Quantcast
Channel: Themes | DestinAsian Indonesia
Viewing all 1032 articles
Browse latest View live

7 Tempat Baru di Bandung

$
0
0

Armor Kopi menawarkan atmosfer baru dalam menikmati kopi.

“Selalu ada alasan untuk ke Bandung.” Sepertinya kalimat tersebut ada benarnya. Pasalnya, nyaris tiap bulan selalu ada tempat-tempat baru yang buka di Kota Kembang, mulai dari kedai kopi hingga galeri seni dan restoran. Kami mengunjungi delapan di antaranya.

Teks dan foto oleh Yohanes Sandy

Dari kiri ke kanan: interior Buttercup yang mewah; roti egg ham yang menggugah selera; seorang koki di dapur Buttercup.

Dari kiri ke kanan: interior Buttercup yang mewah; roti egg ham yang menggugah selera; seorang koki di dapur Buttercup.

Buttercup Boulangerie
Namanya unik. Namun sebagian orang lebih suka menyebutnya dengan Buttercup Bakery. Toko roti ini bersemayam di Jalan Djuanda, bersarang di dalam bangunan berarsitektur kolonial yang terletak di halaman hotel Four Points Bandung. Interiornya mengusung gaya elegan dengan sofa berlapis kulit.

Toko roti ini buka akhir Juli 2016. Saat saya datang, mereka masih dalam masa soft opening. Seperti toko roti kebanyakan, konsep jualannya pun sama. Roti-roti hangat beraneka rasa dipajang berderet. Tamu bisa memilih sesukanya. Tapi yang menarik, resep-resepnya diciptakan oleh salah satu koki pastry terbaik asal Jepang, Kurata Hirokazu. Di Jepang, Kurata sendiri memiliki enam toko roti bernama Daisy di Kawaguchi dan Warabi.

Saya mencoba beberapa pilihan rotinya, seperti roti kroisan dan egg ham untuk sarapan lengkap dengan segelas kopi cappuccino hangat. Roti kroisannya lembut, meskipun kepadatannya perlu ditingkatkan lagi. Sedangkan egg ham-nya mencuri perhatian dengan rasa gurih yang pas dan roti yang super lembut. Sementara itu, karena tidak ditangani oleh barista profesional, cappuccino disajikan seadanya. Padahal pemilihan biji kopinya sudah cukup mumpuni.

Bagi Anda yang menyukai sesi afternoon tea, paketnya dibanderol Rp125.000. Ke depannya, selain pilihan pastry, Buttercup juga akan menyajikan menu main course yang tersedia untuk makan siang dan malam. Jl. Ir. H. Djuanda No. 46.

Dari kiri ke kanan: fasad gedung HolyRibs Bandung; sajian iga bakar; interior HolyRibs Bandung.

Dari kiri ke kanan: fasad gedung HolyRibs Bandung; sajian iga bakar; interior HolyRibs Bandung.

HolyRibs
Grup The Holycow! melebarkan sayapnya ke Bandung. Restoran yang memulai usahanya dengan merilis Holycow Steakhouse by Chef Afit ini membuka gerai restoran iga bakar ketiganya sekaligus gerai pertama di Bandung.

HolyRibs Bandung bersemayam di Jalan Tirtayasa. Bangunannya merupakan bekas rumah warga yang dipugar menjadi restoran dengan kapasitas yang tak terlalu besar. “Ini cabang pertama yang memiliki area outdoor,” ujar Afit Dwi Purwanto, pemilik sekaligus koki restoran tersebut setengah berpromosi.

Seperti cabangnya di Jakarta, menu andalannya adalah iga bakar yang dimasak secara perlahan dalam waktu 10-12 jam. Pilihan dagingnya mulai dari US Prime hingga wagyu. Karena dimasak dengan cara slow cooking, maka daging jadi gampang lepas dari tulang dan lumer di mulut. Selain iga, HolyRibs juga menyediakan pilihan steak, ayam, dan sosis. Jl. Tirtayasa No. 30; 0812-2002-3458.

Dari kiri ke kanan: penataan meja dan kursi khas kedai kaki lima; sate babi yang menjadi primadona; salah satu sudut Sudirman Street.

Dari kiri ke kanan: penataan meja dan kursi khas kedai kaki lima; sate babi yang menjadi primadona; salah satu sudut Sudirman Street.

Sudirman Street
Ini bukan nama restoran, namun merupakan sentra kuliner Pecinan yang terletak di Pecinan. Sudirman Street dirancang sebagai pujasera yang menampung pedagang kaki lima. Mirip dengan Gurney Drive Hawker Center, pujasera paling ramai di Penang. Lupakan kursi nyaman dan ruangan dengan pendingin udara. Semua yang datang memiliki tujuan yang sama: menikmati kuliner terbaik Pecinan.

Beberapa kios buka dari siang, namun sejatinya roda kehidupan di Sudirman Street dimulai dari pukul 18:00. Pujasera ini menampung beragam kuliner khas Tiongkok maupun Peranakan. Sebut saja nasi campur babi, sate babi, ba kut teh, iga babi panggang, hingga martabak babi. Salah satu primadona di sini adalah sate babi dari kedai Wibisana yang selalu dipadati pengunjung. Jl. Sudirman No. 107 – Jl. Cibadak No. 114.

Dari kiri ke kanan: pemandangan di Wot Batu; kursi merenung yang terbuat dari batu; salah satu instalasi seni.

Dari kiri ke kanan: pemandangan di Wot Batu; kursi merenung yang terbuat dari batu; salah satu instalasi seni.

Wot Batu
Wot Batu bukan restoran atau kedai kopi, melainkan galeri seni yang menampung instalasi seni karya seniman asal Bandung, Sunaryo. Wot Batu terletak di Jalan Bukit Pakar Timur. Lokasinya hanya beberapa langkah dari Selasar Sunaryo yang tersohor itu. “Butuh waktu tiga tahun bagi Pak Sunaryo untuk membangun instalasi ini,” tutur pemandu yang membimbing saya waktu itu.

Wot Batu dibuka pada 2015 di atas lahan seluas 2.000 meter persegi. Di dalamnya terserak 11 karya seni yang terbuat dari 136 batu dalam berbagai ukuran dan bentuk. Beberapa batunya didatangkan dari luar negeri. Menurut sang pemandu, Sunaryo membangun tempat ini sebagai “jembatan” yang menghubungkan antara fisik dan jiwa manusia, serta empat elemen kehidupan, yakni air, tanah, dan angin. Elemen tersebut diterjemahkan pada instalasi-instalasi di dalam Wot Batu.

Wot Batu dibangun mengawinkan bangunan bergaya modern minimalis dengan taman luas. Dari ruang istirahatnya, pengunjung dapat menikmati minuman segar sambil melihat pemandangan perbukitan. Tiket masuk dibanderol Rp50.000 per orang termasuk pemandu dan segelas minuman segar. Jl. Bukit Pakar Timur No.98; 022/8252-4480; wotbatu.id.


7 Tempat Kuliner Lokal di Hong Kong

$
0
0

Aneka dim sum menggiurkan dari Tim Ho Wan.

Untuk urusan mengisi perut, Hong Kong menawarkan tempat makan dan restoran yang tak terhitung jumlahnya. Mulai dari restoran berbintang Michelin hingga kedai kaki lima dengan kreasi kuliner menggoda lidah. Kami bertanya kepada tujuh figur berpengaruh di Hong Kong mengenai tempat makan favorit mereka di kota tersebut.

Oleh Cristian Rahadiansyah & Reza Idris
Foto oleh Anastasia Darsono

Aneka dim sum menggiurkan dari Tim Ho Wan.

Aneka dim sum menggiurkan dari Tim Ho Wan.

Tim Ho Wan
G/F, 9-11 Fuk Wing Street, Sham Shui Po; 852/2788-1226; timhowan.com.

Direkomendasikan oleh Michael Sloan, ilustrator dan seniman andal asal Amerika Serikat yang kini menetap di Hong Kong.

Tim Ho Wan, menurut Michael, adalah “restoran dim sum terbaik di Hong Kong yang menawarkan harga terjangkau.” Satu info yang juga penting ditambahkan: Tim Ho Wan rutin menyabet bintang Michelin. Tahun ini, dari total lima cabangnya di Hong Kong, peraihnya adalah cabang North Point dan Sham Shui Po.

 

Lei Garden
Elements, Shop 2068-2070, 1 Austin Road West, Kowloon; 852/2196-8133; leigarden.hk.

Direkomendasikan oleh Jade Lui, selebriti kelahiran Hong Kong yang juga produser acara memasak di televisi.

“Masakannya lezat. Rasanya pas untuk keluarga saya, dan selalu konsisten dari tahun ke tahun,” ungkap Jade. Lei Garden dirintis oleh Chan Shu Kit pada 1973 dan kini telah memiliki 24 cabang di sejumlah negara. Restoran ini juga tersohor sebagai pencipta XO, saus legendaris yang kini menjadi bagian integral dunia kuliner Hong Kong.

Interior Sing Yin yang mengusung desain kontemporer.

Interior Sing Yin yang mengusung desain kontemporer.

Sing Yin
W Hong Kong, 1 Austin Road West, Kowloon Station, Kowloon; 852/3717-2222; w-hongkong.com.

Direkomendasikan oleh Arun R, Music Curator W Hong Kong dan DJ yang selama 12 tahun terakhir mengguncang kelab ternama di Hong Kong, seperti Drop, Gecko, dan Ozone.

“Masakan di sini selalu dipresentasikan cantik,” jelas Arun. “Uniknya, kita tetap merasa sedang menikmati masakan tradisional.” Sing Yin mengandalkan menu dim sum dan seafood. Tapi kuliner bukanlah satu-satunya aset tempat ini. Layaknya restoran di properti W, Sing Yin mengusung interior yang kaya permainan desain, baik dalam wujud instalasi seni maupun wallpaper yang mengecoh mata.

Seventh Son
Kwan Chart Building, 6 Tonnochy Road, Wan Chai; 852/2892-2888; seventhson.hk.

Direkomendasikan oleh Janice Leung Hayes, pengasuh blog kuliner, pendiri sentra jajan Tong Chong Street Market, serta penulis lepas bagi sejumlah media ternama.

Restoran yang didirikan oleh Chui Wai-kwan ini mengandalkan menu-menu beraliran Kanton, mulai dari dim sum hingga kreasi atraktif seperti nasi goreng yang dibungkus daun lotus. “Resep-resep di restoran ini diwariskan turun-temurun,” ujar Janice. “Kualitas masakannya, bagi saya, mendekati sempurna.”

Hidangan khas Tiongkok di Sang Kee.

Hidangan khas Tiongkok di Sang Kee.

Sang Kee
2-3/F, 107-115, Hennessy Road, Wan Chai; 852/2575-2239.

Direkomendasikan oleh Andre Fu, arsitek andal yang tercantum dalam daftar Top 20 Interior Designers 2015 versi majalah Wallpaper.

Restoran ini sudah berdiri lebih dari tiga dekade, bertengger di lantai dua sebuah ruko, serta tidak memiliki etalase di muka bangunan. Mudah ditebak, mayoritas tamunya adalah pelanggan reguler. Sang Kee meracik masakan rumahan seperti stir fry, salt baked chicken, serta babi saus asam manis. “Hidangan di sini memiliki aroma yang lezat dan cita rasa lokal yang kental,” kata Andre.

Lei Garden
G/F, 121 Sai Yee Street, Mong Kok, Kowloon; 852/2392-5184; leigarden.hk.

Direkomendasikan oleh Aries Sin, perancang busana yang ditempatkan di jajaran Next Generation of Design Talent versi majalah Prespective. Wanita ini juga dikenal berkat rancangannya yang berkarakter androgini.

Tahun ini, lima cabang Lei Garden di Hong Kong sukses meraih satu bintang Michelin. Jika ingin bersantap sembari bernostalgia, pilihlah cabang Mong Kok yang berusia paling lanjut. “Restoran ini modern,” jelas Aries, “tapi tetap mampu menjaga rasa tradisional masakan, terutama untuk menu dim sum.”

Dari kiri ke kanan: hidangan dim sum khas Mott 32; interior Mott 32 yang bergaya khas.

Dari kiri ke kanan: hidangan dim sum khas Mott 32; interior Mott 32 yang bergaya khas.

Mott 32
Standard Chartered Bank Building, 4-4a Des Voeux Road, Central; 852/2885-8688; mott32.com.

Direkomendasikan oleh Jin Wong, ahli marketing digital yang juga merangkap sebagai pengasuh blog gaya hidup di Hong Kong.

Meminjam nama ruas jalan terkenal di kawasan pecinan di New York, Mott 32 mengusung desain yang mengombinasikan elemen Timur dan Barat. “Bebek Peking andalannya renyah dan empuk,” jelas Jin. “Sembari menunggu sesi makan malam, sambangi barnya untuk mencicipi koktail unik.”

Untuk tahu tentang panduan belanja anti-mainstream baca di sini. Ada juga panduan tempat minum kopi menarik di sini.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Mei/Juni 2016.

Geliat Ajang Festival di Negeri Jiran

$
0
0

Penampilan salah satu grup teater internasional di George Town Festival. (Foto oleh Pek Min Han)

Dari The Other Festival hingga Urbanscapes, festival-festival di Malaysia berjasa merekatkan solidaritas warga, menghidupkan sisi lain kota, menciptakan magnet wisata. Tantangan kini hadir dari sikap konservatif penguasa.

Oleh Ling Low

Dari sekian banyak mural di George Town, Ibu Kota Penang, salah satunya menampilkan seorang bocah yang tengah mengendarai sepeda motor. Karya ini melekat di sebidang dinding di gang sempit. Saban akhir pekan, turis memotret karya seniman Lithuania Ernest Zacharevic itu. Saat catnya mulai pudar, Zacharevic memperbaruinya. “Mungkin sudah lima juta orang yang menyentuhnya, merabanya, mengunggah fotonya di Instagram,” ujar Joe Sidek, Direktur George Town Festival. “Andaikan dipajang di galeri, jumlah orang yang melihatnya mungkin cuma sepersepuluhnya.”

Tahun ini, George Town Festival dijadwalkan bergulir dari 29 Juli-28 Agustus 2016. Festival ini, seperti mural-mural di seantero kota, bertujuan mengusung seni ke ruang publik agar bisa dinikmati khalayak. “Festival kami berbicara soal rasa bangga yang bersifat lokal, tentang kepemilikan bersama atas ruang dan tempat,” lanjut Sidek. “Ajang ini membuat warga menaruh perhatian lebih pada tempat hidup mereka sendiri.”

Selama sebulan, George Town Festival menampilkan sejumlah pameran, seminar, konser musik, serta pertunjukan teater. Mayoritas acara ditukangi warga lokal. Menjauh dari venue konvensional seperti galeri, acara-acara tersebut bergulir di beberapa rumah, kuil, hingga kedai kopi. Walau banyak pengisi acara datang dari luar negeri, sekitar 80 persen suguhannya dibuka gratis. “Satu hal yang kadang dilupakan orang, festival ini bukan soal pementasan. Suguhan utamanya adalah George Town itu sendiri,” kata Sidek lagi.

Pertunjukan oleh All Things Malaysian (ATM) dalam George Town Festival 2015. (Foto: Pek Min Han)

Pertunjukan oleh All Things Malaysian (ATM) dalam George Town Festival 2015. (Foto: Pek Min Han)

Dalam tujuh tahun terakhir, George Town Festival tumbuh impresif. Tahun lalu, sekitar 200.000 orang menghadirinya. Festival ini juga telah menuai sorotan media internasional. “Think global, act local,” ujar sebait petuah klasik. Dalam kasus George Town Festival, prinsip sebaliknya juga berlaku: “Think local, act global.

Salah satu nomor pentas tahun lalu, 100% Penang, melibatkan 100 orang penduduk Penang di atas panggung. Berkolaborasi dengan grup teater asal Jerman Rimini Protokoll, pertunjukan itu meminta partisipan membeberkan opini, mimpi, dan realitas hidup mereka. Bisa dibilang, 100% Penang merangkum dengan sempurna semangat George Town Festival, sebuah hajatan besar di mana kota dan penghuninya sama-sama berperan vital dalam kesuksesan acara. Menyadari kontribusi penting tersebut, Pemerintah Negara Bagian Penang royal mengalokasikan dana bagi George Town Festival.

Di banyak belahan bumi, festival berperan sebagai katalisator budaya. Lebih dari sekadar kemeriahan, festival menghadirkan pengalaman yang mengubah persepsi atas sebuah tempat, baik di mata turis maupun warga. Itu sebabnya, mendengar kata Jaipur, kita akan berpikir tentang literatur; mendengar kata Edinburgh, kita membayangkan komedi.

Penang sudah lama tersohor akan makanan jalanannya, juga kekayaan arsitekturnya yang telah dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia. Melalui George Town Festival, Penang merangkai citra baru sebagai jantung seni kreatif Asia Tenggara. Dan kisahnya menjadi teladan bagi banyak tempat di Malaysia.

Beberapa tahun silam, Ipoh dipandang sebagai kota transit belaka. Gelombang migrasi kaum mudanya ke Kuala Lumpur membuat Ipoh kehilangan denyut kehidupan. Kota ini pun dicitrakan sebagai sebuah kota pensiun yang tak menawarkan banyak kegiatan kecuali merenung dan melamun.

“Bahkan warga Ipoh sendiri lupa apa saja yang bisa dilakukan di sini,” ungkap Lainie Yeoh, salah seorang project leader Kakiseni, LSM yang bermarkas di Kuala Lumpur. Oktober tahun lalu, Kakiseni menyelenggarakan The Other Festival di Ipoh. Seperti George Town Festival, pergelaran ini menyajikan beragam acara yang memiliki relevansi kuat dengan lokasinya. The Other Festival mendatangkan seniman yang memiliki ikatan sejarah dengan Ipoh, lalu meminta mereka berbagi kisah dan memandu tur jalan kaki.

“Ada banyak sudut menarik di Ipoh,” lanjut Yeoh, yang juga berasal dari sini. “Kami ingin memperkenalkan tempat-tempat itu ke publik.” Demi agenda itu pula, The Other Festival memanfaatkan venue semacam bar dan bekas toko letterpress. Tak terbiasa dengankeramaian, beberapa pemilik tempat awalnyaenggan terlibat, walau pada akhirnya lebihbanyak orang yang setuju berpartisipasi.Selain menarik perhatian signifikan dariwarga dan wisatawan, The Other Festivalmeninggalkanjejak yang cukup kentara di Ipoh.

Berhubung festival ini menggelar banyak walking tour, Kakiseni membujuk dewan kota untuk mengecat zebra cross di jalan-jalan utama guna memudahkan pejalan kaki. Dampak sebuah festival kadang terlihat gamblang, walau di momen yang lain kita hanya bisa merasakannya. The Other Festival menyibukkan banyak restoran dan hotel, juga membuka lapangan kerja temporer. Kita bisa menghitung sumbangan ekonominya ke kas kota. Tapi ada nilai lain dari festival ini yang sulit dikalkulasi, yakni meningkatnya ikatan sosial sebuah komunitas kota. >>

6 Kapal Tradisional Khas Indonesia

$
0
0

Searah jarum jam dari paling kiri: pencalang, jukung, pinisi, sandek, kora-kora, dan pledang. (Ilustrasi oleh Aditya Pratama)

Enam moda transportasi laut bersejarah yang menjelaskan mengapa nenek moyang kita seorang pelaut.

Oleh Christian Rahadiansyah

1. Pencalang
“Pencalang berasal dari Melayu, sekitar perairan Selat Malaka,” tulis Djoko Pramono dalam Buku Budaya Bahari. V.J. Verth dalam Borneo’s Wester Afdeeling menyebut pencalang memiliki peran dalam sejarah pendirian Pontianak. “Pencalang” memiliki akar kata yang sama dengan “lancang,” dan legenda Hang Tuah menyebut Lancang Kuning sebagai kendaraan perkasa Sumatera.

2. Jukung
Menurut Sejarah Nasional Indonesia II, jukung sudah tertulis dalam Prasasti Julah dari abad ke-10. Perahu Bali ini memiliki cadik ganda dan layar segitiga. Jukung juga dikenal sebagai perahu khas Banjar. (Banjarmasin menggelar Festival Jukung Hias setiap tahunnya.) Uniknya, Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak mengenal istilah “jukung,” melainkan “jongkong.

3. Pinisi
Pinisi, tulis Lawrence Blair dalam Ring of Fire, adalah produk hibrida antara perahu Sulawesi dan galleon pembawa rempah khas Portugis dari abad ke-17. Kapal ini dicirikan oleh dua tiang utama dan tujuh layar. Pinisi sempat digunakan oleh Alfred Russel Wallace saat melakukan penelitian di Indonesia, serta pernah diabadikan dalam lembaran Rp100 keluaran 1992.

The World in Pictures: Agustus 2016

$
0
0

header 01

Gili Trawangan

Gili Trawangan
Sejumlah pelancong asing berkerumun di sebidang pantai Gili Trawangan, pulau wisata yang paling ramai di lepas pantai barat Lombok. Awal Agustus,pulau yang hampir seluruh lahan pesisirnya ditaburi penginapan dan restoran ini tengah menikmati periode puncak musim turis. Foto oleh Rian Afriadi (instagram.com/afriadirian).

 

Hokkaido

Hokkaido
Para pengunjung Asahiyama Zoo menyaksikan seekor anjing laut yang berenang melewati tabung penghubung akuarium. Kebun binatang yang menampung sekitar 800 satwa ini berlokasi di kota Asahikawa, Hokkaido, sisi utara Jepang. Foto oleh Irene Iskandar (ireneiskandar.com).

 

Jakarta

Jakarta
Para pekerja sedang merampungkan salah satu ruas terowongan kereta bawah tanah di kawasan Thamrin. Ditargetkan rampung pada 2019, megaproyek Mass Rapid Transit (MRT) adalah bagian dari agenda pemerintah untuk secara bertahap mengatasi kemacetan akut di Ibu Kota. Foto oleh Atet Dwi Pramadia (atetpramadia.com).

 

Magelang

Magelang
Penari anak-anak dalam Festival Lima Gunung yang bergulir di Dusun Keron, sebuah permukiman di antara Gunung Merapi dan Merbabu. Pergelaran tahunan ini diadakan dan diikuti oleh komunitas-komunitas seni dari kawasan Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh. Foto oleh Tarko Sudiarno (instagram.com/tarkosudiarno).

 

NYC

New York City
Seorang pengamen berpose di Times Square, kawasan bisnis dan wisata yang terkenal di New York City. Di tempat yang dijuluki “Persimpangan Dunia” ini, di mana beragam manusia dari penjuru bumi berpapasan dan bersua, banyak seniman hadir untuk menyuguhkan hiburan sekaligus mencari nafkah. Foto oleh Ricko Fernando (rickofernando.com).

 

Palembang

Palembang
Dalam posisi duduk di atas sebilah bambu, dua peserta lomba gebuk bantal berusaha saling menjatuhkan. Di Palembang, juga banyak daerah di Indonesia, lomba ini lazim digelar dalam perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Foto oleh Muhammad Fajri (muhammadfajrie.com).

Untuk lihat foto-foto lainnya, klik di sini.

Menghidupkan Kembali Pamor Wakatobi

$
0
0

Jalan sempit menuju Mercusuar Sangia yang menjulang di tepi Pulau Binongko.

Lama meredup dari peta wisata, Wakatobi bertekad mengembalikan pamornya. Kali ini, warga, termasuk mereka yang dulu merusak alam, menjadi motor utama perubahan.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Rony Zakaria

Wakatobi adalah kisah tentang kembalinya si anak hilang, tentang mutiara yang kusam, tapi kini dipoles ulang agar kembali cemerlang. “Cita-cita saya menjadi manajer hotel,” ujar Sofia. “Manajer hotel di Wakatobi.” Angin hangat melenggang di ruang SMKN 1 Kaledupa. Cahaya mentari merembes melalui pintu yang dibiarkan terbuka. Seperti di banyak desa di Pulau Kaledupa, lampu di sekolah ini baru menyala pukul enam sore.

Sofia, gadis belia yang mengambil jurusan perhotelan, baru saja merampungkan periode magangnya. Di sebuah hotel di Kendari, dia berlatih cara membukakan pintu, menghidangkan makanan, membentangkan seprai. “Setelah lulus, saya ingin bekerja di resor Hoga Dive,” katanya lagi.

Saya sempat mampir ke resor itu. Lokasinya di Pulau Hoga. Saat saya datang, belasan bungalonya sedang kosong. Karyawannya hanya tiga orang. Tak ada tamu, mereka bersantai menonton televisi. Bukan tempat yang menjanjikan bagi Sofia untuk meniti karier. Di mana gerangan para turis kini?

Pada 2014, Wakatobi dikunjungi oleh 14.000 turis. Berhubung di sini terdapat 44 penginapan, itu artinya tiap penginapan menerima maksimum hanya satu tamu per harinya. Angka yang terlalu minim untuk memutar roda bisnis. Kenapa tak banyak pelancong yang berkenan melirik Wakatobi?

Saya datang ke Wakatobi pertama kalinya lima tahun lalu. Seperti kebanyakan turis, saya datang untuk menyelam. Hanya menyelam. Wakatobi tak menawarkan banyak hal kecuali ikan dan karang. Di sini tak ada gunung yang agung, tak ada sungai yang berliku, tak ada pematang yang mengukir lereng. “Bukan tanah berbatu, tapi batu bertanah,” begitu warga lokal menggambarkan tanah di sini yang tak sudi menyemai padi.

Tanah memang tak menjanjikan banyak harapan di Wakatobi. “Hanya singkong yang bisa tumbuh,” kata warga lainnya. Itu sebabnya nasib digantungkan pada laut, persisnya pada sektor perikanan dan pariwisata. Akan tetapi, dalam satu dekade terakhir, berita-berita seputar Wakatobi justru dihiasi oleh lesunya kedua sektor itu.

Hasil tangkapan susut. Arus turis seret. April 2016,saya kembali datang ke Wakatobi, bukan untukmenyelam, melainkan memotret upaya kepulauanini menyembuhkan duka dan menorehkan tawa.

Mendarat di Bandara Matahora, Pulau Wangi-Wangi, saya disambut sebuah terminal baru yang apik dan resik, jauh lebih megah dibandingkan terminal lama yang lebih mirip Puskesmas. Pemugaran terminal lazimnya ditujukan untuk merespons peningkatan penumpang, tapi tidak di Matahora. Sejak dua tahun terakhir, Wakatobi cuma dilayani dua maskapai. Wings Air terbang sekali per hari. Aviastar seminggu sekali. Dua maskapai lainnya, Susi Air dan Xpress Air, sudah lama pamit.

Jalan sempit menuju Mercusuar Sangia yang menjulang di tepi Pulau Binongko.

Jalan sempit menuju Mercusuar Sangia yang menjulang di tepi Pulau Binongko.

“Di sektor pariwisata, kendala terbesar kita adalah akses,” kata Bupati Wakatobi, Hugua (masa jabatannya habis Juni 2016). “Dari 3A rumus pariwisata, kita sudah punya dua. Kita punya attractions dan amenities, tapi access terbatas.”

Wakatobi, bagi Hugua, punya segalanya untuk menjadi magnet dunia. Payahnya sektor pariwisata murni karena kendala akses. “Saya berharap dengan adanya terminal baru, Garuda mau terbang ke sini,” katanya lagi. Telur dulu, baru ayam. Bangun dulu, nanti mereka akan datang. Agaknya itu keyakinan sang bupati ketika mengerek terminal baru. Akses, inikah jawaban bagi masalah pariwisata Wakatobi?

Saya mengenang Wakatobi sebagai tempat yang tak butuh banyak pintu untuk mendatangkan tamu. Petualang tulen pasti mencantumkannya dalam daftar tempat yang wajib diselami. Wakatobi, gugusan 43 pulau dan lima atol, termaktub dalam kawasan Segitiga Karang Dunia. Alam bawah lautnya melegenda. Di sinilah Operation Wallacea, proyek penelitian biologi transnasional, dirintis pada 1995. Sebagai destinasi selam, bintang Wakatobi bersinar lebih dulu ketimbang Raja Ampat.

Saya juga ingat, Wakatobi adalah sebuah percontohan. Inilah taman nasional pertama yang mengaplikasikan sistem zonasi. Dalam sistem ini, laut dipecah ke dalam banyak kaveling dengan peruntukan spesifik. Ada zona nelayan, zona wisata, juga zona verboten di mana ikan haram disentuh. >>

Panduan Menjelajah Seychelles

$
0
0

Panorama Seychelles.

Mengandalkan aset wisata seperti kura-kura raksasa, karnaval internasional, dan kelapa gigantik, Seychelles adalah alternatif yang lebih menghibur dan bersahaja dari Maladewa.

Oleh Trinity

Nama Seychelles sempat melambung usai dipilih sebagai tempat bulan madu oleh Pangeran William dan Kate Middleton. Sebelumnya, di kalangan turis Indonesia, kepulauan yang terapung di Samudra Hindia ini kurang dikenal. Jangankan mengunjunginya, membayangkan lokasinya di atas peta pun banyak orang kesulitan.

Dibandingkan Maladewa misalnya, tetangganya yang terpisah 2.000 kilometer, Seychelles memang belum menikmati reputasi sebagai destinasi utama dunia. Negara ini hanya membukukan 270.000 kunjungan turis asing, seperempat pencapaian Maladewa.

Tapi Seychelles setidaknya punya tiga aset yang tidak dimiliki tetangganya: kura-kura berusia dua abad, karnaval tahunan yang diikuti peserta internasional, serta buah kelapa gigantik yang bertubuh sensual. Saya datang untuk melihat ketiganya.

Saat pesawat bersiap mendarat di bandara, saya melongok ke jendela dan merasa sedang melayang di atas Indonesia Timur. Seychelles, negara terkecil di Afrika, disusun oleh 115 pulau yang dibingkai pantai berpasir putih, dinaungi perbukitan hijau, serta ditumbuhi nyiur. Populasinya cuma 92.000 jiwa. Luas daratannya 455 kilometer persegi, lebih kecil dari Singapura.

Panorama Seychelles.

Panorama Seychelles.

Saya mendarat di Mahe, pulau terbesar dan terpadat di Seychelles. Victoria, ibu kota negara, juga terletak di sini. Keluar dari pesawat, terik langsung menyengat dan saya berjalan menuju loket imigrasi dengan tubuh penuh peluh. Petugas imigrasi cukup pendiam, tidak banyak bertanya. Dia hanya meminta saya menunjukkan tiket bolak-balik, kemudian mengecap paspor dengan gambar yang menyerupai bokong wanita.

Saya menginap di daerah Pantai Beau Vallon, sekitar 15 menit berkendara dari Kota Victoria. Di sepanjang pantai berjajar hotel dan resor dengan latar perbukitan hijau. Pariwisata adalah sektor yang vital bagi Seychelles. Sekitar 70 persen devisanya dipasok dari kantong turis. Kendati demikian, negeri ini tidak membiarkan aspek komersial pariwisata memberangus ruang-ruang publik. Pantai misalnya, tidak ditutup oleh pagar hotel, sebab peraturan pemerintah menyatakan pantai milik semua orang. Usai check-in, saya langsung menuju pantai yang steril dari sampah dan menceburkan diri ke laut berair tenang.

Victoria tidak memiliki pencakar langit. Bangunan di sini rata-rata hanya berlantai dua dan beratap seng. Satu struktur yang paling menonjol adalah Arul Mihu Navasakthi Vinayagar, kuil berwarna-warni setinggi 50 meter yang dibangun pada 1992 dan sering terpampang fotonya pada kartu pos. Kuil ini melayani penganut Hindu, agama terbesar kedua di Seychelles setelah Kristen. Ajaran Hindu dibawa oleh orang-orang India yang diimpor sebagai budak pada masa lalu. >>

18 Destinasi Pantai dan Pulau di Indonesia

$
0
0

Pemandangan memikat di Kepulauan Kei. (Foto oleh Sutiknyo).

Sebagai negara kepulauan terbesar sejagat yang dikaruniai 17.000 pulau dan dibingkai garis pesisir sepanjang 54.000 kilometer, Indonesia memang menawarkan banyak opsi destinasi bagi penggemar wisata bahari. Untuk memudahkan Anda merancang trip, kami meminta enam petualang—mulai dari penyelam, pelaut, hingga peselancar—merekomendasikan tempat-tempat favorit mereka di Indonesia.

Lokasi Island Hopping

Direkomendasikan oleh David John Schamp.

Sebagai pranatacara program televisi My Trip My Adventure, David rutin melawat ke beragam destinasi di Indonesia, tapi pria kelahiran 1986 yang mencintai selancar ini mengaku selalu mengidolakan pantai dan laut. “Saya hobi touring menaiki motor untuk menjajal medan-medan terbaik, tapi laut dan pantai selalu punya tempat tersendiri,” ujar David, pria kelahiran Pakistan yang pernah berperan dalam film Talak 3. (Wawancara oleh Reza Idris)

Pemandangan memikat di Kepulauan Kei. (Foto oleh Sutiknyo).

Pemandangan memikat di Kepulauan Kei. (Foto oleh Sutiknyo).

Kepulauan Kei
Menurut David, daya tarik terbesar Kepulauan Kei adalah pantai-pantainya, terutama Pantai Pasir Panjang. “Pantainya bersih dan pasirnya sangat halus. Barangkali ini pantai terbaik di Indonesia” ujarnya. Nama asli pantai ini sebenarnya Ngurbloat, tapi karena bentangan pasirnya mencapai dua kilometer, banyak orang menjulukinya Pantai Pasir Panjang.

Kepulauan Kei terdiri dari 25 pulau, dan belum semua aset wisatanya terpetakan. Satu pulau yang direkomendasikan David adalah Bair, tempat yang kerap dijuluki warga lokal sebagai “Raja Ampat versi Kei” berkat keindahan alamnya. Kata David, datang di pagi hari, kita bisa menyaksikan kerumunan lumba-lumba berenang melewati perairan pulau. “Tapi butuh momen yang pas,” pesan David. “Beruntung dalam kunjungan terakhir saya sempat melihatnya.”

Kepulauan Kei terletak di kaki Papua, terapung di antara Laut Arafura dan Laut Banda. Bandaranya terletak di Kota Tual dan dinamai Karel Satsuit Tubun, nama pahlawan nasional yang memang berasal dari kota ini. Untuk menjangkaunya, kita harus terbang dulu ke Ambon, kemudian meneruskan perjalanan menaiki pesawat selama 90 menit.

Nias
“Saya penggemar selancar, dan Nias salah satu destinasi favorit saya,” ungkap David. Di kalangan kaum pengendara ombak, Nias memang punya reputasi harum. Kejuaraan selancar tingkat nasional dan internasional digelar di sini sejak 1993. Fasilitas di Nias juga lumayan lengkap. Di sini telah terdapat beberapa resor, hotel, dan surf camp, misalnya Miga Beach Hotel dan Keyhole Surf Camp (niaskeyholesurfcamp.com).

Satu yang unik dari Nias, kita bisa menggabungkan trip selancar dengan island hopping. Di sisi timur pulau utama terdapat beberapa pulau kecil yang menampung titik-titik selancar, misalnya Pulau Hinako dan Bawa. Untuk ekspedisi lintas pulau yang lebih ekstrem, kita bisa meluncur ke Pulau Simuk dan Wunga yang merupakan bagian dari jaringan pulau terluar di Indonesia.

“Budaya suku Nias juga tidak kalah menarik,” tambah David, “misalnya dalam wujud ajang lompat batu dan rumah-rumah tradisional.”

Banggai

Namanya belum populer, tapi Kabupaten Banggai sebenarnya merupakan gerbang untuk menjangkau dua kepulauan anggun di Sulawesi Tengah: Kepulauan Togean di sebelah utara dan Kepulauan Banggai di sisi selatan. Cukup tersohor sebagai destinasi selam, Togean mengoleksi sembilan resor, mulai dari kelas premium semacam Sanctum (unauna-sanctum.com) hingga yang simpel seperti Fadhila Cottages (fadhilacottages.free.fr). Sementara Kepulauan Banggai, walau secara geografis cukup menjanjikan (terdiri dari 342 pulau), relatif belum terpetakan potensi wisatanya.

Penerbangan ke Kabupaten Banggai dilayani oleh sejumlah maskapai, salah satunya Garuda Indonesia (garuda-indonesia.com). Bandaranya terletak di Luwuk, kotayang menurut David “memikat lewat objek wisata darat dan pesisirnya.” Satu tempatdi dekat Luwuk yang direkomendasikan David adalah Pulau Tinalapu. “Perairannya sangat bening dengan aneka karang yang masih alami,” ujarnya. >>


Checking In: Four Points Bandung

$
0
0

Kamar dengan dominasi warna putih.

Melihat properti ketiga Four Points di Indonesia. Lokasinya di Bandung sangat strategis, dekat dengan Dago serta memiliki desain menawan.

Teks dan foto oleh Yohanes Sandy

—Lokasi

Four Points by Sheraton Bandung bersemayam di Jalan Ir. H. Djuanda, salah satu jalan protokol yang cukup populer di Kota Kembang. Lokasinya yang cukup strategis membuat hotel bintang empat ini memiliki akses yang cukup mudah ke sejumlah tempat keramaian, sebut saja pusat perbelanjaan Bandung Indah Plaza atau kawasan Dago dengan deretan factory outlet-nya.

—Desain

Four Points Bandung mengusung desain kolonial klasik. Gedungnya menjulang setinggi 12 lantai dengan eksterior dibalut warna putih. Memasuki lobinya, tamu akan disambut dengan lantai marmer mengilap bernuansa hitam putih serta kandil-kandil megah. Sofa-sofa nyaman juga disediakan di area resepsionis untuk tamu menunggu proses check-in maupun check-out.

Hotel yang didesain untuk tamu pebisnis dan turis ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas mumpuni. Sebut saja ballroom berkapasitas hingga 350 tamu, ruang rapat dengan berbagai ukuran dan kapasitas, serta kolam renang. Tak ketinggalan, pusat kebugaran yang beroperasi selama 24 jam setiap hari!

 

Dari kiri ke kanan: Citrus Best Brew Bar yang menyajikan koleksi bir lokal; Kolam renang di lantai dua.

Dari kiri ke kanan: Citrus Best Brew Bar yang menyajikan koleksi bir lokal; Kolam renang di lantai dua.

—Kamar  

Four Points Bandung memayungi 162 kamar dan suite. Tiap kamar menampilkan desain elegan dengan warna putih yang mendominasi. Saking dominannya warna tersebut, kamar terlihat sedikit pucat. Meskipun demikian, kesan simpel, elegan, dan rapi begitu terasa saat memasuki kamar.

Seperti properti Four Points di Kuta, kamar dan suite di hotel yang beroperasi di bawah jaringan Starwood ini juga dilengkapi amenity mumpuni. Sebut saja matras nyaman khas Four Points, mesin peracik kopi, iPod dock, televisi 42 inci, serta koneksi internet nirkabel berkecepatan tinggi yang bisa dipakai secara sonder bayar.

 

Dari kiri ke kanan: Salah satu live cooking station di restoran Saffron; Interior Edelweiss Sky Lounge yang terletak di lantai 12.

Dari kiri ke kanan: Salah satu live cooking station di restoran Saffron; Interior Edelweiss Sky Lounge yang terletak di lantai 12.

—Kuliner

Untuk urusan perut, Four Points Bandung telah menyediakan tiga tempat bagi tamu. Dimulai dari lantai pertama yang menampilkan restoran Saffron yang menyediakan beragam pilihan menu-menu internasional. “Di sini kami juga memperkenalkan konsep brunch setiap hari,” ujar Tesa Bimantoro Setiadi, Manajer Komunikasi dan Pemasaran. Jadi, alih-alih menunggu hingga akhir pekan, tamu diberikan kesempatan untuk menikmati hidangan brunch saban hari dengan harga Rp188.000 per orang. “Tamu bisa makan siang lebih pagi dan dapat menikmati sepuasnya. Setiap Rabu tersedia diskon 50 persen bagi tamu wanita,” pungkasnya.

Di lantai dua—berdampingan dengan kolam outdoor dan pusat kebugaran—bercokol Citrus Best Brew Pool Bar. Di sini tamu bisa menikmati beragam koleksi bir lokal dan internasional serta koktail khas. Saban akhir pekan, di sini juga digelar sesi barbeku. Sedangkan bagi mereka yang lebih mengutamakan privasi, tamu bisa berkunjung ke Edelweiss Sky Lounge di lantai teratas hotel. Di lounge yang dilengkapi dengan area outdoor ini, tamu bisa menikmati beragam sajian tapas serta minuman eksotis sambil menyaksikan panorama kota Bandung.

—Aktivitas

Lokasinya yang berada di daerah strategis membuat tamu mudah untuk menjangkau objek-objek wisata. Jika Anda suka wisata kuliner, Jalan Tirtayasa yang terletak di belakang hotel mengantongi bermacam tempat makan dan kedai kopi. Jika Anda suka tur sejarah, Jalan Asia-Afrika hanya 10 menit berkendara dari hotel. Jangan lupa, di kawasan Dago juga ada ajang car free day saban Ahad.

Jl. Ir. H Djuanda No. 46, Bandung; 022/8733-0330; fourpointsbandung.com; doubles mulai dari Rp999.000++.

Kisah Para Pembuat Pinisi

$
0
0

Panorama pesisir Bira, tempat yang melestarikan metode tradisional pembuatan kapal kayu di Indonesia.

Bagai artefak yang menolak tenggelam, pinisi masih bertahan di lautan, masih mengantarkan barang dan orang, bahkan menjelma jadi hotel-hotel terapung yang menawarkan tamasya ke pulau-pulau yang jauh. Siapa para pembuat sekunar legendaris ini?

Oleh Fatris MF
Foto oleh Muhammad Fadli

Apa yang bisa dibanggakan dari kapal layar di zaman ketika lautan telah dikuasai mesin dan peta dilepaskan dari tafsir? Di masa ketika angin telah patah, masihkah layar memiliki arti? Di perairan yang terserak di antara Sumbawa dan Flores, kapal-kapal kayu mewah berseliweran mengangkut turis mengandalkan mesin yang menderu. Di Sulawesi, kapal dengan tujuh layar yang menantang angin itu disebut pinisi.

Naturalis terpandang Alfred Russel Wallace pernah menaikinya dalam perjalanan dari Makassar ke Kepulauan Aru pada 1856. Dalam bukunya, dengan kagum dia menulis: “Betapa indah segala sesuatu di kapal ini—tidak ada cat, tidak ada ter, tidak ada tali baru… Yang ada justru bambu dan rotan, tali dari sabut, ilalang… Serat-serat asri tumbuhan yang mengingatkan akan suasana tenang di hutan yang hijau dan teduh.”

Bahtera itu memang disusun dari bahan-bahan alami. Terkesan udik, tapi sejarahnya dipenuhi catatan heroik. Kaum Bugis menggunakannya dalam misi-misi akbar: melayari samudra luas, melawat ke negeri-negeri yang jauh, mengangkangi laut-laut terdalam demi mencari sumber nafkah hingga ke Eropa dan Afrika. Pinisi pula alasan mengapa selama berabad-abad masyarakat di selatan Sulawesi dikenal sebagai pelaut ulung yang paling nekat, barangkali juga brutal.

“Mereka mencerminkan arketipe bajak laut dalam imajinasi Barat,” begitu antropolog Lawrence Blair menggambarkan mereka dalam Ring of Fire. “Mereka disebut-sebut sebagai navigator lautan yang paling piawai, yang dipandu oleh pola ombak dan petunjuk berupa rumput laut dan feses burung.”

 

Dari kiri ke kanan: Salah satu galangan kapal di Bira; Bangkai kapal di pesisir Bira.

Dari kiri ke kanan: Salah satu galangan kapal di Bira; Bangkai kapal di pesisir Bira.

Dengan takjub, Pius Caro juga menuliskannya dalam Ekspedisi Phinisi Nusantara: Pelayaran 69 Hari Mengarungi Samudra Pasifik. Pinisi, kata Pius, adalah perahu layar tradisional Bugis yang telah mencetak pelayaran-pelayaran bersejarah.

Semua catatan itu bagaikan pujian yang terdengar berlebihan di zaman sekarang. Sebuah zaman ketika layar tak ubahnya eksotisme dari masa silam dan mesin melambangkan kemajuan. Di manakah kini para pelaut tangkas dengan kapal-kapal layar mereka yang melegenda itu?

Dari Makassar, saya berkendara ke arah selatan. Saya melintasi jarak 150 kilometer, melewati desa-desa kecil, hingga akhirnya mendarat di Bulukumba, kabupaten di kaki Sulawesi Selatan, tempat desa-desa bertanah kering dan berbatu.

Sebuah miniatur kapal layar teronggok di tengah taman kota. Pada dindingnya tertulis “Mali’ Siparappe’,” pepatah lama Bugis dalam aksara Lontara yang berarti “hanyut sama-sama terdampar.” Tak cuma di taman. Bandara Sultan Hasanuddin dan ruang-ruang kantor pemerintahan juga memajang miniatur pinisi dengan ukuran yang lebih besar dari pajangan burung Garuda.

Seberapa pentingkah pinisi bagi tanah yang seolah menolak kehadiran sawah ini? Saya terus berkendara menuju Kampung Ara. Kondisinya lengang, karena hampir seluruh kaum prianya sedang membuat pinisi di kampung lain, sementara perempuan-perempuannya yang pintar menenun bagai menyuruk di dalam rumah. >>

7 Destinasi Wisata Favorit di Laos

$
0
0

Mekong Falls

Satu-satunya negara tanpa pantai di Asia Tenggara ini mengandalkan warisan sejarah dan budaya guna memikat wisatawan. Phavanh Nuanthasing, Duta Besar Laos, merekomendasikan tujuh tempat favoritnya kepada Reza Idris.

 

pha that luang

Pha That Luang
Jika di Myanmar ada Shwedagon Pagoda, maka Laos memiliki Pha That Luang, monumen suci berbalut emas yang menjulang 44 meter di jantung Vientiane. “Ini kuil paling suci bagi umat Buddha di Laos. Bangunan historis sekaligus lambang negara,” jelas Phavanh.

Pha That Luang dibangun pada 1566 oleh Raja Setthathirat, sempat hancur akibat perang, kemudian direstorasi pada awal abad ke-20 atas bantuan penjajah Prancis. Tiap bulan ke-12 dalam kalender lunar (Oktober atau November), sebuah festival akbar digelar di kompleks bangunan. “Ada banyak aktivitas, mulai dari bazar makanan sampai olahraga. Semuanya gratis.”

 

xieng khouang

Xieng Khouang
Sebuah misteri berusia 2.000 tahun menghantui provinsi ini. Di dekat Kota Phonsavan, tanpa ada yang tahu persis alasannya, ribuan bejana batu tersebar di sebidang lahan luas. Legenda lokal meyakini wadah-wadah itu berfungsi untuk menyimpan tuak.

Versi cerita lainnya mengklaim mereka sebenarnya keranda mayat. “Lebih dari 50 situs ditemukan di sini,” ujar Phavanh. Satu situs memayungi sekitar 400 bejana dengan ukuran bervariatif. “Letaknya di atas bukit, kadang di lembah.” Provinsi Xieng Khouang berada di dataran tinggi di timur laut Laos, bagian dari Pegunungan Annamite.

 

Mekong Falls

Mekong Falls
Berperan penting dalam sejarah Siam dan Laos, Champasak menampung puluhan candi dan warisan arsitektur kolonial Prancis. Tapi provinsi ini sebenarnya juga menyimpan objek wisata alam yang atraktif. Aset andalannya adalah sepasang air terjun yang mengukir Sungai Mekong, yakni Pha Pheng Falls dan Khone Falls. Keduanya adalah alasan mengapa perahu-perahu asal Tiongkok tidak bisa menjelajahi Mekong hingga tuntas. “Kucuran airnya memancarkan warna hijau zamrud yang memesona,” ujar Phavanh. Mekong Falls, lanjut Phavanh, adalah wahana terbaik untuk merasakan “atmosfer alam dan pesona Mekong.” Selagi di Champasak, Phavanh juga menyarankan wisatawan mencicipi kopi lokal. “Champasak menghasilkan biji kopi terbaik di seantero Laos. Komoditas ini diekspor ke banyak negara di Asia Tenggara dan Eropa.”

Sainyabuli
Lazimnya negara yang terpaut dengan sejarah Hindu dan Buddha, Laos memiliki festival yang melibatkan gajah, dan acaranya yang paling meriah tersaji di Provinsi Sainyabuli. Festival Gajah rutin berlangsung di Februari dengan suguhan antara lain prosesi penyucian gajah dan parade gajah dengan dandanan semarak. “Acara ini digelar guna mengangkat pariwisata Sainyabuli, juga membangun kesadaran bahwa gajah adalah hewan yang harus dilindungi,” ungkap Phavanh. “Gajah bukan sekadar hewan, ia bagian penting dari Laos. Negara ini pernah dijuluki Tanah Sejuta Gajah.” Sainyabuli, provinsi dengan populasi gajah terbanyak di Laos, terletak di kawasan barat laut negeri, melintang di dekat perbatasan dengan Thailand. >>

Wisata di Makau Rekomendasi Orang Lokal

$
0
0

Rua da Felicidade, sentra wisata di bekas daerah red light district.

Menetap satu dekade di Makau, Jennifer Welker, Assistant Director of Public Relations Sheraton Grand Macao, mengaku lebih paham kota ini ketimbang tanah kelahirannya—Texas. Yohanes Sandy menggali wawasannya.

Objek wisata keluarga?
Macao Science Center cocok bagi si buah hati untuk belajar dan bermain. Jika suka tantangan, kunjungi Macau Tower dan jajal wahana Skywalk, yakni berjalan di lantai kaca yang menjulang 233 meter. Untuk tantangan lebih, tempat ini memiliki bungy jumping.

Atraksi terbaru?
Wahana Batman Dark Flight di Cotai. Lokasinya persis di seberang Sheraton Grand Macao.

 

Dari kiri ke kanan: Studio City, kompleks hiburan baru di Makau; Atraksi bungee jumping di Macau Tower.

Dari kiri ke kanan: Studio City, kompleks hiburan baru di Makau; Atraksi bungee jumping di Macau Tower.

Mengenal sejarah?
Kota Tua di semenanjung Makau adalah tempat terbaik untuk mempelajari warisan penjajah Portugis. Kita bisa menjelajahi gang-gang cupet berlantai batu, di mana petunjuk jalan ditulis dalam bahasa Tiongkok dan Portugis.

Rekomendasi tempat makan?
Makau mengoleksi banyak pedagang kaki lima dan restoran keluarga dengan menu khas seperti mi, bakpao babi, dan es krim kelapa. Untuk menemukan semuanya di satu tempat, kunjungi Rua de Cinco de Outubro. Restoran A Lorcha menyajikan hidangan khas Portugis dan Makau. Sementara di Desa Taipa, mampirlah di A Petisqueira yang menghidangkan kuliner Portugis.

Egg tart terbaik?
Lord Stow’s Bakery di Desa Coloane. Di sini Anda juga bisa menyusuri perkampungan dengan rumah bercat pastel, menyambangi ruko-ruko yang menjual barang unik, serta mengeksplorasi kuil dan kapel tua St. Francis Xavier.

 

Dari kiri ke kanan: Ruins of St. Paul's, objek wisata paling terkenal di Makau; kuil historis Hong Kun yang berdiri di tengah kampung.

Dari kiri ke kanan: Ruins of St. Paul’s, objek wisata paling terkenal di Makau; kuil historis Hong Kun yang berdiri di tengah kampung.

Belanja suvenir?
Desa Taipa atau ke Rua de Cinco de Outubro yang dipenuhi toko camilan dan pernak-pernik. Khusus barang-barang bermerek, kompleks Sands Cotai Central dan Venetian Macao adalah tempat yang ideal. Di sini Anda bisa menemukan beragam butik dan toko elektronik.

Waktu berkunjung terbaik?
Antara September hingga November saat cuaca dalam kondisi terbaik dan Makau menggelar banyak acara, seperti kompetisi kembang api; Lusofonia, pergelaran khas Portugis di dekat Taipa Houses-Museum yang menampilkan parade kostum, pentas musik, serta bazar makanan; serta Macau Grand Prix dan Macau Food Festival.

Hiburan malam?
Sky21. Di sini saya biasanya duduk di teras rooftop sembari menikmati minuman dan musik. Pemandangan dari sini luar biasa.

Kamar terbaik di Sheraton Grand Macao?
Jika datang bersama keluarga, pilih kamar DreamWorks Family Suite. Tiap unitnya dihiasi karakter-karakter animasi terkenal dari film Shrek, Madagascar, dan Kung Fu Panda. Untuk tamu pasangan, pilih tipe Executive Deluxe Suite yang tersebar di lantai tertinggi. Kamarnya lapang dan dilengkapi ruang tamu dan ruang TV terpisah.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2016.

The World in Pictures: September 2016

$
0
0

header 01

Hong Kong

Hong Kong
Lalu-lalang manusia di Star Ferry Pier, dermaga sibuk yang melayani rute ke Wan Chai dan Central. Star Ferry adalah merek feri bersejarah yang telah eksis di Hong Kong sejak 1888. Sementara dermaganya yang berlokasi di Tsim Sha Tsui pada tahun ini merayakan ulang tahunnya yang ke-100. Foto oleh Rony Zakaria (ronyzakaria.com).

 

Lombok Tengah

Lombok Tengah
Sejumlah turis sedang menikmati Pantai Selong Belanak yang berlokasi di pesisir selatan Lombok. Pantai menawan ini terkenal akan pasirnya yang halus seperti bedak dan ombaknya yang cukup ramah bagi peselancar pemula. Foto oleh Irene Barlian (irenebarlian.net).

 

Nagasaki

Nagasaki
Pengunjung menikmati panorama kota Nagasaki, Jepang. Meski menyandang status kelam sebagai tempat terakhir di dunia yang mengalami serangan bom nuklir, Nagasaki berhasil merekah jadi kota cantik yang menyandarkan perekonomiannya pada bisnis galangan kapal. Foto oleh Irene Iskandar (ireneiskandar.com).

 

Sumba

Sumba Timur
Panorama Bukit Wairinding, kawasan menawan yang sedang terancam. Sebuah penelitian yang digelar Universitas Nusa Cendana menyimpulkan Bukit Wairinding berpotensi berubah jadi padang gurun akibat dari penyusutan vegetasi dan kelembapan tanah. Foto oleh Michael Eko Hardianto (michaeleko.com).

 

Tanah Datar

Tanah Datar
Seorang joki memacu kedua ekor sapinya dalam ajang Pacu Jawi di Nagari Tabek, Pariangan, Sumatera Barat. Rutin bergulir di sawah-sawah berlumpur pascamusim panen, Pacu Jawi adalah wadah hiburan kaum petani sekaligus sarana untuk menaikkan harga ternak. Foto oleh Robertus Pudyanto (robertuspudyanto.com).

 

Toraja Utara

Toraja Utara
Empat gadis membawakan Tari Pa’ Gellu dalam sebuah seremoni pascapanen di Batutumonga, kawasan perbukitan di Toraja Utara. Awalnya digelar untuk menyambut para kesatria yang kembali dari medan perang, Pa’ Gellu kini ditujukan untuk merayakan momen-momen suka cita. Foto oleh Putu Sayoga (putusayoga.net).

Checking In: Four Seasons Jakarta

$
0
0

Four Seasons Jakarta - Pool 01

Usai tutup sejenak, Hotel Four Seasons Jakarta kembali buka dengan membawa banyak kejutan. Lokasinya baru serta mengusung desain yang benar-benar berbeda. Kami mencobanya.

Teks dan foto oleh Yohanes Sandy
Video oleh Dimas Anggakara

 

Interior Palm Court, restoran utama Four Seasons Jakarta.

Interior Palm Court, restoran utama Four Seasons Jakarta.

—Lokasi

Selama lebih dari satu dekade Four Seasons Jakarta menjadi primadona di kawasan Kuningan, Jakarta. Berdiri di Jalan Rasuna Said, hotel bisnis asal Amerika Serikat ini cukup merajai pasar premium di kawasan segitiga emas ibu kota, sebelum akhirnya mengakhiri operasionalnya pada Desember 2014. Dijadwalkan tutup selama tiga tahun, ternyata Four Seasons Jakarta hadir kembali lebih cepat dengan menempati lahan baru dan juga gedung baru milik PT Rajawali Property Group.

Lokasinya bergeser ke Jalan Jenderal Gatot Subroto. Tepatnya di kompleks Capital Place. Hotel bintang lima ini berdiri bersanding dengan gedung kantor berdesain superlatif. Lokasinya yang strategis membuat penginapan premium tersebut dianugerahi akses cepat ke distrik bisnis Sudirman. Bahkan, mereka mempunyai jalan khusus bagi tamu yang menghubungkan hotel dengan kawasan SCBD.

—Desain

Desain Four Seasons Jakarta digarap oleh tiga desainer kelas kakap. Bangunannya didesain oleh firma Pelli Clarke Pelli Architects. Interiornya ditangani oleh Alexandra Champalimaud yang pernah mengerjakan proyek The St. Regis Beijing, The Waldorf Astoria New York, serta The Doschester London. Lanskapnya dirancang oleh Bill Bensley, otak di balik taman indah Four Seasons Chiang Mai dan The St. Regis Bali. “Eksteriornya dibangun terinspirasi dari debur ombak laut Indonesia,” ujar Christian Poda, General Manager hotel tersebut dalam sebuah wawancara bersama DestinAsian Indonesia.

Kiri-kanan: Area concierge; Tangga megah di lobi.

Kiri-kanan: Area concierge; Tangga megah di lobi.

Mewah adalah kesan pertama yang ditangkap saat memasuki hotel ini. Pintu jangkung, lantai marmer mengilap, serta tangga megah berlapis karpet menyambut tamu di area lobi yang didominasi warna krem dan emas. “Kami membangun hotel cantik ini dengan sentuhan mewah yang kuat,” tutur Christian.

—Kamar

Berbeda dengan propertinya yang lama, Four Seasons baru kini hadir dengan konsep yang lain, yaitu seluruh akomodasi yang ditawarkan berkategori suite. Hotel yang resmi beroperasi pada Juli 2016 ini memayungi 125 suite bergaya modern yang disebar di bangunan setinggi 20 lantai ini. Masing-masing kamarnya mengusung desain Eropa modern lengkap dengan fitur ruang tamu. Menariknya, luas kamarnya dicetak mulai dari 62 meter persegi. Membuatnya menjadi salah satu hotel dengan kamar terluas di ibu kota.

Kiri-kanan: Matras istimewa khas Four Seasons; sofa cantik di ruang tamu kamar.

Kiri-kanan: Matras istimewa khas Four Seasons; sofa cantik di ruang tamu kamar.

Tiap suite hadir dengan fitur baku yang mumpuni, sebut saja dua televisi 48 inci, soundbar merek Bose, sofa, dua kursi, serta kamar mandi berlapis marmer. Menambah kenyamanan menginap, sebuah matras khas Four Seasons siap memastikan tamu enggan meninggalkan tempat tidur. Tak hanya itu, sebagai sentuhan personal, tiap check-in tamu bakal dijamu dengan suguhan buah dan cokelat di dalam kamar yang bisa dinikmati secara sonder bayar.

—Kuliner

Selain kamar, restoran kini tak hanya jadi pelengkap sebuah hotel, namun juga menjadi amunisi utama. Four Seasons Jakarta mencoba peruntungannya dengan empat gerai F&B andalan, yakni Palm Court, La Pattiserie, Nautilus Bar, dan Alto Restaurant & Bar. Palm Court berfungsi sebagai restoran utama. Di sini tamu bisa menikmati sarapan, makan siang, dan makan malam. Konsepnya pun berbeda dari restoran hotel kebanyakan. “Kita tak menjual menu prasmanan. Melainkan menyajikan pilihan menu ala carte dengan porsi yang besar. Sementara, untuk sarapan hanya appetizer dan hidangan pencuci mulut yang disajikan secara prasmanan,” ujar Rumman Amanda, Manajer Humas. Konsep seperti itu dipilih karena ukuran restoran yang tak terlalu besar.

Kiri-kanan: Laksa lobster yang jadi andalan Palm Court; Interior Palm Court.

Kiri-kanan: Laksa lobster yang jadi andalan Palm Court; Interior Palm Court.

Tempat makan yang menyajikan hidangan internasional ini dipercantik dengan kandil karya Lesvit yang dipasang di atap kubah setinggi 13 meter. “Jika diperhatikan, lampu kandil tersebut mirip dengan pohon palem terbalik,” pungkasnya. Dapur Palm Court dipimpin oleh Executive Chef Marco Riva yang siap memanjakan pengunjung dengan hidangan comfort food. Salah satu menu andalannya adalah laksa lobster. “Ada banyak jenis laksa di Asia Tenggara, dan saya ingin menciptakan laksa dengan cita rasa autentik khas Indonesia,” ujar Marco. Rasa kuahnya pas dengan potongan lobster yang royal. Nasi gorengnya pun layak dicoba.

Kiri-kanan: Interior Nautilus Bar; Sesi afternoon tea di La Pattiserie.

Kiri-kanan: Interior Nautilus Bar; Sesi afternoon tea di La Pattiserie.

Nautilus Bar dan La Pattiserie adalah dua tempat hangout berdesain kontradiktif. Nautilus Bar merupakan bar bergaya maskulin yang didedikasikan bagi para penggemar wiski dan koktail mumpuni. Sedangkan La Pattiserie diperuntukkan bagi para kaum Hawa yang ingin menikmati kue-kue terbaik sembari minum teh di sore hari. Oleh karena itu, desainnya diramaikan dengan warna-warna ceria. Kue-kue di La Pattiserie serta di gerai lainnya digarap oleh Executive Pastry Lorenzo Sollecito. Salah satu kreasinya yang fotonya kerap berseliweran di akun media sosial adalah upside down cheese cake yang lezat.

Di akhir 2016 nanti, tamu juga bisa menikmati hidangan Italia terbaik di Alto yang bercokol di lantai teratas hotel tersebut.

—Fasilitas

Sebagai hotel bisnis, ruang rapat menjadi fasilitas penting. Four Seasons Jakarta dilengkapi dengan lima ruang rapat bergaya elegan serta satu Grand Ballroom yang sanggup mengakomodasi sekitar 1.000 delegasi. Namun penginapan premium ini juga tak melupakan tamu pelesir. The Spa, yang dulu menyabet banyak penghargaan, hadir kembali dengan konsep yang beda—namun kualitas perawatan yang sama. Tersedia beragam menu perawatan yang mumpuni mulai dari pijat khas Bali, Ayurvedic, hingga perawatan kecantikan menggunakan produk Prancis, Yon-Ka.

Kiri-kanan: Kolam renang bernuansa resor; Fitur baru di The Spa yang berfungsi untuk relaksasi.

Kiri-kanan: Kolam renang bernuansa resor; Fitur baru di The Spa yang berfungsi untuk relaksasi.

Di sebelah The Spa, tamu bisa menikmati kolam bergaya resor yang dirancang oleh Bill Bansey. Kolam ini dilengkapi dengan gazebo elegan untuk bersantai. Bahkan saking cantiknya, sang General Manager mengaku menjadikan tempat ini sebagai area favoritnya di hotel. Fasilitas lainnya yang bisa digunakan oleh tamu mencakup pusat kebugaran 24 jam dan business center.

Capital Place, Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 18, Jakarta Selatan; 021/2277-1888; fourseasons.com; doubles mulai dari Rp4.080.000.

10 Resor Pesisir Terbaik di Australia

$
0
0

pretty beach house australia header

Resor tepi pantai bertaburan di Australia, negara dengan garis pesisir terpanjang ketujuh di dunia. Dari Tasmania hingga Western Australia, dari Queensland hingga tepian Sydney, berikut 10 penginapan yang menawarkan servis prima dan lanskap memukau.

Oleh Natasha Dragun

Kiri-kanan: Pantai privat di Sal Salis; Akomodasi tenda lengkap dengan ayunan kain.

Kiri-kanan: Pantai privat di Sal Salis; Akomodasi tenda lengkap dengan ayunan kain.

Untuk penyuka glamping

SAL SALIS

Lokasi—Terhampar sepanjang 280 kilometer di pesisir barat Australia, Ningaloo Marine Park menampung 250 spesies karang dan 500 spesies ikan. Di tepian laut asri inilah bumi perkemahan Sal Salis tertancap di antara bukit-bukit pasir. Resor ini berada di Cape Range National Park, 1.200 kilometer sebelah utara Perth.

Daya Tarik—Tidak mudah menyaingi petualangan laut di Great Barrier Reef, tapi paket yang ditawarkan Sal Salis memiliki satu keunggulan: peluang untuk melihat whale shark, ikan terbesar sejagat yang rutin bermigrasi ke Ningaloo Reef antara April dan Juli.

Tips—Sal Salis adalah pijakan ideal untuk menyapa fauna lokal. Kanguru merah dan emu (burung terbesar kedua di dunia) adalah tamu reguler di kompleks resor. Mengarungi pasir beberapa kilometer ke arah selatan terdapat Turquoise Bay. Namanya menjelaskan suguhannya: laut turkuois sepanjang tahun. 61-8/9949-1776; salsalis.com.au; doubles mulai dari Rp6.900.000; tutup dari 1 Desember-14 Maret.

 

Kiri-kanan: Kolam infinity yang menyajikan panorama pesisir; Interior kamar di Pretty Beach House.

Kiri-kanan: Kolam infinity yang menyajikan panorama pesisir; Interior kamar di Pretty Beach House.

Untuk pemburu kuliner

PRETTY BEACH HOUSE

Lokasi—Resor retret berkonsep all-inclusive ini berada di Bouddi National Park, persisnya di sebuah semenanjung yang menjorok ke Broken Bay. Kita bisa menjangkaunya dengan berkendara sejam atau menaiki pesawat amfibi selama 20 menit ke utara Sydney. Agar senada dengan lingkungannya yang asri, Pretty Beach House dirangkai dari bahan-bahan alam, antara lain sandstone dan kayu daur ulang.

Daya Tarik—Usai sebagian tubuhnya dilumat api pada 2012, Pretty Beach House dibuka kembali pada 2015. Susunan manajemennya tidak banyak berubah, termasuk di restoran, tempat koki terpandang Italia Stefano Manfredi menyiapkan beragam sajian atraktif, mulai dari piza yang dibakar dengan kayu hingga barisan menu degustation.

Tips—Keempat paviliun di properti ini menyuguhkan panorama indah pohon-pohon purba angophora yang tumbuh di lereng bukit. Berjalan sejenak ke arah laut, tamu bisa menemukan perahu sewaan yang melayani tur setengah hari ke sejumlah pantai dan teluk, dengan paket mencakup menonton lumba-lumba. 61-2/4360-1933; prettybeach house.com; doubles mulai dari Rp18.800.000.

 

Kiri-kanan: Ocean View Villa di Berkeley River Lodge; Tamu menikmati keindahan alam di sekitar resor.

Kiri-kanan: Ocean View Villa di Berkeley River Lodge; Tamu menikmati keindahan alam di sekitar resor.

Untuk menyepi

BERKELEY RIVER LODGE

Lokasi—Bermukimdi kawasan terpencil di utara negeri, Berkeley River Lodge hanya bisa diakses menaiki pesawat dari Darwin menuju Kununurra. Pondokan ini berdiri di antara Sungai Berkeley danpantai lapang anonim yang menghadap Laut Timor.

Daya Tarik—Berkeley River Lodge menampung 20 vila yang ditancapkan di bukit setinggi 65 meter, dengan begitu tamu bisa menyerap panorama dengan leluasa. Dari kamar, kita bisa melihat Joseph Bonaparte Gulf, Pulau Reveley, Sungai Berkeley, hingga lekukan ngarai di kejauhan. Daya tarik terbesar resor ini adalah aktivitasnya. Pemburu ikan barramundi rutin ke kawasan ini untuk memancing di Kimberley (tur heli-fishing bisa dipesan di resor). Kegiatan lainnya adalah pesiar menuju ngarai dan Air Terjun Casuarina, tempat buaya air asin mengintai di air dangkal.

Tips—Pantai yang membentang di seberang pondokan memang belum memiliki nama, tapi tempat ini pastinya menjanjikan banyak daya tarik, terutama saat penyu pipih mampir sejenak untuk bertelur. Jika ingin memahami lebih baik ekosistem kawasan ini, Berkeley River Lodge memiliki paket ekspedisi edukatif menaiki kendaraan 4WD yang dipandu oleh seorang naturalis. 61-8/9169-1330; berkeleyriver.com.au; doubles mulai dari Rp15.500.000; tutup dari 1 November-29 Februari.

 

Kiri-kanan: Suite di sini dibangun menggunakan kayu daur ulang; Panorama alam Southern Ocean Lodge.

Kiri-kanan: Suite di sini dibangun menggunakan kayu daur ulang; Panorama alam Southern Ocean Lodge.

Untuk penyayang binatang

SOUTHERN OCEAN LODGE

Lokasi—Dibutuhkan niat serius untuk menghampirinya: terbang selama 45 menit dari Adelaide ke Kangaroo Island, kemudian berkendara selama 90 menit di jalur penuh gelombang. Tapi perjuangan itu terbayar sepadan. Southern Ocean Lodge, pondokan yang dirangkai dari batu dan kaca, menyuguhkan panorama agung tebing selatan pulau, hingga membuat Anda malas beranjak.

Daya Tarik—Southern Ocean Lodge sejatinya sebuah kombinasi dari akomodasi yang menyatu dengan alam, makanan yang diracik dari alam sekitar, serta lanskap alam liar yang menggugah. Seluruh 21 suite-nya dirakit dari kayu daur ulang, batu kapur yang dipotong dengan tangan, serta mebel karya desainer ternama. Spa di sini memakai bahan botani lokal, sementara restorannya menampilkan menu yang senantiasa direvisi mengikuti ketersediaan bahan musiman. Dengan itinerary menyesuaikan preferensi tamu, tur-tur menjelajahi alam sekitar juga tersedia dan lazimnya mencakup kunjungan ke Admirals Arch untuk menonton kawanan anjing laut, atau Seal Bay yang menampung koloni singa laut. Tersedia pula Kangas & Kanapés, paket tur ke habitat kanguru dengan bonus sajian tiram dan wine; serta ekspedisi malam untuk mengintip koala dan walabi.

Tips—Pantai di Kangaroo Island lebih cocok dijelajahi ketimbang direnangi. Air di sini dipasok langsung dari Antartika, jadi hanya mereka yang berkulit tebal yang sanggup menahan suhunya. Tapi tak perlu kecewa. Aktivitas menyusuri hamparan pasir Hanson Bay senantiasa menyenangkan, sebab pihak resor telah menyiapkan api unggun dan bergelas-gelas wine untuk menghadirkan aura romantis di pantai. 61-2/9918-4355; southernoceanlodge.com.au; doubles mulai dari Rp20.700.000.

 

Kiri-kanan: Bangunan Saffire yang berbentuk ikan pari; Interior Saffire yang bernuansa minimalis.

Kiri-kanan: Bangunan Saffire yang berbentuk ikan pari; Interior Saffire yang bernuansa minimalis.

Untuk pencinta alam

SAFFIRE FREYCINET

Lokasi—Saffire Freycinet adalah manifestasi sempurna dari istilah “luxury retreat.” Resor ini berlokasi di Coles Bay, sisi timur Tasmania. Untuk menjangkaunya, Anda harus berkendara 2,5 jam ke utara Hobart dan melewati belantara liar. Di area resor, koala berkeliaran di pohon dan walabi bisa mendadak muncul di depan pintu Anda.

Daya Tarik—Dirancang menyerupai ikan pari raksasa, bangunan utama Saffire bagaikan kuil suci bagi dunia arsitektur Tasmania. Melalui jendela besar yang melapisi dindingnya, kita bisa melihat 20 unit suite yang berbaris menatap pantai dan puncak-puncak bergerigi Pegunungan Hazards di kejauhan. Resor ini ditaburi mebel berbahan batu dan kayu, sementara menu di restorannya mengandalkan bahan-bahan khas Tasmania.

Tips—Properti ini teronggok di tengah hutan eukaliptus yang menjulur ke Great Oyster Bay, pantai pasir putih yang ditaburi bebatuan dengan warna kemerahan. Pantai yang lebih cantik, Wineglass Bay, bisa dikunjungi dengan memesan paket tur yang ditawarkan pihak resor. Pesan paket Le Pique Nique Experience jika ingin menikmati sesi tetirah di Wineglass Bay, makan siang privat di akhir tur, lalu kembali ke resor dengan menaiki perahu. 61-3/6256-7888; saffirefreycinet.com.au; doubles mulai dari Rp18.300.000.


5 Akomodasi Tenda Mewah di Indonesia

$
0
0

Opening 01

Lima properti di Indonesia yang menawarkan akomodasi berwujud tenda, tapi dengan pelayanan bintang lima.

 

Kiri-kanan: Pemandangan dari tenda The Menjangan Dynasty; Pantai indah di sekitar resor.

Kiri-kanan: Pemandangan dari tenda The Menjangan Dynasty; Pantai indah di sekitar resor.

Menjangan Dynasty
Setelah lama vakum, kawasan barat laut Bali kembali dilirik investor. Selain The Menjangan Resort yang beroperasi sejak 2002, kini telah tersedia Plataran Menjangan yang diresmikan akhir tahun lalu. Agustus 2016, giliran Prime Plaza meluncurkan Menjangan Dynasty Resort. Berbeda dari tetangganya, Menjangan Dynasty menyuguhkan konsep glamping. Properti ini menaungi 28 tenda yang masing-masingnya dilengkapi televisi dan pemutar DVD. Bermukim di semenanjung, Menjangan Dynasty menyuguhkan panorama lautan di ketiga sisinya. Pulau Menjangan bisa dilihat langsung dari tenda. Saat cuaca cerah, tamu bisa mengintip gunung-gunung di Jawa Timur. Buleleng, Bali; 0361/752-403; mdr.pphotels.com; doubles mulai dari Rp2.500.000.

 

Kiri-kanan: Beberapa tenda di Sandat dilengkapi kolam privat; Interior tenda yang nyaman.

Kiri-kanan: Beberapa tenda di Sandat dilengkapi kolam privat; Interior tenda yang nyaman.

Sandat Glamping Tents
Bagi Sandat, glamping adalah salah satu bentuk penginapan ramah lingkungan. Tafsir itulah yang coba diejawantahkannya melalui penggunaan bahan-bahan natural dan daur ulang. Di luar filosofi hijau tersebut, Sandat mengutamakan kemewahan dalam aspek desain, dan pendekatan yang diusungnya cukup unik: kombinasi antara kesederhanaan Bali dan keglamoran Italia. (Sandat adalah sister property Glamping Canonici di Mirano.)

Di tenda tipe Penjor misalnya, tamu bisa menemukan kriya lokal dan lantai rustic yang berpadu dengan kandil dan cermin bergaya Venetian. Sandat, bagian dari Secret Retreats, menawarkan lima tenda dan tiga lumbung. Yang terakhir ini mungkin lebih tepat disebut “glambarn” berhubung bentuknya berandang. Jl. Subak Sala, Ubud, Bali; 0821-4408-1998; glampingsandat.com; doubles mulai dari Rp3.585.000.

 

Kiri-kanan: Tenda-tenda di Trizara; Sesi yoga pagi hari di Trizara.

Kiri-kanan: Tenda-tenda di Trizara; Sesi yoga pagi hari di Trizara.

Trizara
Resor ini bertengger di lahan seluas tiga hektare di puncak Lembang. Mencapainya sangat mudah, sebab jalan menuju resor seluruhnya sudah beraspal. Usai melewati gerbang resor yang mirip India Gate di Delhi, tamu akan disambut oleh staf resepsionis di bawah sebuah tenda lapang yang berada tak jauh dari pilar berarsitektur Mughal.

Sentuhan India ini merupakan inisiatif dari sang pemilik, Kunal Topandasani. “Saya ingin memberikan sedikit sentuhan India,” ujarnya. Trizara mengoleksi 47 tenda dengan kapasitas dua hingga empat orang. Tenda untuk tamu pasangan terpisah jauh dari tenda untuk keluarga. Setiap tenda dilengkapi balkon yang menghadap lembah dan gunung. Pemandangan terbaik tersaji di pagi hari saat mentari menyembul di balik gunung dan kabut menyelimuti lembah.

Walau ideal sebagai wadah menyepi, resor ini menawarkan banyak aktivitas yang menarik, seperti kelas yoga di pagi hari, piknik di sore hari, bermain board game, dan berkumpul di api unggun di malam hari. Jl. Pasirwangi Wetan, Lembang, Jawa Barat; 022/8278-0085; trizara.com; doubles mulai dari Rp1.950.000.

 

Kiri-kanan: Desain tenda Canopi Resort Bintan; Ukuran kamarnya cukup luas.

Kiri-kanan: Desain tenda Canopi Resort Bintan; Ukuran kamarnya cukup luas.

The Canopi
Akhir tahun lalu, tahap pertama Treasure Bay Bintan diluncurkan. Megaproyek ini menampung sejumlah properti yang di tata mengelilingi sebuah laguna berukuran 50 kolam renang Olimpiade. The Canopi adalah salah satu resor yang dibuka di tahap pertama ini. The Canopi menaungi 41 tenda yang dilengkapi taman di mana tamu bisa memasang hammock dan menggelar pesta barbeku. Kompleks Treasure Bay terkoneksi ke hutan bakau, dan di sinilah The Canopi menggelar banyak aktivitas outdoor seperti trekking dan tur kayak. Treasure Bay Bintan, Kepulauan Riau; 770/692-252; adventureglamping.com; doubles mulai dari Rp1.850.000.

 

Kiri-kanan: Tenda di Amanwana; Salah satu aktivitas pelesir yang bisa dilakukan di Amanwana.

Kiri-kanan: Tenda di Amanwana; Salah satu aktivitas pelesir yang bisa dilakukan di Amanwana (Foto oleh Putu Sayoga).

Amanwana
Diresmikan pada 1993, Amanwana adalah perintis glamping di Indonesia. Resor ini berlokasi di tepian Pulau Moyo, Sumbawa. Kehadirannya seolah menyadarkan banyak orang bahwa kawasan yang jauh dari sirkuit turis pun bisa menjadi magnet dunia, setidaknya bagi kaum VIP yang mendambakan privasi. Beberapa mantan tamunya adalah madam dari Kerajaan Inggris, pangeran asal Belanda, bintang film Mandarin, serta diva asal Amerika. Amanwana menyuguhkan 20 tenda putih yang berbaris di kaki pepohonan rindang. (Kata staf resor, Putri Diana dulu menginap di tenda nomor 20.) Saban sore, rusa berkeliaran di antara tenda. Pagi harinya, tamu akan dibangunkan oleh suara kawanan monyet. Pulau Moyo, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat; 0371/222-33; aman.com; doubles mulai dari Rp11.000.000.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi September/Oktober 2016 (“Tenda Trendi”).

Perang Kuliner Jakarta vs. Bali

$
0
0

Locavore

Bali dan Jakarta bersaing ketat dalam perebutan gelar ibu kota kuliner Indonesia. Kami memetakan strategi dan amunisi keduanya.

 

Sarong.

Sarong.

TEMPAT TERBAIK DAN TERFAVORIT

Untuk menentukan tempat makan dan minum terbaik, subjektivitas mustahil dihindari. Tiga rujukan berikut berusaha mengatasi problem tersebut dengan meminta pendapat dan penilaian dari banyak pakar.

—Asia’s 50 Best Restaurants

Daftar ini dicetuskan pada 2013 sebagai cabang World’s 50 Best Restaurants oleh William Reed Business Media, penerbit majalah The Grocer dan Restaurant. Peringkat restoran disusun berdasarkan voting yang digelar di enam wilayah di Asia oleh Diners Club Asia’s 50 Best Restaurants Academy, grup berisi 318 figur berpengaruh di industri kuliner. Kecuali pada 2015, Indonesia selalu menempatkan satu wakil, dan semuanya berlokasi di Bali.

Mozaic, 2013, peringkat 50.

Selain berjasa menempatkan Ubud dalam peta kuliner dunia, Mozaic rutin mencetak koki-koki berbakat. Sajiannya memakai format degustation dengan harga yang relatif rendah hati. Mozaic telah memiliki sister restaurant bernama Spice yang berlokasi di Ubud dan Sanur. Jl. Raya Sanggingan, Ubud, Bali; 0361/975-768; mozaic-bali.com.

Sarong, 2014, peringkat 47.

Restoran ini berambisi mengangkat resep rumahan dan makanan jalanan Asia ke meja fine dining. Beberapa hidangan dieksekusi dengan metode orisinal, sementara sisanya merupakan buah eksperimen yang cerdik, misalnya menu pembuka berupa tempe yang ditindih irisan salmon. Jl. Petitenget 19X, Kerobokan, Bali; 0361/4737-809; sarongbali.com.

Locavore, 2016, peringkat 49.

Sesuai namanya, Locavore mengutamakan bahan-bahan lokal, mulai dari iga sapi asal Malang hingga rumput laut asal Lombok. Kendati demikian, konsep menunya tak semua asli Indonesia. Restoran ini dipimpin oleh duet koki berbakat Eelke Plasmeijer dan Ray Adriansyah. Jl. Dewi Sita, Ubud, Bali; 0361/977-733; locavore.co.id.

—Asia’s 50 Best Bars

Peringkatnya disusun berdasarkan voting oleh Asian Academy, grup beranggotakan 154 orang yang terdiri dari bartender, konsultan bar, duta merek, serta jurnalis. Dari 215 bar yang masuk babak kualifikasi, 50 terpilih sebagai yang terbaik dan lima masuk lis Bars To Watch. Asia’s 50 Best Bars baru dirintis pada 2016 sebagai cabang dari World’s 50 Best Bars yang diterbitkan saban tahun oleh majalah Drinks International.

Loewy, peringkat 32.

Kendati baru dibuka pada 2008, Loewy telah menyabet status “klasik” di Jakarta serta menjala banyak penggemar loyal. Tempat yang didesain dalam gaya retro New York dan Paris ini menyuguhkan beragam makanan, tapi daya tarik utamanya adalah koktail racikan Kiki Moka. Oakwood, Jl. Lingkar Mega Kuningan E4.2 No.1, Jakarta; 021/2554-2378; loewyjakarta.com.

 

Union, Plaza Senayan.

Union, Plaza Senayan.

Union, peringkat 35.

Pamornya melambung sebagai wadah untuk dilihat dan melihat, termasuk bagi selebriti dan sosialita Ibu Kota. Meski begitu, servisnya yang ramah dan cekatan berhasil dipertahankan. Selain di Plaza Senayan, Union telah hadir di Pondok Indah Mall dan Grand Indonesia. Plaza Senayan, Jl. Asia Afrika 8, Jakarta; 021/5790-5861; unionjkt.com.

Potato Head, Bars To Watch.

Potato Head Beach Club sebenarnya mengoleksi tiga restoran, tapi aneka koktail dari barnya senantiasa menjadi magnet utama. Mungkin itu sebabnya kelas koktail juga ditetapkan sebagai aktivitas andalan di Katamama, hotel baru yang berada satu kompleks dengan beach club. Jl. Petitenget 51B, Seminyak, Bali; 0361/4737-979; ptthead.com.

Rock Bar, Bars To Watch.

Bar ikonis ini telah menambah daya tampungnya nyaris tiga kali lipat. Tapi jika Anda datang di musim liburan, sebaiknya menginap di vila milik Ayana agar bisa mendapatkan akses sakti untuk menyalip antrean yang kadang mengular panjang. Ayana Resort, Jl. Karang Mas Sejahtera, Jimbaran, Bali; 0361/702-222; ayanaresort.com.

—Where Chefs Eat

Jika Michelin Guide mengandalkan penilaian terukur oleh para juri anonim dan TripAdvisor menggali komentar amatir konsumen, Where Chefs Eat lebih percaya pada selera para koki. Buku ini memuat 3.250 restoran di lebih dari 70 negara yang direkomendasikan oleh 630 koki terpandang, mulai dari Agus Hermawan dan Gaggan Anand, hingga para legenda sekaliber Ferran Adrià dan René Redzepi. Di terbitan perdana, buku ini memuat hanya empat restoran di Indonesia, sementara pada versi terbarunya, jumlahnya meroket jadi 25. Berikut daftar:

Skye
Menara BCA Lt. 56,
Jl. M.H. Thamrin 1, Jakarta; 021/2358-6996; ismaya.com.

Teba Mega Cafe
Jl. Four Seasons Resort, Pantai Muaya, Jimbaran, Bali; 0361/703-156; indo.com/restaurants/tebacafe.

Babi Guling Chandra
Jl. Teuku Umar 140, Dauh Puri Kauh, Denpasar, Bali; 0361/221-278.

Beautika
Jl. Hang Lekir 1, Kebayoran Baru, Jakarta; 021/7226-683; beautika-manado.com.

Watercress
Jl. Batu Belig 21a, Kerobokan, Bali; 0851-0280-8030; watercressbali.com.

Ryoshi
Jl. Raya Seminyak 17, Seminyak, Bali; 0361/731-152; ryoshibali.com.

Bandar Djakarta
Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta; 021/645-5472; bandardjakarta.com.

Cuca
Jl. Yoga Perkanthi, Jimbaran, Bali; 0361/708-066; cucaflavor.com.

Gourmet Cafe
Jl. Petitenget 77A, Kerobokan, Bali; 0361/8475-115; balicateringcompany.com.

Warung Babi Guling Ibu Oka
Jl. Tegal Sari 2, Ubud; 0361/976-345.

Cafe Batu Jimbar
Jl. Danau Tamblingan 75A, Sanur, Bali; 0361/287-374; cafebatujimbar.com.

Kura Kura
The Oberoi, Jl. Kayu Aya, Seminyak, Bali; 0361/730-361; oberoihotels.com.

Made’s Warung
Jl. Raya Seminyak, Bali; 0361/732-130; madeswarung.com.

Mama San
Jl. Raya Kerobokan 135, Banjar Br. Taman, Bali; T. 0812-3634-3386; mamasanbali.com.

Union
Plaza Senayan, Jl. Asia Afrika 8, Jakarta; 021/5790-5861; unionjkt.com.

Ju-Ma-Na
Banyan Tree Ungasan, Jl. Melasti, Banjar Kelod, Bali; 0361/3007-000; banyantree.com.

Sari Ratu Padang
Sunset Star, Ruko Ds Blok A, Jl. Dewi Sri, Bali; 0361/8947-482; sariratubali.baliklik.com.

Petitenget
Jl. Petitenget 40X, Kerobokan, Bali; 0361/473-3054; petitenget.net.

Vin+
Jl. Kemang Raya 45B, Jakarta; 021/7179-2577; vinplus.co.

Nyoman’s Beergarden
Jl. Pantai Mengiat, Nusa Dua, Bali; 0361/775-746; sendok-bali.com.

Ku De Ta
Jl. Kayu Aya 9, Seminyak, Bali; 0361/736-969; kudeta.com.

Sarong
Jl. Petitenget 19x, Kerobokan, Bali; 0361/4737-809; sarongbali.com.

Warung Kolega
Jl. Petitenget 98A, Kerobokan, Bali; 0361/4732-480.

Locavore
Jl. Dewi Sita, Ubud, Bali; 0361/977-733; locavore.co.id.

Cafe Zucchini
Jl. Oberoi 49, Seminyak, Bali; 0361/736-633; cafezucchini.com.

PILIHAN FESTIVAL KULINER

Tujuh pergelaran dalam kalender Jakarta dan Bali yang ditujukan bagi pencinta wisata lidah.

JAKARTA

Festival Pesona Kuliner Nusantara

Berniat merangkum tradisi dapur Nusantara, acara yang ditukangi oleh Kementerian Pariwisata ini menampilkan puluhan hidangan dari kawasan barat hingga timur Indonesia, misalnya ayam panggang bumbu rujak, sayur kapau, serta ketan sarikayo. Beberapa acara tambahannya meliputi demo masak, pentas tari tradisional, dan kompetisi foto bertema boga. Sejumlah komunitas, institusi pendidikan, serta asosiasi di bidang kuliner turut hadir memeriahkan pergelaran ini.

 

Suasana Jakarta Food & Fashion Festival.

Suasana Jakarta Food & Fashion Festival.

Jakarta Fashion & Food Festival

Busana dan makanan memang kombinasi yang terkesan janggal, tapi Jakarta Fashion & Food Festival ternyata sukses menuai animo publik. Bagian dari program Enjoy Jakarta, festival ini menyuguhkan antara lain acara Kampoeng Tempo Doeloe yang diikuti oleh 100 UKM dengan sajian lebih dari 200 menu; ekshibisi keju dan wine yang melibatkan sejumlah kedutaan asing; serta peragaan busana yang memamerkan rancangan desainer lokal. jfff.info.

Jakarta Foodies Meet

Awalnya ditujukan menarik minat warga membeli apartemen di Puri Orchard, Jakarta Foodies Meet menjelma jadi ajang tahunan bagi pencinta makanan. Konsepnya cukup unik: mengajak pengunjung melakoni wisata lidah keliling dunia dengan mencicipi aneka kreasi dapur dari banyak negara yang disajikan oleh hampir 100 stan. Jakarta Foodies Meet digelar dua kali saban akhir pekan di akhir tahun, dan tahun ini adalah episode ketiganya.

Jakarta Street Food Festival

Berniat menaikkan citra Kelapa Gading sebagai destinasi wisata makan, Jakarta Street Food Festival menyuguhkan beragam hidangan Indonesia dan mancanegara yang dikemas dalam konsep jajanan kaki lima dan disebar di area La Piazza, Mal Kelapa Gading. Suguhan lain festival adalah kompetisi food styling serta pentas musik yang menampilkan musisi-musisi lokal. malkelapagading.com.

BALI

Festival Bazar Expo Kampung Kuliner Bali

Ajang besutan Pemkot Denpasar ini bertujuan mempromosikan kekayaan kuliner Bali sekaligus mengumumkan ke publik bahwa masakan di pulau ini bukan cuma nasi campur, ayam betutu, atau babi guling. Festival ini juga dimeriahkan lomba memasak, kompetisi penyajian hidangan lokal, serta beberapa acara tambahan semacam pameran hewan dan pusaka. Pada 2015, festival ini berlangsung di April dan bertempat di lapangan Taman Kota Lumintang.

 

Para peserta Ubud Food Festival dalam mengenal sesi bumbu lokal.

Para peserta Ubud Food Festival dalam mengenal sesi bumbu lokal.

Ubud Food Festival

Sukses dengan ajang tahunan Ubud Writers & Readers Festival, Janet DeNeefe pada 2015 memprakarsai Ubud Food Festival, pergelaran tiga hari yang menghadirkan antara lain kelas memasak, diskusi seputar makanan, pemutaran film, dan lokakarya bertema kopi. Di episode keduanya pada Mei 2016, ajang ini sukses mendatangkan sekitar 60 koki dan figur terpandang. Acara utamanya dipusatkan di Taman Kuliner sementara acara sampingannya diadakan di sejumlah hotel. ubudfoodfestival.com.

Bali Interfood

Bienial bagi praktisi dan pengusaha boga, Bali Interfood tak cuma menyuguhkan beragam kreasi restoran dan menggelar kompetisi kuliner, tapi juga membahas tren dan inovasi di dunia dapur, serta memamerkan kemasan, produk, dan peralatan terbaru dalam industri pangan. Ajang yang bergulir di Nusa Dua Convention Centre ini didukung antara lain oleh PHRI, Asosiasi Juru Masak, Asosiasi Barista, serta Badan Promosi Pariwisata Daerah. bali-interfood.com.

PILIHAN AHLI

Bali atau Jakarta, tempat mana yang berhak menyandang mahkota ibu kota kuliner Indonesia? Untuk menjawabnya, kami meminta pendapat dari enam pakar kuliner terpandang.

 

Vindex Tengker

Vindex Tengker, mantan Executive Chef The Dharmawangsa yang kini menjabat Vice President Inflight Service Garuda Indonesia.

Vindex memilih:

“Jakarta. Sebuah ibu kota negara sepertinya memang harus memiliki semua jenis kuliner, mulai dari street food hingga fine dining. Masakan asing seperti Korea, Jepang, India, Amerika, Prancis, dan Jerman tersedia di Jakarta. Begitu juga restoran waralaba internasional seperti Din Tai Fung dan Genki Sushi. Masing-masing kota madya di Jakarta juga memiliki keunikan tersendiri dalam hal tawaran makanan. Dan tidak ketinggalan, Jakarta mempunyai restoran historis seperti Cafe Batavia, Rendezvous, dan Oasis.”

 

William Wongso

William Wongso, pengusaha restoran, duta kuliner nasional, serta penulis buku Flavors of Indonesia: William Wongso’s Culinary Wonders.

William memilih:

“Bali. Dengan pertimbangan Bali memiliki suasana rileks dan kuliner yang dinamis, kecuali untuk menu lokalnya yang monoton. Pilihan menu lokal di Bali tidak sebanyak inovasi di restoran pimpinan koki asing. Di Jakarta, tingkat kemacetan luar biasa, sementara di Bali semuanya lebih mudah. Pulau ini didesain sedemikian rupa agar semua orang bisa menikmati makanan. Tapi soal kualitas, Jakarta lebih menonjol. Untuk masakan Jepang misalnya, ada lebih banyak restoran Jepang premium di Jakarta, begitu juga untuk Chinese food. Di Bali tidak gampang menjual masakan dengan harga premium.”

 

Ari Parikesit

Arie Parikesit, editor buku Makansutra Indonesia dan pendiri Kelana Rasa Culinary, operator tur yang mempromosikan warisan dapur Nusantara.

Arie memilih:

“Jakarta. Di kota ini terdapat banyak representasi kuliner dari daerah-daerah di Nusantara—salah satu faktor penting untuk menjadi ibu kota kuliner. Jakarta juga mengoleksi beragam restoran yang menawarkan menu lokal dan internasional, dari Italia sampai Jepang. Bali, meski memiliki banyak restoran mancanegara berkelas, lebih rajin melahirkan tren-tren makanan, misalnya raw food atau organik. Kendati begitu, Jakarta masih memiliki banyak pekerjaan rumah, salah satunya soal kebersihan, khususnya untuk kedai-kedai kecil.”

 

Chris Salans

Chris Salans, pemilik restoran Spice dan Mozaic di Ubud, mantan juri Top Chef Indonesia, penulis buku Mozaic: French Cuisine, Balinese Flavours.

Chris memilih:

“Jika bicara kuliner secara komprehensif, tidak diragukan lagi Bali layak dijadikan ibu kota kuliner Indonesia. Jika menyimak daftar Asia’s 50 Best Restaurants, ada Locavore, Sarong, dan Mozaic. Kuliner Barat lebih kuat di Bali. Menunya dirancang untuk wisatawan. Besarnya pasar mancanegara ini membuat sejumlah investor asing berani mengucurkan dananya di Bali. Ryan Clift, koki dari Grup Tippling Club, berencana membuka restorannya di sini. Grup restoran asal Sydney kabarnya juga siap mengambil alih lahan yang ditempati Mozaic Beach Club. Persaingan lebih ketat di Bali. Kuliner lebih kreatif dan inovatif, sedangkan di Jakarta saat ini masih konservatif.”

 

Chef Degan

Degan Septoadji Suprijadi, nominator Best Asian Chef 2012, mantan juri MasterChef Indonesia, pemilik Cafe Degan di Bali.

Degan memilih:

“Sulit menentukan jawabannya. Masing-masing tempat memiliki kekuatannya tersendiri. Untuk menu Indonesia, Jakarta lebih unggul dan variatif. Sedangkan di Bali, masakan asing berlimpah dengan kualitas dan bahan yang lebih baik. Untuk bahan edible flower misalnya, di Bali kita bisa membelinya di supermarket, tapi di Jakarta harus membeli dari pemasok khusus. Dalam hal desain, restoran di Jakarta lebih baik, sementara di Bali banyak restoran yang didesain minimalis, namun dengan suasana dan pemandangan yang menarik.”

 

Yohan

Yohan Handoyo, pakar wine, Deputy CEO Sababay Winery, penulis buku Rahasia Wine.

Yohan memilih:

“Bali. Pertimbangan pertama: kualitas makanan. Mencari bahan berkualitas di Bali lebih mudah dibandingkan di Jakarta. Koleksi wine di Bali pun lebih beragam. Di Jakarta, jika kita hendak makan ke tempat yang layak dan memiliki sommelier berkualitas, pilihannya tidak lebih dari 10 tempat. Tapi di Bali, opsi tempatnya lebih banyak. Pertimbangan kedua: sumber daya manusia. Bali menciptakan lebih banyak kegiatan, mulai dari kumpul-kumpul hingga seminar. Sebagai produsen wine, saya rutin mengikuti acara seperti apresiasi koki.”

Untuk membaca tentang 51 restoran ikonis di Jakarta dan Bali pilihan kami, klik di sini.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi September/Oktober 2016 (“Raja Kuliner”)

51 Restoran Ikonis di Jakarta dan Bali

$
0
0

Presentasi hidangan yang elok di Mejekawi.

Membandingkan 51 restoran, kafe, bar, dan warung ikonis yang menjadi aset utama Bali dan Jakarta dalam menjala pencinta kuliner.

RESTORAN KOKI SELEBRITI

JAKARTA

Salt Grill
Jika di Bali Luke Mangan mengusung konsep tapas, di Jakarta dia memilih format fine dining. Luke, yang kini mengelola 10 restoran, pernah memasak untuk tokoh dunia sekaliber Bill Clinton dan Richard Branson. Altitude, The Plaza Lt.46, Jl. M.H. Thamrin Kav.28-30; 021/2992-2448; saltgrillindonesia.com.

 

Kiri-kanan: Salah satu hidangan kreasi Akira; Interior Akira Back yang tidak terlalu pretensius.

Kiri-kanan: Salah satu hidangan kreasi Akira; Interior Akira Back yang tidak terlalu pretensius.

Akira Back
Gedung yang ditempatinya tampak menohok mata, tapi reputasi sang koki sejatinya lebih menyilaukan: pernah menjadi Executive Chef di Nobu Matsuhisa, tampil dalam Iron Chef America, dan terpilih sebagai koki terbaik di Las Vegas. MD Place Lt.12, Jl. Setiabudi Selatan 7; 0857-7778-8777; akirabackindonesia.com.

Amuz
Amuz adalah kombinasi antara ruangan anggun yang dihiasi lukisan maestro dan keterampilan memasak seorang koki yang pernah mengabdi untuk beragam restoran Michelin. Pada 2016, sang koki, Gilles Marx, menjadi bagian program Garuda Indonesia Star Chefs. Energy Building Lt.2, Jl. Jend. Sudirman Kav.52-53; 021/2505-064; amuzgourmet.com.

BALI

Cafe Degan
Pemiliknya, Degan Septoadji, mantan juri MasterChef Indonesia, mulai menyaingi pamor William Wongso dan Vindex Tengker sebagai duta kuliner nasional. Cafe Degan mengandalkan menu Asia dan Indonesia dengan magnet utama bebek goreng, empal suwir, dan sate kambing. Jl. Petitenget 9, Kerobokan; 0813-3728-1281.

Jamie’s Italian
Kehadirannya meniupkan angin segar bagi industri restoran nasional sekaligus menjadi sebuah testimoni akan pentingnya posisi Bali dalam peta kuliner global. Restoran di samping Hard Rock Hotel ini menyuguhkan comfort food yang menjadi ciri khas pendirinya, Jamie Oliver. Jl. Raya Kuta 47; 0361/762-118; jamieoliver.com.

 

Kiri-kanan: Tangga menuju area lantai dua Hujan Locale; Menu khas Indonesia kreasi Will Meyrick.

Kiri-kanan: Tangga menuju area lantai dua Hujan Locale; Menu khas Indonesia kreasi Will Meyrick. (Foto oleh Putu Sayoga)

Hujan Locale
Debut Will Meyrick di Ubud, Hujan Locale mencerminkan lebih sempurna sosok sang pemilik sebagai koki yang giat menyambangi sudut-sudut Indonesia. Tiga menu andalannya: tahu tek Jawa Timur, tengkleng Yogya, dan bebek goreng Madura. Jl. Sri Wedari 5, Ubud; 0813-3972-0306; hujanlocale.com.

MODERNIST CUISINE

JAKARTA

OKU
Berniat memberikan sentuhan kreatif pada konsep lawas, restoran Jepang ini merujuk resep-resep tradisional, lalu menyajikannya dalam presentasi modern yang menghibur. Dapurnya dipimpin oleh Kazumasa Yazawa, mantan koki Izy Dining dan Waku Ghin. Hotel Indonesia Kempinski, Jl. MH Thamrin 1; 021/2358-3896; kempinski.com.

Colonial
Restoran bergaya Inggris 1930-an ini dilengkapi Molecular Bar dengan koleksi minuman yang imajinatif, salah satunya bloody mary yang disajikan di atas sendok hingga terlihat mirip menu pembuka. Lippo Mall Kemang, Jl. Pangeran Antasari 36; 021/2905-6891; colonial-jakarta.com.

Namaaz Dining
Namaaz bukan cuma restoran gastronomi molekuler pertama di Indonesia, tapi juga yang pertama yang menerapkan aliran tersebut pada menu Indonesia. Kokinya, Andrian Ishak, mendalami ilmu memasaknya dari buku dan internet. Jl. Gunawarman 42, Kebayoran Baru; namaazdining.com.

BALI

Blanco par Mandif
Eksperimen berani dari seorang koki muda asal Biak, Blanco par Mandif menyuguhkan menu Indonesia dalam format degustation. Sosok restoran mirip sebuah secret dining: koridor berisi sembilan kursi yang bertengger di bawah lahan parkir. Jl. Raya Tjampuhan, Ubud; 0361/4792-284; blancoparmandif.com.

Cuca
Bermodalkan keterampilan gastronomi molekuler yang ditempa di Arzak dan elBulli, koki Kevin Cherkas bermigrasi ke Bali dan mendirikan restoran yang menghidangkan menu-menu inovatif dengan harga terjangkau. Jl. Yoga Perkanthi, Jimbaran; 0361/708-066; cucaflavor.com.

 

Presentasi hidangan yang elok di Mejekawi.

Presentasi hidangan yang elok di Mejekawi.

Mejekawi
Meski dilengkapi laboratorium berisi peralatan gastronomi molekuler yang komplet, Mejekawi relatif kalem dalam hal presentasi menu—menjadikannya tempat ideal bagi Anda yang mendambakan makanan dengan visual yang menggugah tapi tidak absurd. Ku De Ta, Jl. Kayu Aya 9, Seminyak, Bali; 0361/736-969; kudeta.com.

BEACH CLUB

JAKARTA

Segarra
Pembukaannya pada 2007 membuat publik tersentak: pesisir utara Jakarta ternyata tidak sesuram yang dibayangkan. Selain bar dan restoran, beach club pertama dan satu-satunya di Ibu Kota ini menawarkan area resepsi pernikahan. Carnival Beach Ancol, Jl. Lodan Timur 7; 021/6471-0101; segarraancol.com.

BALI

Nikki Beach
Kehadirannya pada akhir 2014 membuat kawasan MICE Nusa Dua terasa lebih muda dan seksi. Beach club sensual ini terkenal akan pesta-pestanya yang dicirikan dengan busana (atau bikini) putih dan musik yang mengguncang, bahkan di dalam kolam renang. Sofitel Nusa Dua, BTDC Lot N5; 0361/8492-900; nikkibeach.com.

 

Area bersantai di Sundara.

Area bersantai di Sundara.

Sundara
Usai direnovasi total, beach club yang dulu bernama PJs ini tampil jauh lebih segar dan memikat. Area bersantainya yang menghadap pantai dilengkapi kolam renang infinity sepanjang 57 pestameter, menjadikan Sundara beach club dengan kolam terpanjang di Bali. Four Seasons Jimbaran; 0361/708-333; sundarabali.com.

Karma Beach
Walau mengenakan tarif masuk dan tidak memiliki kolam renang, tempat ini menjanjikan pantai dengan privasi lebih dibandingkan beach club lainnya. Agar lebih ramah bagi tamu keluarga, Karma Beach menyediakan kid’s club. Karma Kandara, Jl. Villa Kandara, Ungasan; 0361/8482-200; karmagroup.com.

MAKANAN JALANAN

JAKARTA

Nasi Goreng Kebon Sirih
Selain menyuguhkan nasi goreng kambing yang dimasak dalam penggorengan sebesar antena parabola, tempat ini merupakan wadah ideal untuk bercengkerama dengan kaum nokturnal Jakarta, mulai dari pembalap jalanan, pengamen, hingga clubber. Jl. Kebon Sirih Barat, Menteng.

Nasi Uduk Zainal Fanani
“Nasi uduk Kebon Kacang” begitu masyhur hingga menjadi merek generik yang bisa ditemukan di banyak tempat di Jakarta. Khusus di lokasi orisinalnya, warung milik Pak Zainal adalah salah satu yang memiliki fan berlimpah. Jl. Kebon Kacang 8 No.5, Tanah Abang, 021/3190-3863.

Gado-Gado Direksi
Namanya merefleksikan pelanggannya: direksi bank. Menurut rumor, ajudan Gus Dur dan Megawati pernah singgah untuk membeli makan siang. Galibnya gado-gado, keunggulan hidangan tempat ini terletak pada kesegaran sayur dan kelezatan sausnya. Jl. Pintu Besar Selatan 2 No.16, Glodok; 021/9253-1495.

BALI

Warung Mak Beng
Berdiri mengantre persis di belakang orang yang sedang makan adalah aktivitas jamak di sini saban siang. Warung Mak Beng sejatinya menawarkan menu “triumvirat” yang sangat simpel—nasi, sup ikan, dan ikan goreng—tapi kesedapan kuah dan sambalnya rawan memicu ketagihan. Jl. Hang Tuah 45, Sanur; 0361/282-633.

 

Warung Bu Weti yang senantiasa ramai di jam sarapan.

Warung Bu Weti yang senantiasa ramai di jam sarapan. (Foto oleh Putu Sayoga)

Nasi Campur Bu Weti
Inilah salah satu alasan banyak turis di Sanur enggan sarapan di hotel. Nasi Campur Bu Weti beroperasi hingga siang hari, tapi masakannya kerap sudah ludes saat mentari masih miring di timur. Penting diingat, di sini tak ada nomor antrean, jadi pupuk keahlian bersabar sebelum datang. Jl. Segara Ayu, Sanur; 0813-3828-1866.

Babi Guling Pak Dobiel
Para pencinta kuliner selalu berdebat tentang siapa yang berhak menyandang gelar babi guling terlezat di Bali: Pak Dobiel atau Ibu Oka. Berita baiknya, keduanya berada di lokasi yang berbeda. Di warung Pak Dobiel di Nusa Dua, babi guling disajikan dalam format sate, lawar, dan sup. Jl. Srikandi 9, Nusa Dua; 0361/771-633.

KEDAI KOPI

JAKARTA

One Fifteenth Coffee
Namanya melambangkan rasio antara kadar kopi dan air yang ideal untuk menghasilkan secangkir kopi yang sempurna. DestinAsian Indonesia pernah meminta Edy Panggabean, pakar dan penulis buku kopi, untuk mengevaluasi 10 kedai di Jakarta, dan One Fifteenth menorehkan poin yang impresif. Jl. Gandaria 1/63; 021/722-5678; 1-15coffee.com.

ST. ALi
Cabang dari kedai kopi tersohor asal Melbourne, ST. ALi berniat memperkenalkan tradisi brunch autentik khas Australia. Tahun ini, baristanya mewakili Indonesia dalam ajang World Barista Championship. Gedung Setiabudi II, Jl. H.R. Rasuna Said Kav.62, Kuningan; 021/5290-6814; stali.com.au.

 

Tanamera kini mulai banyak membuka cabang di Jakarta dan Tangerang.

Tanamera kini mulai banyak membuka cabang di Jakarta dan Tangerang.

Tanamera
Kedai yang mengandalkan biji-biji kopi Nusantara ini bagaikan sekte dengan penganut fanatik. Pada 2016, Tanamera menyabet penghargaan bergengsi Champion International Roaster dalam Australian International Coffee Awards. Jl. Kebon Kacang Raya, Thamrin; 021/ 2962-5599; tanameracoffee.com.

BALI

The Library
Mulai populer di kalangan hipster, kedai yang didirikan oleh Grup Coffee Library ini menawarkan interior fotogenik dengan langit-langit tinggi, sudut-sudut untuk membaca, serta beragam biji kopi Arabika dari pelosok Indonesia. Jl. Kayu Aya 50, Seminyak; 0818-763-769; thecoffeelibrary.co.id.

Revolver
Kedai ini laksana kuil suci bagi laskar penggemar kopi tulen. Andaikan gagal mendapatkan kursi, hubungi saja cabangnya di Jalan Petitenget yang melayani jasa pesan-antar, atau kunjungi Milk & Madu yang membeli kopinya dari Revolver. Jl. Kayu Aya, Gang 51, Seminyak; 0851-0088-4968; revolverespresso.com.

 

Furnitur unik di Seniman.

Furnitur unik di Seniman. (Foto oleh Putu Sayoga)

Seniman
Kedai ini berada di tubir gang sempit dan menempati dua rumah sederhana yang saling berhadapan. Desainnya rustic, sementara kopinya disajikan dengan sentuhan manis berupa jajanan pasar dan air putih di atas nampan yang menyerupai tongkat pemukul dalam kriket. Jl. Sriwedari 5, Ubud; 0812-3607-6640; senimancoffee.com.

5 Tempat Sarapan Alternatif di Melbourne

$
0
0

Nord

Nord

 

Mencari sarapan di Melbourne tak perlu dipusatkan di kawasan CBD. Beberapa kafe yang lebih membumi juga menyediakan menu sarapan yang tak kalah menarik. Malah, banyak yang menawarkan menu yang khas.

Teks dan foto oleh Pepito Praptowahyono

Reputasi Melbourne sebagai kota paling nyaman di dunia sungguh bukan isapan jempol belaka. Selama enam tahun berturut-turut, kota di Australia ini berhasil menyabet gelar kota paling layak ditinggali di dunia versi The Economist.

Tak heran, seperti dikutip dari data Pemerintah Negara Bagian Victoria, bila kota ini menjala lebih dari 1,8 juta turis per Juni 2016. Banyak formula untuk membuat Melbourne menyenangkan untuk ditinggali maupun dikunjungi. Salah satunya adalah tersedianya peta kuliner yang menarik.

Dengan meroketnya popularitas third wave coffee movement di Melbourne, di setiap gang turis akan dengan mudah menemukan kafe-kafe yang digarap secara serius. Salah satu lokasi paling ideal—dan mungkin paling terkenal—adalah kawasan CBD dengan kawasan Fitzroy dan Collingwood.

Jika ingin suasana yang sedikit lebih tenang, beberapa wilayah di luar kawasan bisnis tersebut juga menyediakan kafe-kafe yang tak kalah menarik. Berikut lima tempat makan dan ngopi di Melbourne yang memiliki menu eksentrik:

 

Kiri-kana: Pilihan kopi di Nord cukup mumpuni; Nord menyajikan menu hidangan khas Skandinavia.

Kiri-kanan: Pilihan kopi di Nord cukup mumpuni; Nord menyajikan menu hidangan khas Skandinavia.

1. Nord Café
Nord Café berlokasi di St. Kilda. Tempat makan ini mengusung tema Skandinavia yang kental. Terlihat dari ornamen interiornya yang mirip dengan foto katalog toko perabotan IKEA. Nama menunya susah dilafalkan dan diingat. Tapi cita rasa yang disajikan langsung membuat susah untuk dilupakan. Sebut saja kottbullsmackar, bola-bola daging artisanal yang disajikan di atas roti black rye dan ditutup dengan selada beetroot dan bawang goreng. Bumbunya simpel namun meledak di mulut. Bola daging bisa diganti dengan udang goreng jika Anda lebih menyukai hidangan laut. Pastikan untuk datang lebih awal karena di akhir pekan biasanya pengunjung membeludak. 157 Chapel Street, St Kilda; facebook.com/nordstkilda; buka dari Senin-Jumat pukul 07:00-16:00, Sabtu buka dari pukul 08:00-14:00.

 

Kiri-kanan: Hidangan ketan hitam ala Thailand di Nora; Interior Nora yang menarik.

Kiri-kanan: Hidangan ketan hitam ala Thailand di Nora; Interior Nora yang menarik.

2. Nora
Tak jauh dari Lygon Street, di antara deretan kafe bernuansa Italia, ada satu gerai yang berbeda. Aroma hidangan khas Thailand menguar saat Anda memasuki restoran ini. Nora dibesut oleh dua pemuda asal Thailand yang tengah menuntut ilmu di Melbourne. Misinya untuk mempopulerkan hidangan Negeri Gajah Putih di kota tersebut. Tentu saja dengan cita rasa yang sudah dimodifikasi sesuai dengan lidah.

Saya sempat pesimis saat tahu restoran ini tak memiliki mesin espresso. Artinya menu kopi khas Melbourne tak tersedia di sini. Namun salah satu pemilik yang juga merangkap sebagai koki merekomendasikan minuman sparkling cold brew sebagai alternatifnya. Ini adalah minuman es kopi yang dicampur dengan sparkling water dan dibiarkan semalaman dalam kulkas. Rasa awalnya aneh, tapi setelah hirupan ketiga, sensasi segar langsung menyeruak di mulut.

Untuk kudapan, saya memilih 2010 yakni sajian ketan hitam yang dikukus dengan santan kemudian disajikan dengan potongan buah nangka, kolang-kaling, dan kacang almond. Sekilas mirip hidangan ketan mangga yang jadi khas Thailand. Tersedia juga menu sereal yang dikemas dalam kotak-kotak kecil berdesain atraktif. Bagi pengunjung yang datang berkelompok, Nora juga menawarkan menu makan tengah untuk minimal empat orang. 156 Elgin Street, Carlton; facebook.com/noramelburn; buka dari Selasa-Kamis pukul 07:00-15:30 dan Sabtu-Minggu pukul 08:00-16:00.

 

Kiri-kanan: Latte art di Superrandom yang terlihat rapi; Pojokan barista dengan meja etalase kue.

Kiri-kanan: Latte art di Superrandom yang terlihat rapi; Pojokan barista dengan meja etalase kue.

3. Superrandom
Popularitas tempat makan ini terdongkrak akibat reputasi sang head barista, Nobu, yang merupakan jebolan kompetisi barista internasional dari Seattle hingga Tokyo. Ini adalah salah satu alasan untuk mengunjungi kafe yang terletak di kawasan Brighton, sekitar 30 menit berkendara dari Fitzroy. Tempat ini cocok disambangi jika Anda mengunjungi Brighton Bathing Box. Pasalnya, Superrandom hanya berjarak 500 meter dari bangunan warna-warni di tepi pantai tersebut.

Nobu memiliki ciri khas latte art yang bersih dan tajam. Komposisi kopinya pun pas di mulut. Untuk makanan, Superrandom mengusung kuliner Jepang fusion, seperti jaffle sandwich yang berisi daging kambing dengan bumbu Jepang. Meski lokasinya jauh dari distrik bisnis, Superrandom punya pelanggan tetap yang cukup banyak—terutama warga lokal Brighton. Malah saking seringnya datang, para peracik kopi Superrandom sudah hafal detail pesanan mereka. 416 New Street, Brighton; buka setiap hari dari pukul 06:30-15:30.

Panduan Makan di Resor W Bali

$
0
0

Hidangan ayam goreng dengan wafel dan saus madu di FIRE.

Kiri-kanan: Jack Yoss, Director of Culinary W Retreat Bali; Interior FIRE.

Kiri-kanan: Jack Yoss, Director of Culinary W Retreat Bali; Interior FIRE.

Jack Yoss, nominator Best New Chefs in America, kini menjabat Director of Culinary W Retreat & Spa Bali dan bertanggung jawab pada tujuh gerai F&B. Kepada Reza Idris, dia merekomendasikan siklus terbaik untuk menikmati kreasinya.

Sarapan
Untuk mengawali hari, Jack menyarankan tamu memilih restoran FIRE dan memesan “fried chicken dan wafel dengan saus sage-chili honey.” Kombinasi rasa manis, asin, dan pedasnya ideal guna membuka mata dan memuaskan selera di pagi hari. Kemudian, guna menyeimbangkan rasa di mulut, pesan jus spesial yang diracik dari campuran wortel, apel, jahe, dan seledri.

Makan siang
Starfish Bloo, kata koki terpandang Nicolas Tourneville, “memiliki beragam menu yang bisa membuat kita bingung memilih.” Untuk memudahkan Anda, Jack menyarankan soba noodle dan seaweed salad sebagai sajian pembuka yang ringan tapi kaya rasa. Di etape berikutnya, pilih sushi platter yang terdiri dari tempura prawn dan spicy peanut butter roll. Kelar makan, Jack merekomendasikan tamu bersantai di ICE Bar dan memesan koktail anyar Balinese flower bath dan smoked soursop margarita. “Koktail ini terinspirasi dari cita rasa Pan Asian,” ujarnya.

 

Kiri-kanan: Hidangan pencuci mulut chocolate melting sphere; Aneka camilan dalam afternoon tea Mad T-Party.

Kiri-kanan: Hidangan pencuci mulut chocolate melting sphere; Aneka camilan dalam afternoon tea Mad T-Party.

Kudapan sore
W Lounge mengoleksi beragam kue artisanal dan es krim aneka rasa di konter Liquid Nitrogen Ice Cream Bar. Tamu juga bisa singgah di FUEL Bar untuk menikmati camilan kaya rempah tom yum peanuts. Opsi paling berkelas tentu saja Mad T-Party, sesi afternoon tea yang terinspirasi karakter Mad Hatter dalam kisah klasik Alice in Wonderland.

Makan malam
FIRE mengoleksi selusin potongan daging berbeda. Sebelum memilih, tamu bisa berkonsultasi dengan meat sommelier, atau cukup mengikuti saran Jack: menu pembuka wild rocket & medjool date salad; menu utama stockyard wagyu 7+ top sirloin yang disandingkan dengan chorizo asparagus bakar dan saus peppercorn; serta koktail charred chocolate yang terdiri dari campuran cokelat karamel dan wiski.

Menu stockyard wagyu cukup laris dan disediakan terbatas empat hingga enam potong per harinya, jadi sebaiknya lakukan reservasi. “Di Bali, potongan daging unik ini hanya bisa ditemukan di FIRE,” klaim Jack. Jika masih ada ruang di perut, pilih menu ikonis chocolate melting sphere. “Menu ini sudah jadi andalan selama bertahun-tahun, dan sepertinya akan terus ada hingga beberapa tahun ke depan,” tambahnya.

Penutup malam
Tersohor akan komitmennya di bidang musik, W rutin menggelar kontes DJ, meracik albumnya sendiri, bahkan belum lama meluncurkan studio rekaman yang bisa disewa tamu. Di Bali, tempat ideal untuk menikmati kreasinya tentu saja Woobar yang bersemayam di dekat pantai. Di sini, Jack menyarankan minuman nyeleneh drink, pray, love yang terdiri dari kombinasi tequila premium, jus buah bit, sari jeruk Siam, daun mentol, dan pistakio.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi September/Oktober 2016 (“Sensasi Sehari”).

Viewing all 1032 articles
Browse latest View live