Quantcast
Channel: Themes | DestinAsian Indonesia
Viewing all 1032 articles
Browse latest View live

Kampung Paling Trendi di Budapest

$
0
0

Warga lokal dengan kuda-kuda kavaleri dalam peringatan Revolusi Hungaria.

Meski trauma sisa Holocaust belum mengering sepenuhnya, Jewish Quarter berangsur menjadi tempat yang paling memikat di Budapest.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Muhammad Fadli

Di Budapest, tempat paling trendi saat ini justru dirangkai dari rongsokan masa silam. Mereka yang singgah akan mengernyitkan dahi, mungkin terperanjat, atau barangkali terpukau, seperti saya, yang duduk termenung menyeruput cokelat panas sembari mengagumi betapa keindahan ternyata bisa berjarak hanya beberapa sentimeter dari keranjang sampah.

Namanya Szimpla Kert. Artinya “kebun yang bersahaja.” Tempat ini sejatinya sebuah pujasera yang dihuni belasan perusahaan independen, mulai dari shisha bar, rental sepeda, restoran, hingga design shop. Di halamanbelakangnya terdapat ruang layar tancap yangberoperasi selepas musim dingin. Semuanya berbagi tempat di apartemen kumal tiga lantai yang pernah lama terbengkalai.

Interiornya kusam dan suram. Sampah dan dekorasi saling sengkarut. Berantakan, tapi artistik. Sekujur dinding bangunan dijejali stiker, graffiti, juga poster. Kita bisa menambahkan coretan dan tak seorang pun akan menyadarinya. Duduk di sebuah bar temaram, saya dihibur oleh film abstrak yang ditembakkan belasan monitor komputer dari zaman disket. Beranjak ke lantai dua, sisa-sisa pesta tadi malam masih terendus: aroma mariyuana yang menusuk hidung.

Szimpla seolah memadukan barang-barang loak dari Jalan Surabaya, kreativitas nyeleneh seniman Yogya, serta gairah hipster pengusaha Pasar Santa. “Tak ada tempat seperti ini di mana pun,” ujar pemandu saya. Lihat saja suguhannya: kursi yang dibuat dari potongan papan skateboard; lemari berbentuk kulkas tua; bunga yang tumbuh di atas sepatu ski; meja makan di dalam mobil ringsek.

Terlepas dari kejanggalannya, Szimpla mewakili harapan banyak orang. Tempat ini menyuntikkan nyawa baru pada Jewish Quarter, permukiman kaum Yahudi di Budapest. Szimpla menghidupkan bangunan usang, rutin menggelar pesta, membuat malam-malam di kawasan ini tak lagi menakutkan. Lebih dari itu, ia menjelma jadi objek wisata.

Szimpla adalah alasan mengapa Budapest dijuluki tanah kelahiran “ruin pub.” Turis berdatangan saban hari. Tur ziarah di Jewish Quarter kini tak lengkap tanpa mampir sejenak di Szimpla. Prestasi yang mengagumkan untuk sebuah tempat yang dirakit dari materi daur ulang.

Meninggalkan Szimpla, saya meniti jalan-jalan berlapis batu, melewati gedung-gedung yang kepayahan melawan waktu, mengarungi kampung Yahudi di kota terpadat di Hungaria. Saya datang kala musim dingin baru bersiap-siap hengkang. Udara tajam menggerayangi tubuh, memaksa saya untuk senantiasa merapatkan jaket.>>>


5 Akuarium Terbesar di Dunia

$
0
0

Chimelong Ocean Kingdom saat ini memiliki akuarium terbesar di dunia.

Film Finding Dory sudah beredar di pasaran. Di dalamnya, terdapat adegan Dory masuk ke akuarium raksasa dengan ribuan makhluk laut di dalamnya. Apakah akuarium seperti itu hanya ada di dalam dunia film animasi saja? Ternyata tidak. Ada beberapa akuarium berukuran masif yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan beberapa di antaranya sanggup menampung beberapa pasang hiu paus! Kami tampilkan lima yang terbesar:

Chimelong Ocean Kingdom

Wahana yang berlokasi di Hengqin, Zhuhai ini merupakan bagian dari Chimelong International Ocean Resort. Kompleknya sendiri disebut-sebut sebagai “Orlando-nya Tiongkok.” Chimelong Ocean Kingdom menaungi beberapa zona tematik dan akuarium. Akuarium terbesarnya adalah Whale Shark Exhibit Aquarium yang menampung ribuan binatang laut termasuk empat hiu paus! Akuarium ini dilengkapi dengan kaca berukuran 39,6 x 8,3 meter. Selain akuarium, zona-zona tematiknya juga menarik untuk dilirik. Bahkan di sini pengunjung juga bisa melihat langsung beruang kutub. int.chimelong.com.

Eksplorasi Tanjung Bira

$
0
0

Hamparan karang di perairan Lihukan, pulau di dekat Tanjung Bira.

Dayu Hatmanti, Miss Scuba International 2011, dan Ricky Virgana, bassist White Shoes & the Couples Company, berlibur ke Tanjung Bira untuk memuaskan rasa cinta kepada laut, lalu membagi pengalamannya kepada Suhartina Sindukusumo.

—Perjalanan

Tanjung Bira berjarak sekitar enam jam berkendara dari Makassar. Mendekati kawasan pesisir ini, Dayu dan Ricky langsung dihibur olah panorama hamparan pasir putih dan laut biru dari balik jendela. Tanjung Bira terletak di Bulukumba, kabupaten yang berada di kaki Pulau Sulawesi.

Pantai pasir putih dan laut berwarna pirus di pesisir Tanjung Bira.

Pantai pasir putih dan laut berwarna pirus di pesisir Tanjung Bira.

—Penginapan

Keduanya memilih Bira Dive Camp (biradivecamp.com), properti yang menaungi pondok-pondok yang terbuat dari bambu dan materi daur ulang. Mendarat di halaman resor, Dayu dan Ricky langsung diajak memilih paket menyelam. “Di depan resor terhampar pantai berpasir putih, dan kami hampir tidak menemukan lebih dari dua tamu selama tiga malam menginap di sini,” kenang Dayu. Katanya lagi, tarif resor yang terjangkau tak sebanding dengan wawasan luas para stafnya tentang spot dan pantai tersembunyi di sekitar Tanjung Bira. “Menjelang malam, kami berbaring di hammock yang terletak di dekat restoran untuk menikmati pemandangan langit yang dipenuhi bintang dan bebas dari polusi,” ujar Ricky yang datang dengan membawa ukulele.

—Aktivitas

Menyelam adalah aktivitas terpopuler di Tanjung Bira. Lautnya menyimpan sejumlah shark point. “Berbagai titik yang menyimpan hiu tersebut men jadi daya tarik utama bagi kami,” jelas Dayu yang aktif terlibat dalam gerakan Save Sharks Indonesia. Keinginan melihat predator laut itu juga menjadi alasan bagi Ricky untuk mengikuti kursus selam pada 2013. Tapi Tanjung Bira tak cuma menawarkan hiu. Daya tarik lain kawasan ini adalah penyu, manta, tuna, dan barakuda. Selain menyelam, pengunjung bisa menyewa perahu untuk menjelajahi perairan di kaki Sulawesi dan bertamu ke desa-desa nelayan.

—Kuliner

Salah satu alasan hiu berkeliaran di Tanjung Bira adalah kesadaran warganya untuk tidak menjadikan hiu sebagai bahan makanan. Menu andalan lokal adalah ikan-ikan segar. Kendati demikian, industri restoran belum terlalu berkembang. Tempat makan terbaik berada di penginapan, salah satunya Amatoa Resort (amatoaresort.com), resor premium yang bertengger di tebing. Restoran milik properti inilah yang beberapa kali disinggahi Dayu dan Ricky selama berlibur. “Selain menu yang menggugah selera, kita bisa menikmati hidangan di area alfresco yang ditaburi sunbed biru dan beanbag yang menatap laut,” ungkap Ricky.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Mei/Juni 2016 (“Pecandu Laut”)

8 Destinasi Wisata Wajib di Filipina

$
0
0

Salah satu dari lima petak sawah legendaris di Cordillera Central.

“Filipina punya 7.107 pulau,” ujar Maria Lumen B. Isleta, “dan masing-masingnya memiliki daya tarik tersendiri.” Duta Besar Filipina ini menuturkan delapan tempat wisata di negaranya kepada Reza Idris.

Bohol
Bayangkan lebih dari 1.200 bukit batu dengan wujud yang nyaris identik dan postur yang simetris menjulang dalam posisi berdekatan. Keajaiban alam inilah yang menjadi ikon pariwisata Bohol. Namanya Chocolate Hills. Bukan karena tempat ini menumbuhkan kakao, tapi lebih disebabkan oleh warnanya: saban kemarau, rumput yang melapisi perbukitan berubah cokelat. Menurut mitos lokal, bukit-bukit ini sebenarnya ceceran air mata milik seorang raksasa yang meratap usai cintanya ditolak. Selain Chocolate Hills, Bohol memiliki taman konservasi tarsius, menara pengintai dari abad ke-18, serta rumah-rumah leluhur dengan arsitektur asli Filipina. “Jangan lewatkan pula tur pesiar di Sungai Loboc,” pesan Maria. “Kita akan dibawa menyusuri sungai bewarna zamrud.”

Tagaytay
Semacam Puncak bagi warga Manila, Tagaytay adalah destinasi liburan akhir pekan yang populer. Dataran tinggi yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Manila ini mengoleksi banyak hotel, kasino, padang golf, serta restoran. Objek terkenalnya adalah Gunung Taal yang menjulang di tengah danau. “Kita bisa trekking di sini,” tutur Maria. Tempat favorit turis lainnya adalah People’s Park, taman yang sebenarnya lahir dari kontroversi. Pada 1981, Imelda Marcos menggagas sebuah rumah mewah yang dijuluki Palace in the Sky. Tapi, akibat revolusi politik, proyek itu mangkrak dan lahannya dijadikan taman publik. >>>

The World in Pictures: Juni 2016

$
0
0

03 Palembang, Muhammad Fajri_LR

01 Payakumbuh, Zulkifli

Payakumbuh
Seorang anak memegangi itik peliharaannya sebelum bertanding dalam lomba tradisional Pacu Terbang Itik di Nagari Aur Kuning, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Pacu Terbang Itik konon terilhami oleh kebiasaan para petani mengusir itik yang merusak padi di sawah. Foto oleh Zulkifli. >>>

03 Palembang, Muhammad Fajri

Palembang
Seorang pria sedang membaca Al Quran Al-Akbar yang berlokasi di kompleks Pondok Pesantren Al Ihsaniyah di Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan. Alquran raksasa berbahan kayu trembesi ini memiliki dimensi 177 x 140 sentimeter dengan ketebalan 2,5 sentimeter per lembarnya. Foto oleh Muhammad Fajri. >>>

04 Magelang, Robertus Pudyanto

Magelang
Sebagian dari total 5.000 lampion yang dilepaskan ke angkasa dalam perayaan Waisak pada 21 Mei 2016 di kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Hari Raya Waisak ditujukan untuk mengenang tiga momen penting dalam ajaran Buddha, yakni kelahiran, penerangan agung, dan kepergian Siddhartha Gautama. Foto oleh Robertus Pudyanto. >>>

06 California, Sally Ann - Emily May

California
Salvation Mountain di Imperial County, California, Amerika Serikat. Bukit ini diciptakan oleh Leonard Knight (almarhum), mantan tentara dalam Perang Korea, menggunakan cat, jerami, dan tanah liat. Salvation Mountain pernah ditampilkan dalam film Into the Wild garapan Sean Penn dan video Birds dari Coldplay. Foto oleh Sally Ann & Emily May. >>>

05 Jakarta, Toto Santiko Budi

Jakarta
Salah satu adegan dalam lakon “Koin Emas Si Kikir Koopman-Kumpeni” yang dipentaskan oleh Teater Koma pada 24 April 2016 di Museum Nasional, Jakarta. Pentas yang terinspirasi oleh koleksi koin kuno ini merupakan bagian dari acara tahunan yang bertajuk Akhir Pekan @Museum Nasional. Foto oleh Toto Santiko Budi. >>>

02 Yogyakarta, Tarko Sudiarno

Yogyakarta
Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas menyaksikan pentas Tari Bedhaya Tirta Hayuningrat pada 7 Mei 2016 di Keraton Yogyakarta. Pergelaran ini ditujukan untuk merayakan Tingalan Dalem, yakni penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja Yogyakarta. Foto oleh Tarko Sudiarno.

3 Hotel Four Points Baru di Indonesia

$
0
0

Fasad Four Points Bandung dengan ciri distingtif.

Four Points by Sheraton adalah salah satu merek hotel milik jaringan Starwood yang paling gencar ekspansinya di Indonesia. Setelah properti di Bali dan Makassar, mereka akan melebarkan sayapnya ke berbagai wilayah di Indonesia—termasuk membuka properti keduanya di Pulau Dewata. Berikut properti Four Points by Sheraton beroperasi baru-baru ini di Tanah Air:

Fasad Four Points Bandung dengan ciri distingtif.

Fasad Four Points Bandung dengan ciri distingtif.

Four Points Bandung
Debut Four Points di Bandung dimulai pada Januari 2016 silam. Hotel bintang lima ini menempati sebuah lahan di Jalan Ir. H. Juanda di kawasan Dago. Four Points Bandung mengantongi 162 kamar bergaya kontemporer. Mirip dengan properti Four Points lainnya, hotel cabang Bandung ini juga dilengkapi dengan berbagai amenity andalan, misalnya kasur nyaman dan colokan USB yang mudah digunakan. Hotel ini memiliki tiga gerai F&B, yakni Saffron Restaurant yang menawarkan menu internasional; Best Brew Citrus Pool Bar dengan sederet menu koktail serta bir terbaik; dan Edelweiss Sky Lounge yang bertengger di lantai 12. Selain itu, hotel ini juga dilengkapi dengan pusat kebugaran 24 jam, Kids’ Club, ruang rapat, serta sebuah grand ballroom. Jl Ir. H Juanda No. 46, Bandung; 022/8733-0330; fourpoints.com/bandung; doubles mulai dari Rp599.999. >>>

7 Kedai Kopi Pilihan di Hong Kong

$
0
0

The Cupping Room dengan desain yang menawan.

Tren third wave movement semakin populer di dunia. Kedai-kedai kopi modern terus bermunculan. Beberapa hanya sanggup bertahan dalam hitungan bulan, namun ada juga yang menjadi primadona. Di Hong Kong, tren tersebut juga tak dapat dielakkan. Kami bertanya kepada tujuh figur berpengaruh di kota tersebut soal tempat ngopi yang wajib dikunjungi. Berikut rekomendasinya:

Little Break Coffee & Kitchen

Sheung Wan Shop: G/F, Xiu Ping Comm Building, 104 Jervois Street, Sheung Wan; 852/2503-3535.

Direkomendasikan oleh Aries Sin, perancang busana yang ditempatkan di jajaran Next Generation of Design Talent versi majalah Prespective.

“Gayanya chic dan santai. Lokasinya di area yang tak terlalu bising,” ungkap Aries. Sesuai namanya, Little Break Coffee & Kitchen tak sekadar menghidangkan kopi. Koleksi menunya cukup variatif. Kadang, tempat ini juga menyuguhkan pentas musik pada Sabtu malam.

Cova

Shop 203, 2/F, Alexandra House, 18 Chater Road, Central; 852/2522-1833; cova.com.hk.

Direkomendasikan oleh Jade Lui, selebriti kelahiran Hong Kong yang juga produser acara memasak di televisi.

Berdiri pada 1817 di Milan, Cova merekah menjadi jaringan waralaba transnasional. Dari 10 cabangnya di Hong Kong, Jade merekomendasikan Cova Alexandra House, gerai yang menurutnya “memiliki atmosfer yang stylish dan nyaman.”

N1 Coffee & Co

Shop G, 34 Mody Rd, Tsim Sha Tsui; 852/3568-4726.

Direkomendasikan oleh Michael Sloan, ilustrator dan seniman andal asal Amerika Serikat yang kini menetap di Hong Kong.

“Kedai mungil untuk bersantai usai lelah menjelajahi distrik belanja kota,” ujar Michael tentang N1 Coffee. Tempat yang bersarang di kawasan Tsim Sha Tsui ini diasuh oleh EL Au, jawara Hong Kong Grand Barista Championship 2010. EL Au juga merupakan pendiri Barista Academy Hong Kong, institusi yang memberikan pelatihan meracik kopi.>>>

Selera Nusantara di Kila Kila by Akasya

$
0
0

Hiasan dinding berupa ratusan kincir angin kertas yang menyambut tamu.

Kehadiran Kila Kila by Akasya seakan menjawab pertanyaan penggemar kuliner Jakarta selama ini: adakah restoran premium yang menyajikan hidangan rumahan Indonesia autentik? Dengan portofolio Akasya yang lebih dari dua dekade menggarap katering makanan Indonesia, hal tersebut bukan hal yang mustahil.

Kila Kila dibuka pada pertengahan Mei 2016 dan bersemayam di lantai teratas gedung baru di kawasan distrik bisnis Sudirman. Namanya diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “suara kegembiraan.” Interiornya mengawinkan desain kontemporer dengan sentuhan tradisional Indonesia yang khas, mulai dari lampu gantung yang terbuat dari bambu hingga hiasan kincir angin kertas yang mendominasi area utama. Jendela-jendela kaca berukuran besar disematkan di sekeliling bangunan guna menampilkan panorama kota Jakarta. Bahkan di area bar, jendelanya dirancang semi terbuka guna memaksimalkan sirkulasi udara.

Restoran dipecah menjadi dua area: area makan dan bar. Di area bar, tersedia juga meja dan kursi yang didedikasikan bagi para perokok. Mereka yang tak menghisap nikotin tak perlu khawatir, pasalnya kedua ruangan tersebut terpisah cukup jauh.

Untuk menunya, jumlah hidangan yang ditampilkan tak banyak, namun sudah cukup mewakili selera lidah Nusantara. Sebut saja ayam kalio khas Sumatera Barat, sate klopo khas Surabaya, atau pecel Madiun. Seluruh hidangan diolah menggunakan bahan terbaik dan mempertahankan cita rasa autentik. Bagi pencinta masakan Indonesia, Kila Kila layaknya surga.

Menu di sini digarap secara serius dan secara berkala dirotasi agar pengunjung tak bosan. Salah satu favorit tamu adalah tumis bunga pepaya yang dimasak bersama ikan asin. Rasanya gurih tanpa sedikit pun cita rasa pahit. Jika menggemari olahan daging, maka sate wagyu layak untuk dicoba. Bumbunya pas dan dagingnya meleleh di mulut. Selain menawarkan menu makan tengah, Kila Kila juga menawarkan menu nasi rames porsi individual yang beragam. Pilihannya mulai dari nasi hijau hingga nasi gudeg.

Pilihan hidangan pencuci mulutnya pun identik dengan Indonesia. Coba saja roti bakarnya yang lembut yang disajikan dengan es krim vanila dan selai stroberi segar. Atau beragam jajanan pasar yang menggoda lidah. Bila ingin sesuatu yang berbeda, pesan coconut jelly yang merupakan favorit pengunjung. Gedung Lot 4 – Lantai 7, Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53, SCBD; 021/514-014 84; kilakilajakarta.com.

Untuk tahu tentang daftar restoran baru di Jakarta lainnya, klik di sini.


Menjelajah Kawasan Lower Manhattan

$
0
0

Panorama senja dari atas Grand Banks, restoran yang menempati perahu tua yang bersandar di Hudson River Park di area TriBeCa.

Kendati menjadi titik mula lahirnya New York City, kawasan di tepian selatan Pulau Manhattan kerap dipandang sebagai jantung bisnis semata. Tapi citra itu kini telah berubah. Perhatian yang dicurahkan pascatragedi 9/11 telah memberikan Lower Manhattan wajah baru yang begitu memikat.

Oleh Gabrielle Lipton
Foto oleh Matt Dutile

“‘Bab satu. Dia mengagumi New York City. Dia memujinya berlebihan.’ Eh, sebentar, mungkin lebih tepatnya, ‘Dia memujanya berlebihan.’” Seiring kata-kata itu, film Manhattan (1979) pun dimulai. Dengan latar lanskap kota dalam montase hitam-putih, sang penyulih suara, dengan aksen New York yang medok, menuturkan kalimat-kalimat awal dalam buku yang ditulis oleh sang karakter dalam film, kemudian berujar: “New York adalah kota tempatnya menetap, untuk selamanya.” Komposisi Rhapsody in Blue mencapai klimaksnya dan kembang api meletus di langit Midtown.

Karya Woody Allen itu dinobatkan banyak orang sebagai film terbaik yang mengangkat New York. Saya setuju sepenuhnya, tapi dengan catatan: New York tidaklah ditampilkan secara utuh. Lower Manhattan, kawasan di selatan pulau, luput dari bidikan kamera. Karena itulah kita tidak melihat tempat-tempat yang berada di bawah Canal Street, misalnya Financial District, gedung-gedung kolot milik pemkot, Battery Park, South Street Seaport, dan TriBeCa (Triangle Below Canal).

Keputusan Woody itu sebenarnya mudah dipahami. Lower Manhattan memang tidak menawarkan pengalaman khas New York. Tidak ada gedung-gedung bata yang bermandikan sinar jingga lampu jalan. Tidak ada museum, galeri, atau teater yang bergengsi. Tidak ada budaya makan yang bernyawa. Tidak ada yang bisa dirayakan di waktu malam. Itu pula sebabnya, saya, meski pernah dua tahun menetap di New York dan berulang kali menjenguk nenek di apartemennya di East 30th Street, jarang sekali menemukan alasan untuk menghampiri Lower Manhattan.

Bagi banyak orang,sisi romantis kota berhenti di Canal Street. Berjalan terus ke selatan, kita hanya akan menemukan geliat bisnis finansial, situs sejarah kelas medioker, juga ruang pengadilan. Tapi itu dulu. Semuanya kini telah berubah.

Sejumlah berita menuturkan dengan gempita proses revitalisasi Lower Manhattan dan beragam pencapaiannya. Kita mungkin melihatnya sebagai takdir: terbatasnya lahan di Manhattan memaksa banyak kawasan berbenah demi bertahap hidup. Tapi perubahan ini sejatinya merupakan bagian dari agenda besar yang dipicu oleh mala.

Selepas masa berkabung atas serangan World Trade Center, menara yang terletak di Lower Manhattan, publik mencurahkan perhatian tinggi pada kawasan ini. Beragam proyek berbiaya selangit dilancarkan. Berikut beberapa hasilnya: National September 11 Memorial & Museum; gedung baru One World Trade Center; sebuah mal yang megah dan mahal; stasiun kereta api yang jauh lebih megah dan mahal; kerumunan restoran dan toko; serta kantong kehidupan malam yang memikat banyak orang sekaligus membuktikan betapa New Yorker adalah legiun yang tangguh.

Area Lower Manhattan dilihat dari seberang dermaga.

Area Lower Manhattan dilihat dari seberang dermaga.

Saya memulai penelusuran Lower Manhattan dengan menaiki perahu layar yang konon pernah dimiliki oleh sosialita Zelda Fitzgerald. Usai melewati Patung Liberty, perahu berlabuh di dekat Battery Park. Dalam naungan purnama, saya menyeruput bir hitam bersama teman-teman, serta menyantap selada kentang dan steik panggang di buritan. Lampu-lampu berkilauan di jendela pencakar langit. Malam ini, berbeda dari film karya Woody, tidak ada kembang api.

Turun dari perahu, seperti yang kerap terjadi di sebuah kota, kami kesulitan menemukan toilet umum. Usai berputar-putar, tanpa sengaja kami terdampar di sebuah koridor panjang yang dibalut marmer dan ditopang tiang-tiang putih hingga menyerupai tulang rusuk. Malam sudah larut dan tempat ini hampa. Saya merasa seperti Nabi Yunus dalam perut paus yang didesain oleh Steve Jobs.

Tak disangka, kami sebenarnya berada di dalam World Trade Center Transportation Hub, terminal gigantik yang dirancang oleh arsitek terpandang Santiago Calatrava. Saat saya datang, struktur futuristik ini masih dalam tahap penyelesaian, tapi banyak orang sudah memujinya sebagai mahakarya dari Calatrava. Eksteriornya menampilkan dua barisan pilar yang ditata melengkung dan membentang layaknya sayap. Dari kejauhan mirip burung yang hendak lepas landas.

Transportation Hub didirikan untuk melayani komuter yang datang dengan feri dari Staten Island dan kereta dari New Jersey. Jumlahnya sekitar 250.000 orang per hari. Fungsi terminal ini memang vital dan sosoknya mentereng seperti fosil dari masa depan, tapi ia tak lantas disambut senyuman tulus oleh warga. Penyebabnya adalah biaya konstruksinya yang boros: hampir menyentuh $4 miliar—menjadikannya terminal komuter termahal sejagat.

Terlepas dari polemik sengit itu, bagi saya, Transportation Hub berjasa menghidupkan kembali pamor masa silam Lower Manhattan sebagai gerbang pertama kota. Pada awal abad ke-17, Lower Manhattan adalah lokasi yang dipilih Belanda untuk mendirikan New Amsterdam. Ketika area ini diakuisisi Inggris dan dinamai New York pada 1664, populasi warganya sudah menembus 1.500 jiwa. Kemudian, pada 1800-an, kawasan ini menjadi titik pendaratan bagi 10 juta imigran yang hendak merajut mimpi di Amerika, di antaranya merupakan kerabat saya.

Kini, Lower Manhattan adalah nadi perekonomian New York, rumah bagi 10 perusahaan dalam daftar Fortune 500, sekaligus tempat bagi 200.000 orang pekerja menyambung nasib.

Berniat mengamati kemajemukan warga, di hari berikutnya, saya singgah di Brookfield Place, mal anyar yang bersemayam di kaki gedung perkantoran. Tak jauh darinya, ada markas Time Inc. dan Goldman Sachs. Brookfield Place adalah habitat alami bagi New Yorker.

Gerai-gerai yang menghuni Hudson Eats.

Gerai-gerai yang menghuni Hudson Eats.

Di sini terdapat Hudson Eats, semacam pujasera yang mengumpulkan hampir semua kios terpopuler di New York, sebut saja Black Seed Bagels, Dos Toros Taqueria, serta Num Pang Sandwich Shop. Datang di jam makan siang, Hudson Eats sesak oleh manusia, mulai dari bankir yang dibalut jas Canali, editor muda beralaskan Nike, kuli bangunan, hingga pengelana seperti saya. Beberapa orang mengambil kursi di Blue Ribbon Sushi, kemudian melahap ikan-ikan segar hasil tangkapan kota iPads.

Tak jauh dari mereka, ada Le District, French market premium yang menjelaskan mengapa New Yorker, meski rata-rata bergaji tinggi, kerap mengeluh tak punya cukup uang untuk berbelanja bulanan. Semua dagangan di Le District ditata apik di rak atau dibungkus wadah kaca layaknya artefak. Sebuah penataan yang penuh hasutan. Datang untuk membeli pisang, kita bisa-bisa justru pulang dengan membawa camilan impor. Sementara saya, yang tadinya cuma hendak memesan secangkir kopi, kini malah menyeruput sazerac di bar dan mengudap cokelat warna-warni.

Selain mengoleksi makanan yang menggiurkan, Brookfield Place menampung banyak toko trendi, sebut saja J.Crew, Tory Burch, Michael Kors, dan Lululemon. Beranjak ke tengah mal, saya menemukan Winter Garden, ruang publik yang ditumbuhi pohon palem dan dikangkangi atap kaca. Terakhir kali ke sini, pada Desember 2011, saya menyaksikan demonstrasi Occupy Wall Street di mana sekelompok pemrotes duduk dalam formasi lingkaran sembari berlindung dari udara dingin. Sekarang, atrium ini dipakai sebagai ruang pentas seni oleh pengelola mal. Saya duduk di kursi penonton dan menatap pelabuhan kecil di mana kapal layar (yang konon katanya) milik Zelda tengah bersauh di samping sebuah kapal pesiar mewah.

Berpaling ke sisi timur Brookfield Place, persisnya ke bantaran East River, terdapat South Street Seaport yang juga menawarkan tur belanja dan kuliner, tapi dengan atmosfer yang berbeda. Belanda membangun dermaga di sini pada 1625 untuk merespons pertumbuhan New Amsterdam sebagai kota bandar utama. Pada 1982, sebuah mal megah didirikan dan dengan cepat menjelma jadi atraksi wisata. Tapi, setelah Topan Sandy menghantam Seaport pada 2012, Howard Hughes Corporation memutuskan merombak tempat ini dan membuatnya jadi lebih mirip Brooklyn.

Simak saja tawarannya: cabang dari Smorgasburg Food Market; barisan kedai kopi; pameran seni berkala di tepi jalan dan di dalam Seaport Studios; serta beragam butik menarik seperti Brother Vellies (sepatu buatan Afrika), Farm Candy (manisan dan asinan kaya rempah), serta Bowne & Co. (salah satu perusahaan percetakan tertua).

“Howard Hughes Corporation menghubungi kami setahun silam saat Seaport hendak menyajikan pameran pop-up selama ajang Pekan Mode New York,” ujar Erin Feniger, desainer Rialto Jean Project, merek asal L.A. yang juga menghuni South Street Seaport. “Setelah sebulan bercokol di sini, saya jatuh cinta pada lingkungan ini, serta pada visinya untuk menjadi tempat yang berkiblat pada fesyen dan seni.” >>>

Tanah Seribu Candi

$
0
0

Candi Barong di Klaten.

Mengunjungi dan mendokumentasikan candi-candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Oleh Putu Sayoga

Layaknya sebuah artefak, candi memang telah membeku dan membatu. Tapi sebagai sebuah topik dokumentasi, ia sejatinya masih mendedahkan cerita. Candi berbicara tentang masa lalu, tentang peradaban yang lampau, tentang khazanah arsitektur, juga timbul-tenggelamnya kekuasaan.

Dan candi-candi baru masih “bermunculan.” Pada 2009, Véronique Degroot, peneliti dari Universitas Leiden, pernah mencatat 289 situs yang (pernah atau masih) dihuni candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tak lama setelah penelitiannya rampung, sebuah candi secara tak sengaja ditemukan di Magelang oleh seorang pekerja kebun salak saat tengah menggali parit. Dari peristiwa itu, kita pun disuguhkan cerita baru. Candi bagaikan buku sejarah yang belum tuntas kita baca.

Candi Kalasan yang terletak di Sleman.

Candi Kalasan yang terletak di Sleman.

Dokumentasi saya atas beberapa candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta ini berlangsung sejak awal Oktober 2015. Untuk tahap awal, fokus saya adalah kawasan Sleman dan Klaten. Proyek ini saya beri tajuk The Land of Ancient Temples. Terinspirasi laporan-laporan arkeologi di zaman penjajahan Belanda, saya memotret memakai aplikasi Hipstamatic di iPhone dengan harapan bisa memberikan presentasi visual yang terkesan “lawas” dan “historis.”

Dua candi yang paling masyhur di Jawa Tengah dan Yogyakarta tentu saja Borobudur dan Prambanan. Keduanya sudah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Namun di luar keduanya sebenarnya ada banyak candi lain yang kurang dikenal publik dan tak kalah menarik untuk dikunjungi.

Ekspedisi saya dimulai dengan mengunjungi Candi Sari yang bersemayam di Dusun Bendan. Candi Sari, yang lazim dikenal dengan nama Candi Bendan, merupakan candi Buddha yang dirakit pada abad ke-8 sebagai asrama biksu. Saat saya datang, hanya ada dua turis asing yang berkunjung.

Dari Candi Sari, saya meluncur selama 10 menit menuju Candi Kalasan yang juga dikenal dengan Candi Kalibening karena letaknya di Desa Kalibening. Candi ini tidak sulit dilacak berhubung lokasinya sangat dekat dari jalan raya yang menghubungkan Yogyakarta dan Solo. Candi Buddha ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Sailendra sebagai tempat pemujaan untuk Dewi Tara. >>>

7 Keajaiban Arsitektur Rotterdam

$
0
0

Market Hall berubah menjadi primadona baru di Rotterdam.

Usai hancur dibom Nazi, Rotterdam bangkit menjadi kota modern yang kaya permainan desain. Tahun lalu, ia dinobatkan sebagai kota terbaik di dunia versi Academy of Urbanism.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Donang Wahyu

Rotterdam dan arsitektur dan adalah dua kata yang tak bisa dipisahkan. Banyak arsitek ternama dunia memiliki proyek di sini, sebut saja Norman Foster, Alvaro Siza, Rem Koolhaas, dan Renzo Piano. Kota ini bahkan memiliki ajang arsitekturnya sendiri, yakni International Architecture Biennale; serta memiliki pusat studi arsitekturnya sendiri, yakni Het Nieuwe Instituut. Berikut tujuh pencapaian arsitektural yang paling terkenal di Rotterdam.

Struktur Erasmus Bridge dengan desain kolosal.

Struktur Erasmus Bridge dengan desain kolosal.

Erasmus Bridge
Jika San Francisco memiliki Golden Gate Bridge sebagai ikonnya, Rotterdam membanggakan Erasmus Bridge (unstudio.com). Jembatan sepanjang 802 meter ini membentang di atas Sungai Meuse dan menghubungkan kawasan selatan dan utara kota. Erasmus Bridge dirancang oleh Ben van Berkel dan diresmikan oleh Ratu Beatrix pada 1996.

Di tengah jembatan terdapat menara yang disangga oleh kabel-kabel suspensi. Dari kejauhan, Erasmus Bridge terlihat seperti angsa raksasa yang tengah mengepakkan kedua sayapnya, karena itulah ia dijuluki “The Swan” oleh warga lokal. Sebagaimana Suramadu atau Golden Gate, Erasmus Bridge ramai diserbu wisatawan. Tiap akhir pekan, kita bisa menemukan bus-bus turis dan aneka food truck di kaki jembatan.

Tak jauh dari Erasmus Bridge terdapat The Destroyed City, patung yang dibuat oleh seniman Rusia Ossip Zadkine untuk mengenang tragedi serangan Nazi. Pada 14 Mei 1940, Adolf Hitler mengutus skuadron Luftwaffe untuk menyapu bersih Rotterdam. Sejarah mencatat, 80.000 orang kehilangan rumah dan 800 nyawa melayang. Dari balik puing dan bara inilah Rotterdam bangkit dan berubah menjadi kota modern yang dijuluki “Manhattan di bantaran Sungai Meuse.” The Destroyed City terletak di pelataran Maritime Museum (maritiemmuseum.nl).

Floating Pavilion yang bertujuan mengurangi beban kota.

Floating Pavilion yang bertujuan mengurangi beban kota.

Floating Pavilion
Rotterdam sedang merancang proyek masa depan bernama Floating Community. Tujuannya adalah mengurangi beban kota sekaligus memaksimalkan lanskap Rotterdam sebagai kota delta. Ada banyak inovasi menarik dalam Floating Community dan semuanya memakai embel-embel “terapung,” sebut saja hutan terapung, hunian terapung, dan, yang sudah terealisasi, paviliun terapung.

Paviliun terapung dirancang oleh Delta Sync (deltasync.nl). Bentuknya adalah bangunan serbaguna yang terapung di atas sungai. Paviliun terapung terdiri dari tiga kubah yang terkoneksi oleh jembatan dan bisa dimanfaatkan sebagai ruang pameran atau hajatan. Kubah-kubah ini sekarang ditempatkan di ujung Erasmus Bridge, persisnya di Kop van Zuid, sebuah kawasan yang menampung banyak struktur ikonis seperti gedung antara lain KPN Tower (rpbw.com) rancangan Renzo Piano, De Rotterdam (derotterdam.nl) karya Rem Koolhaas, serta New Luxor Theater (luxortheater.nl) dari Bolles+Wilson.

Halaman Museum Park yang kerap dijadikan area piknik warga lokal.

Halaman Museum Park yang kerap dijadikan area piknik warga lokal.

Museum Park
Wajib dikunjungi bagi pencinta museum, taman luas ini menampung sejumlah museum paling terkenal di Rotterdam. Tempat pertama yang wajib dikunjungi adalah Boijmans Van Beuningen (boijmans.nl), museum yang menampung lukisan karya maestro sekaliber Rembrandt dan Van Gogh; serta menyuguhkan pameran berkala bertema desain yang merespons gejala kontemporer. Boijmans Van Beuningen menampilkan 4.000 benda seni. Angka yang kolosal memang, tapi itu sebenarnya hanya mewakili tujuh persen dari total koleksi museum. Guna mengatasi keterbatasan ruang ekshibisi, museum ini berencana mendirikan Public Art Depot pada 2018.

Museum Park juga menampung Het Nieuwe Instituut (hetnieuweinstituut.nl). Tempat ini awalnya bernama Netherlands Architecture Institute. Untuk memperluas fungsinya, ia diubah menjadi pusat studi yang mencakup pula desain dan budaya. Hingga 8 Mei 2016, Het Nieuwe Instituut menggelar pameran Temporary Fashion Museum yang mengulas perkembangan fesyen di Belanda, serta menggali hubungan fesyen dengan arsitektur .

Tempat ketiga yang menarik didatangi di Museum Park adalah Sonneveld House (huissonneveld.nl), rumah yang dibangun pada awal abad ke-19 dan mengaplikasikan dengan sempurna gaya Nieuwe Bouwen—cabang International School of Modernism di Belanda. Sonneveld House didesain oleh Brinkman & Van der Vlugt, firma yang pernah menangani Feyenoord Stadium.

Jembatan Luchtsingel yang berjasa menghidupkan gedung-gedung tua yang dilewati.

Jembatan Luchtsingel yang berjasa menghidupkan gedung-gedung tua yang dilewati.

Luchtsingel
Pada 2012, Pemkot Rotterdam meluncurkan program City Initiative, sebuah sayembara tahunan yang bertujuan mencari ide-ide segar di bidang desain dan arsitektur. Bagi para pemenangnya, pemerintah menghibahkan dana senilai dua hingga empat juta euro. Salah satu alumni tersukses City Initiative adalah Luchtsingel (luchtsingel.org), jembatan kayu yang dibentangkan melewati (dan menembus) gedung-gedung tua yang terbengkalai. Schieblock (schieblock.com), salah satu gedung yang dilewati Luchtsingel, kini berubah menjadi kompleks belanja dan hiburan. Kakinya dihuni zona hangout Beer Garden (biergartenrotterdam.nl), sementara atapnya diisi area pentas teater. Dulu, gedung bekas sarang pemadat ini senantiasa dijauhi warga. Sekarang, ia menjadi salah satu tempat paling ramai tiap akhir pekan.

Yang juga menarik dari Luchtsingel adalah proses pembuatannya. Dana hibah dari Pemkot sebenarnya tidak mencukupi untuk membangun jembatan ini hingga tuntas, karena itulah penggagasnya menempuh solusi crowd-funding: menjual papan-papan penyusun jembatan dengan harga 2,5 euro per bilahnya. Sebagai kompensasi, setiap orang yang menyumbang boleh menuliskan apa saja di atas papan, mulai dari propaganda hingga anekdot. Alhasil, Luchtsingel terlihat seperti rangkuman unek-unek warga. Mungkin berkat partisipasi publik yang luas itu, Luchtsingel, kendati kalah megah dari Erasmus Bridge, merupakan jembatan yang paling dicintai warga. >>

Kuliner Jepang Eksentrik di Jakarta

$
0
0

Interiornya simpel serta didominasi material kayu.

Gerai F&B anyar Hotel Indonesia Kempinski menyajikan hidangan khas Negeri Sakura dalam balutan presentasi atraktif.

Oleh Reza Idris

Menu Jepang dalam nuansa autentik sudah terlampau lumrah. Tapi kehadiran OKU siap menyuntikan energi baru untuk konsep lama. Berniat melambungkan kuliner Negeri Sakura ke level yang lebih tinggi, restoran yang bersemayam di lantai dasar Hotel Indonesia Kempinski ini mengombinasikan resep tradisional Jepang dengan bahan premium terbaik, kemudian menyajikannya dalam presentasi eksentrik dan mengecoh lidah.

Ruangannya mencerminkan masakannya. Interior restoran dibalut dalam desain kontemporer dengan dominasi materi kayu berwarna lembut yang disebar di pojok-pojok ruang. Jendela besar yang menghias sebagian sisi ruang, memaksimalkan penetrasi cahaya natural baik di siang maupun malam hari. OKU terpecah dalam tiga area, selain ruang makan utama dan area dining VIP, tamu juga disuguhkan bar yang berfungsi sebagai wadah sosialisasi.

Dapur semi terbuka memungkinkan tamu melihat proses masak.

Dapur semi terbuka memungkinkan tamu melihat proses memasak.

Menu OKU adalah hidangan lama dengan interpretasi baru. Makanannya bermain dalam presentasi dengan rasa yang mengecoh lidah. Kreasi inovatif ini diotaki koki Kazumasa Yazawa, mantan punggawa dapur Izy Dining Restaurant & Bar dan Waku Ghin di Singapura. Dengan jam terbang lebih dari lima tahun di industri kuliner, koki Kaz meramu hidangan kreatif yang setia pada kuliner tradisional. Masing-masing menu menawarkan bahan-bahan impor terbaik yang didapat dari kota populer seperti Hokkaido atau Osaka. Mencicipi menu pembuka misalnya, saya memilih OKU Karage yang tampil impresif. Hidangan berupa daging ayam goreng berisi saus spesial ini dilumuri saus bawang racikan dapur hingga menampilkan warna hitam layaknya arang. Eksteriornya sekilas terlihat keras, namun terasa lembut begitu digigit. Saus spesial di dalamnya menawarkan cita rasa manis dan asam. Sementara, seleksi sashimi disusun menarik dengan komposisi warna yang memikat.

Gyudon dengan daging ekstra lembut.

Gyudon dengan daging ekstra lembut.

Di menu utama, pilihan saya jatuh pada steik. Menu wagyu-nya menampilkan bahan berkualitas Grade 5, daging kaya serat lemak dengan tekstur lembut dan meleleh di mulut. Daging di sini tidak dibumbui bahan-bahan rumit, untuk elevasi rasa, sang koki hanya menyandingkan daging dengan tiga saus spesial racikan dapur. Hidangannya mengombinasikan teknik masak modern campur tradisional. Tamu juga memiliki variasi rasa untuk tiap gigit hidangannya. Sedangkan sesi penutup, Yuzi jatuh sebagai pilihan ideal. Hidangan pencuci mulut ini hadir dalam wujud kue sponge dan mousse dari cokelat praline.

Bersemayam di episentrum bisnis dan hiburan, OKU tidak hanya berniat sebagai destinasi makan, tapi juga area hangout lepas kerja. Alasan itulah yang melahirkan bar OKU. Barnya digarap serius. Konternya menyajikan seleksi koktail kreatif berbasis bahan-bahan klasik seperti wiski Jepang, sake, serta Yuzu. “Tiap koktail di sini cocok dipadukan dengan hidangan restoran,” ujar Rebecca Leppard, Director of Communication Hotel Indonesia Kempinski. Dua koktail andalan yang wajib dipilih untuk menemani sesi sebelum atau saat makan adalah Yuzu Cosmo, atau wiski Jepang eksklusif, Hibiki Suntory.

Jl. MH Thamrin No.1, Hotel Indonesia Kempinski; 021/2358 3896; kempinski.com.

Kehidupan Glamor di Shanghai

$
0
0

Mobil-mobil mewah di jalanan utama Shanghai. Mayoritas pemiliknya adalah pengusaha muda.

Didorong gaya hidup flamboyan generasi baru pengusaha muda, Shanghai tampil kian glamor, kian berkilau. Dunia menjulukinya “New York dari Timur.” Mitologi lokal menyebutnya “Kepala Naga.” Bagaimana sebenarnya kota ini menerjemahkan kemewahan?

Teks dan foto oleh Alessandro Gandolfi

Kisah Thalos dimulai dari berdagang Playboy dan Penthouse di sekolah. Dia mendapatkan pasokan majalah pria dewasa itu dari sepupunya yang menetap di Kanada. Di usia 18 tahun, Thalos beralih ke bisnis baru: menjajakan kartu keanggotaan sebuah pusat kebugaran. Setelah itu: mengimpor cerutu dari Amerika, kemudian menjualnya di kasino-kasino di Makau.

Jejak panjang itu mengantarkannya ke dunia yang bergelimang kemewahan. Thalos kini merupakan pemegang tunggal hak pemasaran kaviar Black Pearl, perhiasan Theo Fennell, serta wiski Macallan. Lembar-lembar yuan yang diraupnya kemudian diinvestasikan di beragam bidang, contohnya pertambangan dan keuangan. Pada 2013, perusahaan-perusahaan miliknya meraup omzet sekitar $700 juta dan mempekerjakan 3.000 orang.

Pencapaian impresif untuk pria berusia 33 tahun yang lahir dalam kondisi sangat miskin di sebuah desa yang terpisah 40 kilometer dari Shanghai. “Keputusan terbaik yang pernah saya ambil adalah mempelajari bahasa Inggris,” katanya di samping meja catur bernilai $3 juta yang dihiasi serpihan emas murni. “Di Tiongkok, orang-orang yang terjun ke bisnis dengan motif politik pasti berakhir dengan kekecewaan. Mereka dinosaurus, tak mampu beradaptasi. Sementara kami niagawan yang sejati. Kami luwes dan kosmopolitan.”

Nama sebenarnya bukanlah Thalos. (Banyak orang di Tiongkok mengadopsi nama Barat atau kebarat-baratan.) Dia memiliki istri asal Ukraina, seorang anak, dan sebuah pesawat jet yang siap lepas landas kapan saja. Thalos menampilkan karakter ambisius yang khas dari seseorang yang pernah menderita, walau di momen yang lain bisa bersikap rendah hati layaknya seorang biksu Zen, seperti sosok yang lazim dia dengarkan ceramahnya di radio mobilnya.

Thalos, pengusaha muda yang memulai usahanya dengan menjual Playboy dan Penthouse.

Thalos, pengusaha muda yang memulai usahanya dengan menjual Playboy dan Penthouse.

“Film favorit saya The Godfather,” sambungnya. “Dari film itu saya belajar banyak hal: tentang pentingnya mengambil keputusan tanpa terburu-buru, pentingnya mengelola kebiasaan buruk, pentingnya memercayai orang yang tepat. Juga tentang pentingnya memiliki visi.”

Thalos adalah sampel sempurna dari kaum wiraswastawan muda Tiongkok. Kelompok ini dicirikan dengan keinginan menikmati kemewahan, menampik masa lalu (terutama yang terkait isu politik), serta menatap masa depan dengan mata seorang manajer yang kalkulatif.

Di Tiongkok, menurut laporan majalah Hurun Report, terdapat 67.000 orang dengan aset pribadi menembus $16 juta, dan lebih dari sejuta jiwa yang mengantongi $1,6 juta. Berikut profil mereka: berusia antara 30-40 tahun, berpendidikan tinggi, beristri, beranak tunggal (yang biasanya diminta bersekolah di Amerika atau Inggris), serta menekuni bidang manufaktur atau properti (yang galibnya merupakan perusahaan warisan sang ayah). Orang-orang ini juga gemar mengoleksi arloji, membeli karya seni dari seniman sekaliber Zhou Chunya atau Zeng Fanzhi, serta bermain golf dan mengisi liburan di Prancis.

“Saya memang hampir sesuai dengan karakter itu,” komentar Steven Zhu di rumahnya yang berlokasi di Distrik Putuo. “Bedanya, saya ingin memiliki anak kedua.” Bersama ayahnya, Steven memimpin perusahaan berisi 700 pekerja yang memproduksi label dan kartu. Kliennya datang dari penjuru bumi. Ketika saya datang, Radisson, putranya yang berumur setahun, tengah mengendarai miniatur mobil listrik Audi di ruang tamu, sementara Steven sibuk menyiapkan meja poker bersama teman-temannya. “Ini satu-satunya kebiasaan buruk yang saya pelihara. Pekerjaan menyedot semua energi saya,” kata pria 31 tahun ini. “Hei, lihat koin-koin (poker) itu, ada tulisan nama anak saya! Koin-koin itu adalah hadiah bagi ulang tahun pertamanya.”

Shanghai adalah motor ekonomi Tiongkok. Kota berpopulasi 20 juta jiwa ini adalah sebuah periuk besar di mana komunisme dan kapitalisme mesra bergandengan tangan. Dalam mitologi lokal, Shanghai dipandang sebagai “Kepala Naga,” aktor utama bagi lahirnya (calon) negara terkaya sejagat. >>

Babak Baru Four Seasons Jakarta

$
0
0

Desain kamar elegan dan mewah jadi salah satu daya jual.

Four Seasons Jakarta kembali beroperasi di ibu kota dengan desain baru, lokasi baru, dan semangat baru. Apa yang membuatnya berbeda dengan hotel lain di Jakarta? Kepada Reza Idris, Christian Poda, General Manager Four Seasons Jakarta, membeberkannya.

Tantangan membuka kembali hotel yang sudah punya reputasi menawan?
Sejatinya sangat membantu bila Four Seasons punya brand dan reputasi yang cukup bagus di Jakarta. Sekarang tinggal tugas kami untuk kembali memoles reputasi tersebut dengan imbuhan mengenai bangunan dan lokasi yang baru.

Beda antara Four Seasons Jakarta yang lama dan baru?
Sebenarnya, masing-masing properti cukup menarik. Tapi Four Seasons Jakarta yang baru lebih intim dengan konsep all-suite. Lokasinya pun strategis serta dilengkapi dengan spa mewah dan empat gerai F&B. Tersedia juga ruang rapat dan ballroom.

Pengalaman baru yang ditawarkan?
Kamarnya. Dari 125 suite, masing-masingnya mengusung desain elegan dengan pencahayaan alami yang maksimal. Tiap unit juga dilengkapi dengan ruang tamu, kamar mandi berbalut marmer Itali, karya seni khas Indonesia, serta matras khas Four Seasons yang nyaman.

Kamar mandi berbalut marmer Italia.

Kamar mandi berbalut marmer Italia.

Ide desain?
Interior kami digarap oleh tim yang terdiri dari individu bertalenta. Kreasinya adalah ornamen, furnitur, dan hiasan yang bernuansa klasik modern. Sepertinya kami satu-satunya yang seperti ini di Jakarta. Sedangkan desain bangunannya ditangani oleh firma Pelli Clarke Pelli Architects yang mengambil ide dari ombak perairan Indonesia. Interiornya digarap oleh Alexandra Champalimaud yang terinspirasi dari dekor klasik Eropa dengan sentuhan kontemporer. Sedangkan lanskap luarnya dirancang oleh Bill Bensley.

Spot favorit di Four Seasons Jakarta?
Kolam renang. Desain tropis dengan day bed gantung serta penataan kursi malas yang optimal, cocok untuk menikmati koktail, berjemur, atau sekadar bermalas-malasan. Saya juga suka dengan Nautilus Bar, Library, La Patisserie, spa, dan tak sabar menunggu Alto beroperasi!

Pesan untuk publik Jakarta?
Kami siap menyambut tamu dengan desain baru, konsep baru, serta memberikan pengalaman menginap khas Four Seasons yang terbaik. Kami juga siap memanjakan tamu dengan hadirnya lima gerai F&B yang siap jadi pilihan destinasi kuliner di Jakarta.

Properti Four Seasons favorit?
Wah, pertanyaan yang sulit. Semuanya tergantung kebutuhan saya. Resor kami di Maladewa merupakan destinasi liburan magis, disusul oleh Bali dan Thailand.

Fasilitas impian di Four Seasons Hotels and Resorts?
Saya sudah cukup puas dengan apa yang sudah dihadirkan oleh Four Seasons. Tapi jika boleh berkhayal, saya ingin fasilitas helikopter sehingga tamu kita bisa menikmati indahnya Jakarta tanpa harus terjebak macet.

6 Museum Baru di Dunia

$
0
0

FIFA Museum diresmikan Februari 2016.

Enam museum dengan koleksi dan desain atraktif yang dibuka pada 2016.

Oleh Cristian Rahadiansyah

Desain Louvre Abu Dhabi yang terinspirasi kubah masjid.

Desain Louvre Abu Dhabi yang terinspirasi kubah masjid.

Louvre Abu Dhabi
Kelak Anda tak perlu ke Eropa untuk melihat lukisan para maestro. Akhir 2016, Abu Dhabi akan melansir cabang dari Louvre Museum. Bangunannya menampilkan atap berbentuk kubah yang merupakan hasil tafsir modern atas masjid. Selain beberapa benda seni hasil akuisisi, salah satunya Breton Boys Wrestling dari Gauguin, Louvre Abu Dhabi akan memamerkan 300 karya pinjaman dari sejumlah institusi di Prancis. louvreabudhabi.ae.

Desain eksterior San Francisco Museum of Modern Art.

Desain eksterior San Francisco Museum of Modern Art.

San Francisco Museum of Modern Art
Usai dua tahun ditutup, SFMOMA dibuka kembali pada 14 Mei 2016 dengan area ekshibisi dua kali lebih luas, menjadikannya museum seni modern terbesar di Amerika Serikat. Bangunan orisinal yang didesain oleh arsitek Mario Botta dipertahankan, sementara sayap ekspansinya dirancang oleh firma Snøhetta yang pernah menangani Oslo Opera House. Merayakan pembukaannya, SFMOMA akan memamerkan sejumlah karya Andy Warhol, Jackson Pollock, Jeff Koons, serta fotografer Ansel Adams dan Simon Norfolk. sfmoma.org.

FIFA Museum diresmikan Februari 2016.

FIFA Museum diresmikan Februari 2016.

World Football Museum
Sepak bola mungkin diciptakan di Yunani, dikembangkan di Tiongkok, dan dimodernisasi di Inggris, tapi jika ingin mempelajari sejarahnya, maka Anda harus pergi ke Swiss. Pada 28 Februari silam, di Zürich, FIFA meresmikan World Football Museum yang menceritakan segala aspek seputar sepak bola, mulai dari sejarahnya, turnamen-turnamennya, kisah-kisah dramatisnya, hingga pengaruhnya bagi peradaban. Kita bisa menemukan, misalnya, kostum nasional Bhutan, buku catatan wasit peninggalan Piala Dunia 1966, hingga boneka voodoo yang dipakai untuk mengguna-guna para hakim pertandingan. Museum ini juga dilengkapi dengan sports bar dan toko suvenir. fifamuseum.com. >>>


The World in Pictures: Juli 2016

$
0
0

Capadocia-01

Kanada

Kanada
Segerombolan turis tengah menikmati kemegahan Air Terjun Niagara dari atas kapal. Air terjun yang membentang di perbatasan Kanada dan Amerika Serikat ini terdiri dari bagian, yakni Horseshoe Falls yang lebih condong ke Kanada, serta American Falls dan Bridal Veil Falls yang lebih menjorok ke Amerika Serikat. Foto oleh Ricko Fernando (rickofernando.com).

 

Berastagi

Berastagi
Dua ekor kuda sedang merumput di Berastagi, kota dataran tinggi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang merupakan destinasitetirah yang populer bagi masyarakat Medan dan sekitarnya. Kuda-kuda di sini lazim difungsikan sebagai sarana rekreasi oleh turis. Foto oleh Michael Eko Hardianto (michaeleko.com)

 

Capadocia

Cappadocia
Seorang pria berjalan melewati kompleks permukiman batu Cappadocia,salah satu destinasi liburan terpopuler di Turki. Terguncangnya sektor pariwisata akibat serangkaian bom dan percobaan kudeta di negeri ini memaksa banyak tempat wisata berkeringat lebih deras demi memikat turis. Foto oleh RobertusPudyanto (robertuspudyanto.com).

 

Tangerang

Tangerang
Sejumlah samanera melakoni prosesi Pindapata dengan berjalan kaki dari Kelenteng BoenTek Bio di Pasar Lama menuju ke Sekolah Buddhis Tangerang. Sepanjang perjalanan, mereka menerima derma dari publik berupa makanan dan obat-obatan. Foto olehMichael Theodric (mtheodric.blogspot.co.id).

 

Milan

Milan
Seorang pria bermain dengan putrinya di dekat Duomo di Milano, katedral terbesar di Italia sekaligus ikon kota mode Milan. Selain bersantai dan memberi makan burung-burung di depan katedral, aktivitas populer di kawasan Duomo adalah berbelanja di butik-butik yang menempati bangunan bersejarah. Foto oleh Fransisca Angela (fransiscangela.com).

 

Deli Serdang

Deli Serdang
Para pementas opera TioCiu Pan atauWayang Orang TioCiutengah bersantai di belakang panggung. Pentas yang membawakan lakon cerita rakyat Tiongkok ini digelar dalam perayaan ulang tahun kesepuluh Wihara Go Ya Kong di Deli Serdang, Sumatera Utara. Foto oleh Fauzy Chaniago (fauzychaniago.webstarts.com).

Berkunjung ke Apple Museum

$
0
0

Seorang staf Apple Museum yang bertugas membagikan apel kepada turis.

Apple Museum hadir di Praha. Pemiliknya delapan orang jutawan misterius dan seluruh uang hasil penjualan tiketnya disumbangkan untuk amal.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Muhammad Fadli

Menempati gedung sepuh yang didirikan ketika manusia belum mengenal mesin ketik, Apple Museum mendedahkan perjalanan sebuah perusahaan yang mengubah cara kita berkomunikasi, menyimak musik, memandang perangkat elektronik.

Apple Museum berlokasi di Kota Tua Praha. Di bawah museum terdapat ruangan dari abad ke-12 yang dulu terkoneksi ke Prague Castle dan Charles Bridge, sementara di lantai dasarnya terdapat kafe vegetarian Steven’s Food dan enam batang pohon apel McIntosh asal New England.

Dari kiri ke kanan: kutipan-kutipan Steve Jobs yang menghiasi museum; tetikus Lisa; gambar komponen Mac.

Dari kiri ke kanan: kutipan-kutipan Steve Jobs yang menghiasi museum; tetikus Lisa; gambar komponen Mac.

Museum ini mengoleksi lebih dari 400 peranti yang ditata secara kronologis dari 1976 hingga 2012. Dengan iringan pidato Steve Jobs di Stanford University, saya berkelana di ruang ekshibisi dan menemukan tetikus Lisa keluaran 1983, prototipe iPod buatan 2001, serta iPhone tambun generasi perdana. Di sini juga terpajang sejumlah perangkat yang tak lagi diproduksi, contohnya printer dan kamera saku—rangkaian produk dari masa ketika Apple sedang bergulat merumuskan jati dirinya.

Semua koleksi museum berstatus benda orisinal, bukan replika. Mereka diperoleh dari sumbangan atau dibeli di balai lelang. Dan mungkin karena orisinal, tak semuanya berhasil dikumpulkan. Salah satu benda yang masih diburu museum ini ialah komputer Macintosh bertarikh 1983. “Sempat dijual di balai lelang, tapi harganya kelewat mahal: satu juta euro,” ujar Sandra Pokorna, pemandu museum.

Berhubung Apple tanpa Steve Jobs bagaikan sebuah bahtera tanpa nakhoda, Apple Museum juga merangkap sebagai “Steve Jobs Museum.” Kita bisa menggali kiprah Steve di NeXT dan Pixar (termasuk melihat selembar saham perusahaan animasi ini saat dibeli Disney), juga menyaksikan satu set pakaian yang pernah dikenakan almarhum.

Dari kiri ke kanan: fasad Apple Museum di Praha; komputer seri awal IBM dan Mac; dinding yang menjelaskan momen-momen penting dalam perjalanan Apple.

Dari kiri ke kanan: fasad Apple Museum di Praha; komputer seri awal IBM dan Mac; dinding yang menjelaskan momen-momen penting dalam perjalanan Apple.

Di salah satu dinding ruang pamer terpampang tujuh sampul majalah Time yang menampilkan Steve. Di banyak sudut bangunan terukir kutipan “resep sukses” dari Steve. Puja-puji ini mungkin terkesan kultus yang berlebihan, tapi Apple sejak awal memang hadir sebagai mesin yang menuangkan (dan mengagungkan) gagasan sang pendiri. Ia berbeda dari produsen gawai semacam Samsung di mana entitas perusahaan lebih menonjol ketimbang individu-individu di baliknya. (Siapa yang mengenal perancang Galaxy S7?) >>>

11 Acara Menarik di Indonesia Tahun Ini

$
0
0

Festival Toraja akan dipusatkan di Pallawa. (Foto oleh Suryo Wibowo)

Sepanjang tahun, di Indonesia diselenggarakan bermacam acara-acara yang menarik untuk dilirik. Mulai dari pesta adat, festival budaya, hingga konser musik dan olahraga berskala internasional. Berikut beberapa acara pilihan kami:

Festival Toraja akan dipusatkan di Pallawa. (Foto oleh Suryo Wibowo)

Festival Toraja akan dipusatkan di Pallawa. (Foto oleh Suryo Wibowo)

Toraja International Festival 2016
17-19 Agustus 2016

Festival tahunan ini mengawinkan ritual adat, seni modern, dan pemandangan Toraja yang indah. Di episode keempatnya ini, TIF akan dipusatkan di Pallawa serta desa kuno Ke’te’ Kesu di Rantepao, sisi utara Toraja. Selain pertunjukan kesenian tradisional, beberapa seniman internasional dari Malaysia, Hungaria, dan Senegal akan meramaikan acara ini. Penyanyi Indonesia, Glenn Fredly juga dijadwalkan tampil bersama grupnya, The Bakucakar. torajainternationalfestival.com

Prambanan Jazz
20-21 Agustus 2016

Konser musik jazz dengan latar belakang Candi Prambanan merupakan formula yang cukup unik. Festival berdurasi dua hari ini akan menampilkan musisi jazz internasional Boyz II Men dan Rick Price. Selain itu, ajang musik ini juga akan diramaikan oleh deretan musisi kondang dalam negeri, seperti Glenn Fredly, Krakatau Reunion, Kahitna, Trio Lestari, Tulus, dan masih banyak lagi. prambananjazz.com

Jember Fashion Carnaval
21-24 Agustus 2016

Karnaval fesyen ini disebut-sebut sebagai yang terbesar di jagat. Melibatkan puluhan desainer dan ratusan kostum-kostum unik. Tiap tahunnya, acara tersebut sanggup menarik ribuan turis. Kali ini, panitia menjanjikan parade yang lebih meriah karena berbarengan dengan Wonderful Archipelago Carnaval yang diikuti oleh 10 negara ASEAN. jemberfashioncarnaval.com

Legian Beach Festival
26-29 Agustus 2016

Tahun ini merupakan tahun kesembilan dari Legian Beach Festival. Ajang ini menawarkan beragam acara menarik, mulai dari pesta kuliner, pertunjukan musik, tari tradisional, hingga donor darah. Festival ini akan digelar di sepanjang Pantai Legian. legianbeachfestival.com

Ironman Bintan sudah mengantongi kurang lebih seribu peserta.

Ironman Bintan sudah mengantongi kurang lebih seribu peserta.

Ironman Bintan
27-28 Agustus 2016

Uji stamina Anda dengan mengikuti ajang olahraga triathlon  berskala internasional ini. Di ajang Ironman 70.3, peserta ditantang untuk berenang, bersepeda, dan lari. Total jaraknya mencapai 113 kilometer yang wajib diselesaikan dalam waktu tiga hari. Meskipun terkesan ekstrem, peserta ajang ini cukup membeludak. Kurang lebih seribu orang dari 50 negara telah mendaftar di lomba ini. ironmanbintan.com

Checking In: Jen Tanglin Singapore

$
0
0

Kamarnya bernuansa anak muda.

Properti kedua Hotel Jen di Singapura berdiri di kawasan elite Tanglin. Fasilitas andalannya: sepeda yang dilengkapi GoPro.

Oleh Reza Idris
Foto oleh Leonardus Depari

—Lokasi
JenTanglin Singapore terintegrasi denganTanglin Mall dan berada di ujung jalanOrchard. Berjalan kaki hanya lima menitdari gerbang hotel, kita bisa menemukan Singapore Botanic Gardens, kebun raya bersejarah yang sudah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia pertama di negeri ini.

—Desain
Jen Tanglin, properti milik Grup Shangri-La, mengambil alih gedung yang sebelumnya ditempati Traders Hotel. Fasad lawas bangunan dipertahankan, tapi interiornya diperbarui dengan gaya kontemporer yang kaya sentuhan rustic. Khusus area lobi, pengelola menyuguhkan permainan desain yang cukup atraktif melalui instalasi lampu dan meja resepsionis yang disusun oleh tumpukan koper tua. “Semuanya buatan lokal. Kami berusaha memikat tamu sejak di pintu masuk,” ujar Juliana Jauw, Assistant Communications Manager.

Desain hotel juga ramah bagi kaum netizen. Di setiap lantai tersedia koneksi internet dan charger box guna mengisi ulang baterai gawai. Sementara guna menjaga vitalitas selama berlibur, tamu bisa mampir ke lantai empat untuk mengakses pusat kebugaran, kolam renang sepanjang 30 meter, serta ruang spa.

Kamarnya bernuansa anak muda.

Kamarnya bernuansa anak muda.

—Kamar
Hotel ini menaungi 526 kamar yang terbagi ke dalam enam kategori. Dari tipe superior hingga executive suite, fitur standar di kamar antara lain kasur bergaya kantilever, enam colokan USB, serta peracik kopi Nespresso. Khusus tipe suite, fitur tambahannya antara lain ruang tamu, dapur privat, sofa bed, serta jendela yang menatap kawasan elite Tanglin.

—Kuliner
Berstatus restoran utama, J65 menyajikan beragam kuliner Barat dan Asia dalam konsep prasmanan. Untuk cita rasa yang lebih berkarakter lokal, Ah Hoi’s Kitchen menyuguhkan menu chilli crab dan char kway teow. Gerai terakhir, Jen’s Kitchen On-the-Go, mengutamakan menu cepat saji dengan kreasi andalan kopi dari grup barista Nomad the Gallant.

—Tips
Informasi seputar objek wisata tersedia di kantor biro pariwisata yang berjarak beberapa langkah dari lobi hotel. Tapi jika Anda menyukai referensi personal, cukup pergi ke lantai dasar dan simak Heart Map, peta berisi kompilasi tempat rekomendasi para tamu dan staf hotel. Untuk menjangkau tempat-tempat tersebut, Jen Tanglin telah menyiapkan moda yang lebih atraktif ketimbang taksi atau subway, yakni Tokyo Bike, sepeda yang bisa dipinjam sonder bayar dan dilengkapi kamera GoPro guna merekam momen-momen menarik.

1A Cuscaden Road, Tanglin Singapura; 65/6738-2222; hoteljen.com; doubles mulai dari Rp1.650.000.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2016 (“Tanglin Trendi”)

Wajah Baru Plataran Komodo

$
0
0

Ruang makan di dalam kapal pinisi Ambasi.

Setelah dua tahun beroperasi, Plataran Komodo berbenah menjadi resor dengan konsep terpadu di Labuan Bajo.

Oleh Yohanes Sandy
Foto oleh Putu Sayoga

Dulu, di Taman Nasional Komodo, “wisata” berarti bersantai di pantai jambon, menyelam, serta menonton kadal purba. Namun, seiring kelahiran beragam resor premium di kawasan ini, pengalaman liburan kini bisa dinikmati sebelum turis bertualang menaiki perahu. Contohnya tersaji di Plataran Komodo.

Resor ini mulai beroperasi pada 2014, setahun setelah Taman Nasional Komodo dinobatkan sebagai tuan rumah ajang Sail Indonesia. Plataran Komodo bermukim di atas Pantai Waecicu, sisi utara LabuanBajo, sebuah area yang menyuguhkan panorama menawan, namun dulu kerap diabaikan turis akibat aksesnya yang sulit.“Saya bangun sendiri jalan ke Plataran Komodo. Dulu, semua tamu diangkut menggunakan perahu dari pelabuhan,” ujar CEO Grup Plataran Resorts, Yozua Makes.

Dari kiri ke kanan: outdoor bathtub di akomodasi tipe Beach Front Villa; matras nyaman yang disematkan di semua kamar.

Dari kiri ke kanan: outdoor bathtub di akomodasi tipe Beach Front Villa; matras nyaman yang disematkan di semua kamar.

Pada masa-masa awal, Plataran Komodo menaungi delapan vila, satu restoran bernuansa Jawa, serta sebuah kolam renang dan beberapa bale yang menatap laut. Kala itu, suguhannya sudah terbilang mewah untuk standar Labuan Bajo. Pesaing terdekatnya adalah Komodo Resort di Pulau Sebayur dan Angel Island Resort di Pulau Bidadari.

April 2016, Plataran Komodo menampilkan wajah barunya. Pengelola merenovasi vila-vila lama dan menambah empat unit vila baru dengan dua di antaranya dilengkapi kolam renang privat—menjadikan Plataran Komodo satu-satunya resor dengan private pool villa di Labuan Bajo. Sebuah restoran baru juga ditancapkan di tubir tebing. Gedung spa dibangun dan terapis berpengalaman diboyong dari Plataran Canggu. Di samping gedung spa, terdapat Plataran Peak, wadah ideal untuk hiking dan menonton prosesi terbenamnya matahari.

Dari kiri ke kanan: hidangan khas Plataran di Restoran Xanadu; teras di Atlantis On the Rock.

Dari kiri ke kanan: hidangan khas Plataran di Restoran Xanadu; teras di Atlantis On the Rock.

Perhatian tak cuma dicurahkan di darat. Sekitar 100 meter dari Pantai Waecicu, Plataran Komodo menciptakan sebuah taman bawah laut yang berisi beberapa patung dan karang hasil transplantasi. Pihak resor juga meremajakan dua fasilitas pelesir andalannya, Felicia dan Ambasi, sepasang pinisi yang menawarkan tur island hopping di Taman Nasional Komodo. “Mesin dan kayunya diganti. Interiornya kami remajakan, seperti di area dapur dan kamar,” tambah Yozua.

Proyek-proyek tersebut melambungkan pamor Plataran Komodo sebagai resor termewah di Labuan Bajo, sekaligus salah satu yang termewah di Flores. Menurut Yozua, resornya berniat menjadi penginapan dengan konsep terpadu. Artinya, Plataran Komodo tak sekadar menyediakan kamar, tapi juga aneka fasilitas untuk menikmati liburan—paket komplet yang kian menjadi pakem baku di kawasan Labuan Bajo.

Waecicu, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur; 0361/411-388; plataran.com; doubles mulai dari Rp4.700.000.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2016 (“Rombak Rupa”)

Viewing all 1032 articles
Browse latest View live