 gr gula pasir
120 ml madu
150 gr asam jawa
100 ml air jeruk nipis
100 gr kunyit
15 gr jahe
5 gr jahe aromatik
150 gr buah asam jawa
Cara membuat:
Bersihkan dan kupas jahe, jahe aromatik, dan kunyit. Potong kecil-kecil, kemudian blender.
Saring, lalu campur dengan 1.000 ml air. Kemudian didihkan dengan api sedang selama 20 menit.
Masukkan gula pasir, gula merah, buah asam jawa, madu, air jeruk nipis, dan asam jawa. Didihkan kembali selama lima menit.