Quantcast
Channel: Themes | DestinAsian Indonesia
Viewing all 1032 articles
Browse latest View live

Foto-Foto Ajaib Tempat Ekstrem Dunia

$
0
0
Lanskap natural di kawasan dataran tinggi Bolivia Selatan yang memancarkan warna-warna dramatis dan evokatif laksana lukisan.

Teks & foto oleh Brendan Pattengal

Bolivia                          
Suatu hari di musim semi 2014, saya mengambil keputusan nekat: mengundurkan diri dari pekerjaan, lalu terbang ke Bolivia demi melacak danau hijau terang nan mistis bernama Laguna Verde. Saya memesan tiket jurusan Los Angeles-La Paz, serta tiket pulang dengan keberangkatan dari Cile tiga minggu berselang.

Mendarat di La Paz, saya meluncur ke selatan dengan menaiki bus dan menghabiskan beberapa malam di jalan. Petualangan ini membawa saya menjumpai lanskap vulkanis yang labil dan danau-danau sarat warna di dataran tinggi Bolivia Selatan.

Titik pertama ekspedisi saya ialah sebuah hamparan misterius yang membengkokkan realitas—Salar de Uyuni. Untuk menjangkaunya, saya merandai rute yang agaknya tidak tertera di peta, hingga menemukan sebuah jalur yang sepertinya pernah dilewati kendaraan.

Turun dari mobil, saya meneroka medan tandus. Di setiap sudut ada vulkan yang menjulang semampai penuh warna. Di atap mereka, awan-awan terang melayang rendah, datang dan minggat bersama angin, kerap terlelap di danau-danau kirana di dekat perbatasan Cile.

Kembali menyusuri jalan, tanpa disadari, saya menemukan Laguna Colorada, dan di sinilah bumi terasa berhenti berputar. Saya mendekatinya dari utara. Pada pandangan pertama, saya disergap warna merah benderang yang belum pernah saya lihat di alam.

Kiri-kanan: Bukit-bukit pasir di Valle de La Muerte, kawasan magis di Cile yang kerap dijuluki Lembah Mars; warna-warna penuh gelora di Laguna Colorada, danau air asin dangkal di dataran tinggi Bolivia Selatan.

Kian dekat ke danau, kian saya sadar betapa bumi tengah memperlihatkan wujud aslinya. Saya hanya perlu duduk diam dan menonton kagum. Yang menarik, sepanjang pengamatan itu, daya tangkap segenap indra saya seakan meningkat simultan. Sembari menyerap keindahan dalam versi murni, saya bisa merasakan kehadiran ribuan flamingo jauh di bawah kaki. Jantung saya berdegup kencang. Wajah ditampar angin. Telinga menyaring semua kebisingan di sekitar sampai-sampai saya seolah masuk kondisi trans—sesuatu yang tak pernah saya alami lagi hingga kini.

Di etape berikutnya, saya akhirnya berhasil menemukan Laguna Verde. Awalnya saya kecewa. Lanskapnya jauh berbeda dari bayangan saya. Tidak evokatif ataupun atraktif. Tapi kesan itu barangkali dipengaruhi oleh pengalaman yang kelewat memukau di Laguna Colorada sehari sebelumnya.

Hari berikutnya, saya meluncur ke San Pedro de Atacama di negara tetangga, Cile. Dimulai dari niat spontan, ekspedisi ini telah menghadiahkan saya memori berisi warna-warna sublim dari lukisan alam. Sejak itu, saya menamai proyek foto ini Color of Love.

Panorama gurun bercahaya di Death Valley, kawasan terik seluas 1,3 juta hektare di California. Rekor suhu terpanas di sini mencapai 56 derajat celsius.

California
Usai berpindah belahan dunia, wajar jika kita memiliki perspektif dan kesadaran baru tentang keindahan di sekitar rumah. Di California, saya menemukannya pada Danau Mono, Death Valley, dan Joshua Tree. Saya merangkum ketiganya di bawah label “pekarangan belakang.”

Semasa remaja, saya sudah berkali-kali melawat ketiga tempat itu dalam rangka liburan keluarga. Lazimnya, saban musim panas, kami berkelana dengan memanggul tas punggung dan menembus Eastern Sierra, California. Dari serangkaian trip itu, kami mengamati bentangan alam yang bertransformasi perlahan—panorama yang sempat begitu tersohor usai diabadikan oleh fotografer Ansel Adams.

Kami sudah berulang kali mengunjungi Death Valley. Biasanya kami datang untuk mengamati angkasa selama hujan meteor Perseid. Sementara di Taman Nasional Joshua Tree, yang berada di dekat Los Angeles, saya dan keluarga galibnya berkemah dan merasakan waktu menyusut ke zaman prasejarah.

Proyek foto Color of Love di California digelar pada musim panas 2016 ketika saya dan seorang teman mendaki di bawah purnama menuju sebuah kawah purba yang menatap danau ajaib. Kawah Panum melingkar tinggi dan membentengi tepian barat daya Danau Mono. Dari sini, kami bisa menatap air danau yang berkilauan dari sudut yang jernih dan lapang.

Menelusuri jalan setapak yang disorot mentari sore, kami berhasil menggapai puncak utara kawah, persis ketika bulan terbit. Angin menderu. Kaki kami berderak menjejak bebatuan obsidian. Jalan terang bermandikan sinar rembulan.

Baca juga: Rimba yang Terluka; Kaleidoskop Kalimantan

Di New Mexico, negara bagian di barat daya Amerika Serikat, kaktus kering seolah berpendar riang dan terang di bawah malam benderang penuh bintang.

Pada musim gugur tahun yang sama, persisnya di November, saya mengunjungi Death Valley. Saya singgah di sini terakhir kali saat masih remaja. Kali ini, untuk proyek Color of Love, saya mengambil rute elok melalui Searles Valley, memasuki area konservasi ini dari arah selatan via jalur Panamint Springs. Tiba saat matahari senja merah menyala, saya langsung mendirikan tenda di Furnace Creek.

Beberapa daya tarik Death Valley ialah prosesi matahari terbit di Zabriskie Point, trekking melalui Artist’s Palette, serta perjalanan ke perbatasan utara taman nasional menuju Kawah Ubehebe. Tapi sebenarnya magnet artistik terkuat Death Valley adalah lanskapnya yang liar. Berkat kombinasi antara ketinggian lahan dan temperatur yang ekstrem, tempat ini memancarkan simfoni kromatis yang variatif, sangat pas untuk konsep visual saya.

Beberapa bulan kemudian, di Maret 2017, bunga-bunga liar merekah masif di gurun California. Merancang trip akhir pekan dengan buru-buru, saya berkelana di Joshua Tree, lalu bergeser 105 kilometer ke arah timur laut guna menjelajahi Kawah Amboy. Saya terbius oleh konstelasi bebatuan hitam yang membentuk sulur-sulur di lantai gurun. Panorama di sini amat janggal: jukstaposisi antara pasir putih gurun, bebatuan hitam, serta bunga liar keemasan. “Pekarangan belakang” yang ajaib.

Awan-awan emas berarak melewati sebuah vulkan yang menjulang agung di San Pedro de Atacama, Cile.

Cile
Saya menginjakkan kaki di Cile pertama kalinya pada 2012. Kala itu, saya menganggapnya sebagai perpaduan antara California dan Paris, kecuali dalam hal bahasa di mana semua orang sepertinya berbahasa Spanyol. Satu yang pasti, saya benar-benar terpikat oleh alam dan budaya Cile, karena itu bersumpah untuk kelak datang kembali.

Wilayah padang pasir di utara Cile senantiasa memantik rasa penasaran. Ada banyak kesamaannya dengan gurun California. Ekspedisi perdana saya ke Gurun Atacama di Cile berlangsung usai trip melintasi Bolivia Selatan pada Maret 2014. Waku itu, saya menyambangi cagar alam Valle de La Luna, tempat batu-batu cokelat kemerahan menyeruak dari bumi dan membentuk komposisi teatrikal yang janggal.

Selepas Bolivia, benak saya masih dihantui kekaguman akan danau-danau di dataran tinggi di sana, sampai-sampai saya gagal mencerna dengan ikhlas pesona sebenarnya kawasan Atacama. Melampaui dua pulau dalam sekali dayung mungkin bukan petuah yang melulu bijak. Bagaimanapun, Atacama menyadarkan saya pentingnya mencuci kenangan artistik di kepala sebelum membuka trip baru.

Hampir dua tahun berselang, dengan kepala yang lebih jernih, saya kembali ke Atacama. Petualangan ini bergulir di Desember 2016, saat musim panas mencapai puncaknya di Amerika Selatan. Saya terbang dari Los Angeles ke Santiago, selanjutnya berpindah ke Calama, sebuah kota kecil yang terpisah 100 kilometer dari San Pedro de Atacama.

Setibanya di Atacama, saya langsung tersadar betapa banyak daerah yang bisa dijelajahi. Di dekat saya ada Valle de la Muerte, Valle del Arcoiris, serta sejumlah gunung berapi dan danau di dataran tinggi di sisi timur—komposisi bentangan alam yang menakjubkan di perbatasan Bolivia, Cile, dan Argentina.

Suhu hangat memungkinkan saya mengamati formasi ganjil bebatuan, danau, vulkan, gundukan pasir, serta pegunungan kaya warna dalam berbagai kondisi cahaya. Sejenak melakoni retrospeksi, saya merasa telah sepenuhnya menyelami kemegahan, keunikan, juga keragaman kawasan legendaris Atacama. Saya pun pergi dengan rasa lega karena sudah menuntaskan misi artistik Color of Love di Cile.


Tren & Ancaman Tempat Instagrammable

$
0
0
Panggung bambu dan instalasi berbahan ranting pohon kopi di sebuah hutan di Buleleng, Bali. Properti foto ini dipasang di area yang sebelumnya tak pernah dikenal sebagai objek wisata.

Teks & foto oleh Kurniadi Widodo

Duduk bersandar pada sebatang pohon di Bukit Mangunan, Bantul, di antara orang-orang yang hilir mudik untuk piknik, saya coba mengingat kembali rupa tempat ini tiga tahun sebelumnya. Terakhir datang, saya yakin betul tempat saya rehat ini masih dipenuhi belukar dan sepi manusia.

Dulu, pengunjung umumnya terkonsentrasi di kawasan hutan pinus, beberapa ratus meter dari tempat saya mengaso. Kini, area di pinggiran hutan pinus ini pun mulai ikut dikembangkan. Ada jalur pejalan kaki yang dipercantik barisan bunga jengger ayam. Ada kursi-kursi bersantai. Bahkan ada menara pandang berbahan kayu yang menyuguhkan vista lanskap selatan Yogyakarta dari atas bukit.

Dibantu akun-akun media sosial yang giat mewartakan segala hal yang “fotogenik,” tempat-tempat wisata baru semacam itu kerap dipadati pengunjung dalam tempo singkat. Uniknya, banyak orang pun datang demi mendapatkan foto-foto seperti yang terpampang di beragam media sosial tadi. Semua ini kemudian menciptakan semacam “rantai visual” yang terus memanjang: foto memopulerkan tempat wisata; orang ke tempat wisata untuk berfoto. Foto menjadi katalis sekaligus tujuan.

Replika Stonehenge di Cangkringan di lereng Gunung Merapi. Terinspirasi foto di internet, objek wisata ini dibangun dan dikelola warga Desa Kepuharjo, yang rumah dan lahannya hancur akibat erupsi.

Fotografi sudah lama berkarib dengan industri pariwisata modern. Hanya beberapa tahun usai teknologi perekaman gambar diumumkan di Prancis pada 1839, juru-juru foto oportunis segera menjajaki kemungkinan mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan media baru ini. Pada dekade 1850-an misalnya, muncul nama Platt D. Babbitt yang mendominasi bisnis foto wisata di Niagara. Foto-fotonya tak hanya dibawa pulang sebagai cenderamata oleh para pelancong, tetapi juga menarik calon pelancong baru untuk datang melihat sendiri panorama yang diabadikan foto-foto itu.

Keakraban pariwisata dan fotografi juga berlangsung di Indonesia. Penulis Karen Strassler mencatat sejak pertengahan 1970-an pemerintah memfasilitasi komunitas-komunitas foto amatir demi kepentingan industri pariwisata. Mereka mensponsori banyak lomba foto, yang sebetulnya merupakan metode murah untuk mengumpulkan foto sebagai materi promosi. Dalam perkembangannya, simbiosis itu sedikit banyak memengaruhi persepsi umum tentang apa yang lazim disebut “tujuan wisata.”

Beberapa tahun terakhir, saya mengamati betapa di Indonesia relasi konvensional antara fotografi dan pariwisata mulai mendapatkan narasi alternatifnya. Dalam industri pariwisata kontemporer, gairah memotret kian dominan dalam menggerakkan turis, sementara tren media sosial turut membentuk ruang.

Tebing Breksi, seonggok bukit sisa penambangan di sisi selatan kompleks Candi Prambanan, yang sejak 2015 dialihfungsikan menjadi tempat wisata baru.

Saat ini, daya tarik sebuah tempat wisata tampaknya bisa dibuat, diada-adakan secara instan, kerap cenderung serampangan. Bentuknya bisa beraneka ragam, tapi sebetulnya juga tipikal. Contohnya pemasangan nama objek wisata berukuran gigantik; panggung dan struktur semi-permanen yang dibuat artistik sesuai selera lokal; hingga peniruan mentahmentah ikon wisata dari kota atau negara lain.

Ornamen dan instalasi itu terkadang diciptakan sebagai fitur tambahan di tujuan wisata yang sudah eksis dan dikenal khalayak luas. Dalam banyak kasus lain, mereka sengaja dipasang di lokasi yang tidak pernah dianggap sebagai tujuan wisata. Yang menarik perhatian saya, hampir semuanya dibuat dengan tujuan spesifik: sebagai latar berfoto pengunjung.

Kecenderungan itu sebetulnya tidak mengherankan jika dikaitkan dengan integrasi kamera dalam gawai komunikasi. Fenomena ini bisa dibilang telah mendemokratisasi profesi “fotografer.” Kamera kini di tangan banyak orang. Memotret adalah aktivitas massal. Faktor pendukung lain yang tak kalah penting tentu saja internet, atau lebih tepatnya media sosial. Memiliki 130 juta pengguna di Indonesia, Facebook adalah media dengan “tiras” tertinggi di negeri ini, disusul Instagram dengan 45 juta pengguna. Dalam konteks pariwisata, keduanya berpengaruh dalam menentukan tempat mana yang populer dan ke mana turis pergi.

Baca juga: Tanah Kelahiran Silat; 50 Tahun Tokoh Doraemon

Sisa pengecatan sebuah wahana baru di taman wisata Coban Talun, Malang.

Fenomena itulah yang menggelitik saya selama sekitar satu setengah tahun terakhir, yang kemudian mendorong saya menggarap proyek personal bertajuk Towards New Landscapes. Sebagian alasannya mungkin karena saya menetap di Yogyakarta, provinsi yang memunculkan banyak tempat wisata swafoto. Sebagian lagi karena lewat pengerjaan proyek ini saya jadi lebih banyak merenungi bagaimana fotografi—media visual yang saya pilih sebagai jalan hidup—bisa sedemikian memengaruhi orang hingga membentuk kultur baru.

Dulu, sebuah tempat galibnya marak difoto karena memang fotogenik secara natural. Kini, banyak tempat secara artifisial direkayasa supaya fotogenik, dengan harapan difoto oleh banyak orang. Salah satu contohnya saya temukan di Desa Kepuharjo, Yogyakarta.

Kondisi Palu Setahun Setelah Gempa

$
0
0
Sejumlah warga berolahraga di kompleks Taman Hutan Kota Palu.

Teks & foto oleh Rosa Panggabean

Di Pantai Talise, Palu, turis lokal berkeliaran. Jalan-jalan di sekitar ramai dilalui warga. Dua wanita sedang menjajakan lamale, udang kecil berwarna merah yang merupakan komoditas khas lokal. Di luar kehadiran pelang-pelang baru berisi larangan mengganggu fungsi pantai, Talise sepertinya sudah kembali seperti sedia kala: pesisir komunal di mana aktivitas ekonomi dan pelesir berdenyut.

Kondisi itu kontras dibandingkan setahun silam ketika Talise tak ubahnya neraka. Jumat nahas 28 September 2018, gempa di dasar laut berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Sulawesi Tengah. Setelahnya, tsunami menyapu daratan, menenggelamkan bangunan dan rumah, memakan banyak korban jiwa. Di Kota Palu, Talise adalah salah satu pintu masuk gelombang ganas itu. 

Memori tragedi masih menghantui Talise, tapi kehidupan sudah kembali bergulir. Setelah puing dibersihkan dan jenazah dimakamkan, rumah dan bangunan di kawasan ini bertahap direkonstruksi. Banyak pengungsi juga sudah kembali untuk menata asa, berjuang melewati hari dengan duka, trauma, mungkin juga pertanyaan besar yang masih sulit dijawab: semua ini azab, ujian, atau semata konsekuensi dari hidup di negeri tektonik?

Memandikan anjing di Pantai Talise, salah satu pintu masuk tsunami 2018.

Saya datang ke Palu awal September silam. Memasuki pusat kota, suasananya tak jauh berbeda dari kota-kota lain. Jalan-jalan di kota yang dilewati garis Khatulistiwa ini ramai oleh lalu lalang kendaraan, sementara pasar sibuk oleh suara tawar-menawar. Beberapa warisan musibah masih tersisa: reruntuhan gedung. Membangun ulang kota yang luluh lantak, apalagi dengan banyak permukaan tanah yang ambles, tentu membutuhkan waktu lama. Tapi yang menggembirakan, warga giat membangun kembali kehidupan mereka. Lamat-lamat senandung pilu Palu berlalu.

Memasuki kolong Jembatan Kuning, ikon Kota Palu yang terputus itu, dua pria khidmat memancing. Tak lama, datang dua pria lain untuk memandikan anjingnya. Pertanda bagus. Jika orang sudah punya waktu luang untuk menyalurkan hobi atau mengurus peliharaan, hidup bisa jadi memang sudah berjalan normal.

Bergeser ke Anjungan Talise, kafe-kafe tenda berjajar di pinggir pantai. Kawasan yang dulu menebar horor ini sekarang jadi wadah kongko yang populer. Eni, salah seorang pengelola kafe tenda, mengaku memulai usahanya dua bulan silam. Kondisinya belum pulih total memang. Walau roda bisnis sudah berputar, banyak rekan Eni belum sudi kembali. Sebelum gempa, jumlah kafe tenda di sini jauh lebih banyak.

Walau jumlahnya masih seret, turis mulai berdatangan ke kawasan wisata Tanjung Karang.

Palu, Ibu Kota Sulawesi Tengah, merekah di ujung teluk. Laut merupakan bagian integral dalam kehidupan warganya, baik sebagai sumber ekonomi maupun wadah wisata. Malapetaka 2018 tidak mengubah lanskap sosial itu. Meski tak lagi bermukim di pesisir, banyak orang tetap menyandarkan nasibnya pada laut.

Di belahan barat kota, beberapa petani garam sudah menggarap tambak mereka. Tak jauh dari sini, sebuah kawasan pergudangan sedang dibangun ulang. Di antara puing, para tukang bekerja di bawah terik yang menyengat. 

Berpindah ke Tanjung Karang, destinasi wisata bahari andalan Sulawesi Tengah, operator selam sudah melayani tamu. Menurut Aso, pegawai dive center di Tanjung Karang, animo wisatawan asing tak surut. Dua bulan pasca-tsunami, buku reservasinya sudah terisi, walau pihak manajemen saat itu belum melayani tamu lantaran sibuk mengurus keluarga masing-masing. Turis asing, kata Aso lagi, sepertinya penasaran dengan kondisi bawah laut di 30 titik selam Tanjung Karang selepas bencana.

Kiri-kanan: Turis lokal dan warga menikmati kawasan wisata baru Bukit Buluh Perindu; sesi foto dengan kostum hanbok Korea yang disewakan di Taman Hutan Kota Palu.

Wisatawan domestik, sebaliknya, memperlihatkan grafik yang kontradiktif. Menurut Budi, pengelola penginapan di Tanjung Karang, tak ada turis lokal yang berkunjung selama berbulan-bulan pasca-gempa, mungkin juga akibat beredarnya peringatan untuk menjauhi pantai. Wisatawan domestik baru bermunculan selepas Lebaran 2019, walau arusnya masih seret. Kata Budi, yang menaungi delapan pondok, pengunjung susut lebih dari 50 persen.

Satu tanda lain pulihnya kehidupan di Palu ialah normalnya fungsi pasar, seperti yang terlihat di Pasar Inpres Manonda. Memasuki salah satu sentra perdagangan terbesar di Palu ini, saya berjalan di antara buruh angkut yang penuh peluh, pamong praja yang repot menertibkan pedagang, juga penjual dan pembeli yang alot bernegosiasi. Entah apakah mereka ingat pasar ini berjarak hanya sekitar satu kilometer dari area yang terkena likuefaksi (pencairan tanah) besar-besaran. Pedagang mungkin salah satu kaum yang paling gigih di zaman modern. Pasar Inpres Manonda bahkan sudah beroperasi enam hari pasca-gempa.

Seorang pria lokal termenung di Anjungan Pantai Talise, kawasan yang menderita kerusakan parah akibat tsunami 2018.

Keramaian juga terlihat di Taman Kota Vatulemo di seberang kantor wali kota. Suasananya mirip pasar malam yang diisi berbagai permainan anak. “Baru-baru setelah bencana, penuh sekali tempat ini, karena tak ada lagi hiburan orang,” ujar Sri, pengelola lapak mainan. Kini, katanya, taman lebih sepi lantaran banyak pengungsi bermukim di huntara (hunian sementara). Prospek bisnis Sri juga kian suram karena Pemkot berencana merelokasi para pemilik usaha di Taman Kota Vatulemo.

Nasib berbeda dialami rekan-rekan Sri di Taman Hutan Kota dan Bukit Buluh Perindu. Kedua tempat yang bertetangga ini merekah jadi objek wisata “kekinian.” Sebagian pelaku usaha di sini merupakan penyintas, contohnya pasutri Elly dan Latief. Jika Latief bekerja sebagai penjaga parkir, Elly membuka usaha penyewaan hanbok untuk turis yang ingin berfoto dengan tema drama Korea. Seperti yang melanda banyak daerah lain, Palu mengalami demam wisata “Instagrammable.”

Warga berolahraga di kompleks Taman Hutan Kota, Palu, Sulawesi Tengah. Warga berolahraga di kompleks Taman Hutan Kota, Palu, Sulawesi Tengah. Warga berolahraga di kompleks Taman Hutan Kota, Palu, Sulawesi Tengah.
Seorang pedagang mengenakan bedak tebal demi menangkal terik di Pasar Inpres Manonda, Palu.

Rosa Panggabean
Setelah 10 tahun bekerja untuk Antara, Rosa memutuskan beralih ke jalur independen pada 2018. Fotografer yang berbasis di Jakarta ini pernah menerima penghargaan Anugerah Adiwarta dan Anugerah Pewarta Foto Indonesia, serta mengikuti Erasmus Huis Fellowship di Amsterdam. Buku foto karyanya, Exile, terbit pada 2014. rosapanggabean.com

6 Hotel Baru di Maladewa

$
0
0

Menjadi salah satu destinasi wisata favorit turis dunia, tak heran bila tiap tahunnya resor-resor cantik selalu hadir di Maladewa. Berikut enam resor baru di kepulauan tersebut yang mulai beroperasi tahun ini.

hotel baru di maldives, Raffles Maldives Meradhoo
Raffles Maldives Meradhoo yang terbagi dalam dua area: pulau dan air.

Raffles Maldives Meradhoo
Jaringan hotel premium, Raffles Hotels & Resorts, melebarkan sayapnya hingga ke Maladewa. Bersemayam di Gaafu Alifu Atoll, hotel yang dibuka pada Februari 2019 silam dapat dijangkau selama 55 menit menggunakan pesawat dari Bandara Internasional Malé ke Bandara Kaadedhdhoo. Dari Bandara Kaadedhdhoo kemudian perjalanan dilanjutkan dengan perahu cepat selama 15 menit menuju resor.

Raffles Maldives Meradhoo memayungi 38 vila yang dipecah menjadi kategori Beach Villas, Beach Residences, dan Raffles Royal Residence. Properti keempat milik AccorHotels—namun yang pertama berada di bawah merek Raffles—di Maladewa tersebut dibangun dengan saksama sehingga tiap unit memiliki pemandangan samudra yang menawan.

hotel baru di maldives, Raffles Maldives Meradhoo
Interior vila di Raffles Maldives Meradhoo mengusung desain yang elegan.

Desainnya digarap oleh BLINK, firma yang pernah menggarap Capella Singapura dan Fairmont Sanur. Tiap vila menyuguhkan fitur baku menawan, sebut saja kolam privat, kamar berukuran lapang, serta kamar mandi mewah lengkap dengan outdoor bathtub. Jika mendambakan privasi yang lebih paripurna, tersedia akomodasi Overwater Villas and Residences yang lokasinya berjarak dari pula. Untuk menjangkau vila ini, pihak hotel menyediakan perahu tradisional Maladewa, Dhoni.

Untuk urusan perut, hotel ini menawarkan lima gerai makan dan minum, mulai dari restoran yang menyajikan hidangan internasional, hingga tempat makan dengan menu khusus Nikkei dan barbeku.

Raffles Maldives Meradhoo, hotel baru di maldives
Long Bar, salah satu gerai makan dan minum di Raffles Maldives Meradhoo.

Selayaknya resor di destinasi pelesir, Raffles Maldives Meradhoo juga dilengkapi dengan fasilitas spa yang menyediakan beragam opsi pijat hingga perawatan wajah dari Biologique Recherde, perawatan tubuh dengan minyak esensial Aromatherapy Associates, hingga perawatan kuku dari Margaret Dabbs London.

Fasilitas penunjang lainnya mencakup pusat kebugaran, kelas yoga, serta beragam aktivitas olahraga air. rafflesmaldives.com/meradhoo.

hotel baru di maldives, the nautilus maldives
Beach Residence di The Nautilus Maldives.

The Nautilus Maldives
Resor yang terletak di pulau privat di Baa Atoll ini dapat dijangkau selama 35 menit menggunakan perahu cepat dari Bandara Internasinal Male. Berbeda dari penginapan-penginapan lain di Maladewa, The Nautilus Maldives mengusung filosofi “a world of your own making” di mana tamu diajak untuk menjadi diri sendiri.

Dikutip dari siaran persnya, filosofi tersebut diterjemahkan dalam bentuk absennya aturan pakaian yang mengikat serta jam makan yang bebas sesuai kehendak tamu. Bahkan, sesi makan tak harus dilakukan di restoran karena tamu bisa meminta makanan diantarkan ke vila. Selain itu, tamu juga dapat memesan makanan yang mereka sukai—sepanjang bahan-bahannya tersedia di dapur.

hotel baru di maldives, the nautilus maldives
Interior tiap rumah—begitu mereka menyebutnya—di The Nautilus Maldives.

The Nautilus Maldives menaungi 26 vila satu dan dua kamar tidur bergaya Bohemian yang menawan. Tiap vila dilengkapi dengan jendela-jendela berukuran besar untuk memaksimalkan penetrasi cahaya natural serta guna menyuguhkan vista samudra yang memikat. Tak hanya itu, tiap vila juga dilengkapi dengan kolam privat serta layanan butler.

hotel baru di maldives, the nautilus maldives
Arsitektur Zeytoun Lounge & Restaurant.

Berada di pulau berdiameter hanya 250 meter, The Nautilus Maldives berupaya untuk menghadirkan pengalaman menginap yang santai selayaknya tamu sedang berada di rumah sendiri. Resor mewah ini dilengkapi dengan fasilitas spa serta dua restoran. Namun daya tarik utama di sini adalah aktivitas olahraga airnya yang memikat, termasuk trip ke Teluk Hanifaru untuk berenang bersama pari manta. thenautilusmaldives.com.

Waldorf Astoria Maldives Ithaafushi, hotel baru di maldives
Akomodasi Grand Overwater Villa di Waldorf Astoria Maldives Ithaafushi.

Waldorf Astoria Maldives Ithaafushi
Waldorf Astoria, merek hotel milik jaringan Hilton asal Amerika Serikat ini resmi menerima tamu di Maladewa mulai 1 Juli 2019. Uniknya, properti pertama di Maladewa sekaligus yang kelima di Asia ini mencakup tiga pulau pribadi yang terletak di Ithaafushi Island—tepatnya di wilayah South Malé Atoll.

Untuk menjangkau resor premium tersebut, tamu ditransfer menggunakan yacht milik hotel dari Bandara Internasional Malé dengan durasi kurang lebih 30 menit. Resor dengan 122 vila ini merupakan proyek kolaborasi antara Highness Engineering and Consultancy asal Qatar dengan firma Stickman Tribe asal Dubai. Desain tiap vila mengadopsi gaya kontemporer dengan atap ilalang yang unik.

Waldorf Astoria Maldives Ithaafushi, hotel baru di maldives
Interior bernuansa simpel namun terasa mewah khas Waldorf Astoria.

Dikerek di atoll berbentuk huruf u, tiap vila hadir dengan kolam renang infinity menatap Samudra Hindia. Di masing-masing kamar juga disematkan fasilitas menarik, seperti hammock, gazebo, dan kamar mandi luar ruangan. Bagi mereka yang menginginkan privasi mumpuni, tersedia Ithaafushi Private Island seluas 3.000 meter persegi yang menampung dua kamar, koki pribadi, lima kolam renang, pusat kebugaran, serta fasilitas spa.

Waldorf Astoria Maldives Ithaafushi, hotel baru di maldives
Terra, tempat makan di Waldorf Astoria Maldives Ithaafushi yang berbentuk sarang burung.

Galibnya resor di Maladewa, daftar gerai makan dan minumnya pun impresif. Waldorf Astoria Maldives Ithaafushi menaungi 11 gerai makan dan minum, mulai dari restoran khas Timur Tengah dan Tiongkok hingga bar tepi pantai yang memikat.

Fasilitas lain yang tersedia di resor ini mencakup spa, pusat kebugaran, beragam aktivitas permainan air, fasilitas menyelam besutan PADI dive center, hingga taman bermain air Waldorf Astoria Young Discovery Park dan Lagoon Pool. waldorfastoria3.hilton.com.

8 Alasan Liburan Bulan ini

$
0
0
Trek tiap kategori di MesaStila100 akan membawa peserta menyusuri pedesaan lokasi-lokasi asri.

MesaStila100
Jadwal: 4-6 Oktober 2019
Lokasi: Magelang, Jawa Tengah
Tahun lalu, untuk nomor 100 kilometer, Arief Wismoyono asal Indonesia menjadi kampiun di kategori pria, sementara Adelinah Lintanga asal Malaysia menjuarai kategori wanita. Tahun ini, MesaStila100 menaikkan level tantangan lewat nomor baru 170 kilometer. Ajang lintas alam ekstrem ini mengajak pelari melintasi sawah, hutan, desa, hingga lereng lima gunung, termasuk Andong, Merbabu, dan Merapi. mesastila100ultra.com

Salah satu atraksi boneka di acara Skipton Puppet Festival.

Skipton Puppet Festival
Jadwal: 4-6 Oktober 2019
Lokasi: Skipton, Inggris
Pada 2005, Skipton, kota kecil di utara Leeds, memprakarsai festival boneka bienial yang mendatangkan grup dari dalam dan luar negeri. Ajang ini kemudian membesar hingga diklaim sebagai pesta boneka terbesar di Inggris. Selain pementasan, suguhannya meliputi parade dan lokakarya. skiptonpuppetfestival.co.uk

Seorang koki yang sedang unjuk kebolehan saat melakukan demo masak di acara Gastronomika. (Foto: Sara Santos C.)

Gastronomika
Jadwal: 6-9 Oktober 2019
Lokasi: San Sebastian, Spanyol
Bagaikan konferensi akbar khusus kuliner, Gastronomika mengulas tren, menjawab tantangan zaman, serta menampilkan demo masak dan sesi tasting yang melibatkan puluhan koki ternama. Khusus jilid 2019, bintang tamunya antara lain Joan Roca, Juan Mari Arzak, Eneko Atxa, serta Kevin Cherkas, koki restoran Cuca di Bali. Gastronomika dipusatkan di San Sebastian yang dijuluki Ibu Kota Kuliner Spanyol. sansebastiangastronomika.com

Jeonju Bibimbap Festival menampilkan beragam pilihan masakan rumahan khas Korea. (Foto: Park Moon Soo)

Jeonju Bibimbap Festival
Jadwal: 9-12 Oktober 2019
Lokasi: Jeonju, Korea Selatan
Bibimbap, produk ekspor andalan Korea selain Samsung dan K-Pop, bisa ditemukan di banyak tempat, tapi Jeonju diakui sebagai tanah kelahiran versi terbaik dari nasi rames Korea ini. Merayakan reputasi itu, Jeonju, Kota Gastronomi UNESCO, saban tahunnya menanggap Jeonju Bibimbap Festival, ajang akbar berisi pesta makan, demo masak, hingga bazar jalanan. bibimbapfest.com

Berlin Illuminated tahun ini tampil lebih meriah karena sekaligus merayakan momen penting 30 tahun tumbangnya Tembok Berlin. (Foto: Oliver Bube)

Berlin Illuminated
Jadwal: 11-20 Oktober 2019
Lokasi: Berlin, Jerman
Setiap Oktober, sekitar 100 lokasi di Berlin diubah jadi medan pentas cahaya kreasi aneka seniman dan studio. Khusus tahun ini, Berlin Illuminated tampil lebih semarak demi merayakan momen penting 30 tahun tumbangnya Tembok Berlin. Atas alasan itu pula, panitia memilih tema Lights of Freedom. festival-of-lights.de/en

Tampak beberapa pengunjung yang asik berfoto di depan instalasi yang ada di Biennale Jogja.

Biennale Jogja
Jadwal: 20 Oktober-30 November 2019
Lokasi: Yogyakarta
Ketiga kurator Biennale Jogja—Arham Rahman, Akiq AW, dan Penwadee Nophaket Manont—berniat mengeksplorasi karya seni Asia Tenggara dari perspektif daerah-daerah “pinggiran” seperti Pattani, Kelantan, dan Mindanao. Pergelaran yang dipusatkan di Taman Budaya Yogyakarta dan Museum Nasional Jogja ini diikuti oleh lebih dari 50 seniman Indonesia dan Asia Tenggara. biennalejogja.org

Tahun ini Ubud Writers & Readers Festival hadirkan 170 program menarik. (Foto: Wirasathya Darmaja)

Ubud Writers & Readers Festival
Jadwal: 23-27 Oktober 2019
Lokasi: Ubud, Bali
Tahun ini, UWRF mendatangkan lebih dari 200 pembicara internasional untuk terlibat dalam 170 program di 70 lokasi di Ubud. Beberapa bintang utamanya ialah Laksmi Pamuntjak, Faisal Oddang, Rayya Makarim, Yotam Ottolenghi, Susan Orlean, hingga pendiri Lonely Planet, Tony Wheeler. ubudwritersfestival.com

Salah satu instalasi karya April Pine yang ada di Sculpture by the Sea di Pantai Bondi pada 2017 silam (Foto: Jessica Wyld)

Sculpture by the Sea
Jadwal: 24 Oktober-10 November 2019
Lokasi: Sydney, Australia
Memajang 100 patung di jalur pesisir sepanjang dua kilometer dari Pantai Bondi menuju Tamarama, Sculpture by the Sea diklaim sebagai pameran patung terbesar yang terbuka gratis untuk umum. Bermula pada 1997 sebagai ajang sederhana yang dihadiri sekitar 25.000 pengunjung, Sculpture by the Sea merekah jadi pergelaran kolosal yang memikat ratusan ribu orang. Berkat popularitasnya pula, ia telah diwaralaba ke Perth. sculpturebythesea.com

Checking In: Sudamala Seraya Resort

$
0
0

Teks oleh Yohanes Sandy
Foto oleh Putu Sayoga

Lokasi
Sesuai namanya, Sudamala Seraya Resort terletak di Pulau Seraya Kecil, yang dapat dijangkau sekitar 45 menit dengan menggunakan perahu dari Dermaga Kampung Ujung di Labuan Bajo. Paket menginap di sini sudah termasuk transportasi perahu dari Kampung Ujung. Lokasinya yang jauh dari keramaian membuat resor ini ideal sebagai tempat untuk menyepi.

Desain
Sudamala Seraya Resort berdiri di lahan berbentuk memanjang di tepi pantai. Membelakangi bukit, bungalo dan bangunan utama di resor ini dibangun dengan mengadopsi gaya rustic dengan material kayu yang dominan. Tiap bungalo dicetak menghadap laut dengan atap rumbia yang khas. Restoran yang juga berfungsi sebagai ruang komunal utama mengusung desain tanpa sekat sehingga semilir angin senantiasa menyapa tamu saat menyantap sarapan atau makan siang.

sudamala seraya resort, sudamala seraya
Kiri-kanan: Deretan bungalo menatap laut; tiap bungalo dilengkapi dengan teras privat.

Kamar
Resor yang berdiri pada 2015 namun diambil alih oleh Sudamala Resort pada 2018 ini mengoleksi 23 bungalo yang ditata menghadap samudra. Berbentuk rumah panggung, tiap bungalo memiliki luas 32 meter persegi serta dilengkapi dengan teras privat. Interiornya minimalis, namun memiliki standar kenyamanan yang tinggi dengan amenitas mumpuni, umpamanya penyejuk ruangan, kamar mandi dengan air hangat, serta kulkas. Peralatan peracik kopi dan teh absen di dalam kamar. Sebagai gantinya, tamu dapat memesan di restoran utama. Tiap kamar berkapasitas dua orang dengan pilihan matras single atau dobel. Namun jika ingin datang dengan keluarga, beberapa vila dirancang terkoneksi.

sudamala seraya resort, sudamala seraya
Kolam renang di area restoran. Kolam ini juga kerap dijadikan tempat latihan menyelam oleh tamu. (Foto: Sudamala Resorts).

Kuliner
Sudamala Seraya Resort hanya memiliki satu restoran dan tamu mau tak mau harus memesan makan di situ. Namun jangan berkecil hati, menu yang ditawarkan tak mengecewakan. Spaghetti carbonara buatan kokinya merupakan salah satu yang terbaik yang pernah saya makan. Selain menu internasional, restorannya juga menyediakan sejumlah hidangan khas Indonesia seperti nasi campur serta nasi dan mi goreng. Menu-menu yang ditawarkan pun juga dirotasi secara ajek agar tamu tak bosan.

sudamala seraya resort, sudamala seraya
Kiri-kanan: lautnya menyimpan aneka satwa cantik; area bersantai dan berjemur di depan bungalo.

Aktivitas
Menginap di Sudamala Seraya Resort, tamu dituntut untuk kembali ke alam dan berdamai dengan diri sendiri. Sinyal ponsel dan internet hanya tersedia di area restoran, itu pun kadang raib tanpa pengumuman. Sebagai hiburan, tamu dapat melakukan beragam aktivitas air yang disediakan secara sonder bayar, mulai dari bermain kayak hingga snorkeling. Apalagi keduanya dapat dilakukan langsung di depan resor. Dan snorkeling di pantai di depan resor tak terlalu mengecewakan. Banyak ikan-ikan cantik berseliweran di bawah dermaga. Saat saya melakukannya pada akhir April 2019, seekor hiu kecil berenang dengan santai di laut dangkal di depan resor. Bosan seharian bermain air, tamu dapat mengikuti trekking ke Panoramic Sunset Point di bukit di belakang resor untuk menikmati panorama senja. Selain aktivitas gratis yang tersedia, Sudamala Seraya Resort juga melayani trip menyelam yang dipandu oleh Aqura Dive di beberapa titik penyelaman di Taman Nasional Komodo. Selayaknya resor di Flores, Sudamala Seraya juga menyediakan opsi tur island hopping dengan menggunakan kapal cepat.

Pulau Seraya Kecil, Flores, Nusa Tenggara Timur; 0361/288-555; sudamalaresorts.com; doubles mulai dari Rp2.500.000.

Untuk ulasan tentang hotel-hotel lain yang pernah kami kunjungi, klik di sini.

Menikmati Festival Loi Krathong di Anantara Chiang Mai

$
0
0

Selain kuliner dan budaya, festival selalu jadi salah satu daya tarik utama Thailand. Banyak turis yang ramai-ramai datang ke Negeri Gajah Putih ini saat festival berlangsung. Selain Songkran, Festival Loi Krathong juga cukup populer bagi wisatawan mancanegara.

Di Chiang Mai, festival Lentera yang dikenal dengan nama Yee Peng ini biasanya dibagi dalam tiga hari: hari pertama merupakan festival lentera, hari kedua merupakan hari purnama, dan hari ketiga adalah parade Loi Krathong. Hampir seluruhnya dilakukan setelah matahari terbenam.

Selain menerbangkan lentera, warga lokal juga kerap melarung lentera yang dibuat dari daun pisang, lilin, serta bunga ke sungai. Tradisi melarung lentera di sungai ini dianggap sebagai simbol keinginan untuk melepaskan kebencian dan amarah.

Berencana memberikan pengalaman yang lebih berkesan, Anantara Chiang Mai telah menyiapkan paket spesal untuk para tamu mereka pada 11 November 2019 mendatang. Mulai dari menghias Krathong dengan bunga-bunga, menerbangkan lampion kertas, hingga menikmati tari tradisional Lanna.

Baca juga: 7 Destinasi Favorit di Thailand; Shandy Aulia Jelajahi Chiang Mai

Kolam renang yang membentang 34 meter di tepi Sungai Ping di Anantara Chiang Mai.

Sebagai puncak acaranya, resor mewah tersebut bakal menggelar sesi makan malam di Restoran The Service 1921 Restaurant & Bar Lawn mulai pukul 19:00 waktu setempat. Pengunjung dapat mencicipi aneka sajian khas Thailand, Tiongkok, Vietnam, India, dan Jepang, lalu ditutup dengan menikmati koktail khas The Service 1921. Sesi makan-makan ini dibanderol Rp1.275.000++ per orang, dan gratis untuk anak berusia di bawah 12 tahun.

Informasi lebih lanjut, kunjungi Anantara Chiang Mai.

Kiat Transaksi Daring Aman dan Nyaman

$
0
0

Di dunia wisata saat ini, transaksi via internet kian populer, baik untuk memesan tiket pesawat, kamar hotel, hingga tiket atraksi wisata. Pada 2018 saja, menurut laporan ‘e-Conomy SEA 2018: Southeast Asia’s Internet economy hits an inflection point’ dari Google dan Temasek, nilai transaksi bruto pembelanjaan daring untuk keperluan wisata di Indonesia mencapai 8,6 miliar dolar AS atau setara Rp123 triliun. angka fantastis ini tumbuh sekitar 20 persen dibandingkan 2015.

Tren itu tentu saja terkait dengan banyak faktor, termasuk peningkatan populasi pengguna ponsel pintar, penetrasi internet, serta pemahaman akan transaksi digital  yang membaik. seiring lanskap yang makin kondusif, online travel agent (OTA) pun bermunculan di indonesia dengan tawaran yang variatif sekaligus kompetitif.

Para traveler pun tidak perlu khawatir akan masalah keamanan saat melakukan transaksi daring. Terlebih jika mereka menggunakan kartu debit atau kredit Mastercard untuk membeli berbagai kebutuhan perjalanan mereka di situs-situs perjalanan daring.

Kartu debit dan kredit Mastercard adalah cara cerdas untuk melakukan pembayaran online karena dilengkapi dengan berbagai fitur keamanan yang canggih seperti Mastercard SecureCode. Fitur ini menggunakan password sekali pakai atau one-time password (OTP) yang dikirimkan melalui SMS oleh bank penerbit kartu Anda, sehingga memungkinkan Anda untuk mengotorisasi setiap transaksi. setiap OtP merupakan kode yang unik dan dibuat hanya untuk satu kali transaksi, sehingga dapat mencegah penipuan.

Baca juga: Kiat Memilih Kartu Kredit Travel

Selain itu, pilihlah situs-situs perjalanan daring yang tepercaya dan hanya masukkan data apabila kamu melihat simbol “kunci” di jendela browser.

Jadi, dengan berbagai fitur keamanan canggih yang dihadirkan oleh Mastercard, Anda tidak perlu khawatir lagi saat melakukan transaksi daring.

Kombinasi kenyamanan dan standar keamanan yang tinggi menjadikan Mastercard sebagai pilihan cerdas untuk transaksi daring. Mastercard juga memiliki penawaran spesial yang dapat Anda manfaatkan yang tidak hanya berlaku di Indonesia, namun juga di luar negeri seperti Thailand, Kamboja, India, Maladewa, Korea Selatan, Jepang, hingga Amerika dan Kanada. Selain itu, berbagai penawaran menarik juga tersedia seperti potongan harga untuk pemesanan hotel, free extra night, manfaat untuk melakukan early check-in mau pun late check-out, serta benefit lainnya. Bagi Anda yang sedang merencanakan perjalanan liburan, nikmati penawaran spesial dari Mastercard di specials.priceless.com.

Informasi lebih lanjut, kunjungi www.mastercard.co.id/gayacerdas.


Koleksi Musim Gugur Terbaru John Hardy

$
0
0

Musim gugur tahun ini, perusahaan perhiasan John Hardy merilis koleksi baru yang terinspirasi dari eksotisme gunung berapi di Bali. Bertajuk Lahar, koleksi ini merupakan sebuah penghormatan atas perpaduan dinamis antara alam dan seni. Salah satu ciri khasnya yang menonjol ialah penggunaan berlian dan batu mulia pada gelang, cincin, dan anting-anting.

Koleksi Lahar dirancang oleh Hollie Bonneville Barden, Direktur Kreatif John Hardy. Salah satu turunannya, seri Tiga, lahir dari interpretasi segar atas desain segitiga rantai klasik yang sempat dikembangkan pada era 1980-an. Tersedia dalam beragam varian, perhiasan Tiga mengusung desain mewah sekaligus elegan yang mengikuti semangat kontemporer.

Selain menciptakan versi baru dari desain motif segitiga klasik, Bonneville menyuntikkan ide segar pada koleksi Knife Edge. Salah satu aplikasinya ialah bahan perak mengilap dengan hiasan berlian dan batu-batu mulia yang dirakit dengan motif saling mengikat—sebuah komitmen dari Bonneville untuk terus menghidupkan sekaligus menyegarkan desain woven chain khas John Hardy.

Koleksi musim gugur tahun ini juga menghadirkan kembali seri Dot, kreasi ikonis John Hardy pada era 1970-an ketika semangat rock ‘n roll menggema di Bali. Diperkaya sentuhan kreatif, versi Dot kali ini mengeksplorasi beragam bentuk, termasuk anting berukuran besar, kalung, serta cincin.

Baca juga: Tur Unik Membuat Perhiasan di Bali; Lika-Liku Dunia Perhiasan Perak di Bali

Kiri-kanan: Koleksi kali ini terinspirasi dari eksotisme gunung berapi di Bali; proses membuat desain yang terkadang cukup rumit.

Khusus perhiasan pria, koleksi musim gugur John Hardy menawarkan sejumlah variasi yang atraktif, salah satunya asli Classic Chain Link Elevation. Perhiasan ini memancarkan sudut-sudut yang lebih ekspresif, menonjolkan garis-garis tegas dan lapisan kompleks. aksesori pria berupa gelang, kalung, dan cincin dibuat dari bahan perak atau emas 18 karat. Tiap kepingnya diperindah dengan berlian dan batu safir hitam.

Salah satu suguhan paling atraktif lain untuk pria tahun ini ialah Keris Dagger. Terinspirasi dari tradisi senjata tajam khas indonesia, seri ini dibuat dengan cara ditempa layaknya proses pembuatan keris. aura maskulin dan karismatik yang sarat budaya terpancar tegas dari perhiasan baru ini.

Koleksi musim semi John Hardy tersedia di 700 outlet yang tersebar di 27 negara atau dibeli secara daring di masarishop.com. Untuk memahami lebih utuh tradisi kriya John Hardy sekaligus menikmati pengalaman wisata belanja yang istimewa, kunjungi John Hardy Ubud Workshop & Boutique, kompleks rindang seluas hampir dua hektare yang berjarak sekitar sembilan kilometer dari Puri Ubud. Di sini, Anda juga bisa menemui para perajin dan mengunjungi butik unik Kapal Bamboo setinggi 27 meter. Di sela tur, pengunjung bisa menikmati makan siang berisi hidangan autentik Bali sembari mendengarkan kisah di balik penciptaan tiap keping perhiasan John Hardy.

Informasi lebih lanjut, hubungi 0361/469-888 atau kunjungi johnhardy.com.

Daftar Negara Bebas Visa Untuk Turis WNI

$
0
0
Pemegang e-paspor bisa mendapatkan visa waiver untuk 15 hari ke Jepang. (Foto: Sorasak)

Seperti yang diketahui, mengajukan visa merupakan salah satu hal yang dianggap merepotkan bagi beberapa turis. Selain sulit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, pelancong kerap merasa cemas jika visa mereka ditolak.

Oleh karena itu, negara yang memberlakukan bebas visa selalu menjadi topik hangat di kalangan para wisatawan. Menurut data yang dirilis oleh Passport Index, Indonesia berada di peringkat 52 dengan akses bebas visa dan cukup mengaplikasikan Visa on Arrival ke 82 negara di dunia.

Kelonggaran bebas visa ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu turis WNI diberi akses masuk tanpa visa dan dapat mengurus visa kedatangan langsung di negara yang dituju. Berikut daftar lengkapnya:

Negara Bebas Visa

  1. Barbados (90 hari)
  2. Belarus (30 hari tanpa visa, via Bandara Internasional Minsk)
  3. Brasil (30 hari)
  4. Brunei (14 hari)
  5. Chile (90 hari)
  6. Dominika (21 hari)
  7. Ekuador (90 hari)
  8. Fiji (120 hari)
  9. Filipina (30 hari)
  10. Gambia (90 hari ditambah izin dari Imigrasi Gambia)
  11. Guyana (30 hari)
  12. Haiti (90 hari)
  13. Hong Kong (30 hari)
  14. Jepang (visa waiver 15 hari)
  15. Kamboja (30 hari)
  16. Kazakhstan (30 hari)
  17. Kolombia (90 hari dan bisa diperpanjang hingga 180 hari)
  18. Laos (30 hari)
  19. Makau (30 hari)
  20. Malaysia (30 hari)
  21. Mali (30 hari)
  22. Maroko (90 hari)
  23. Mikronesia (30 hari)
  24. Myanmar (14 hari)
  25. Namibia (30 hari)
  26. Palestina
  27. Peru (180 hari)
  28. Qatar (30 hari bebas visa, via Bandara Internasional Hamad)
  29. Rwanda (90 hari)
  30. Saint Kitts and Nevis (90 hari)
  31. Serbia (30 hari tanpa visa dalam satu tahun)
  32. Singapura (30 hari)
  33. Sri Lanka (30 hari)
  34. Vincent and The Grenadines (30 hari)
  35. Thailand (30 hari)
  36. Uzbekistan (30 hari)
  37. Vietnam (30 hari)

Artotel Beach Club Gelar Acara Oktobeerfest

$
0
0

Selama Oktober 2019, Artotel Beach Club hadirkan beragam promosi F&B. Mulai dari mencicipi koleksi bir lokal dan internasional seperti Anderson Valley Brewing Company, Deschutes Brewery, dan Tuatara Brewing Company, mendapatkan potongan harga untuk bir pitcher, promo tiap Rabu mulai pukul 12:00 hingga 16:00, hingga acara free flow bir tiap Kamis pada pukul 15:00 hingga 17:00.

Setelah puas mencicipi bir, beach club yang bersemayam di Sanur ini juga menyediakan berbagai pilihan menu makanan yang menarik. Salah satunya adalah Hot Wings Challenge, di mana pengunjung ditantang untuk menghabiskan enam potong sayap ayam dengan level pedas yang berbeda dalam waktu tiga menit. Selain itu, pengunjung juga dapat membeli paket Pair Your Beers, yakni untuk setiap pembelian satu menu Gourmet Hotdog dan Sausage Platter dengan pilihan berbagai sosis akan mendapatkan sebotol bir gratis. Promo ini hadir tiap Senin hingga Sabtu mulai pukul 12:00 hingga 17:00.

Baca juga: Beach Club Pertama di Sanur; Wisata Kuliner: Sehari di Sanur

“Kami telah mempersiapkan Oktobeerfest dengan cara spesial, sehingga para pencinta bir dapat menikmati acara ini sepuasnya dengan harga yang terjangkau,” tutur Alessio Gurrieri, selaku General Manager Artotel Beach Club, seperti yang dikutip dari siaran pers yang diterima oleh DestinAsian Indonesia. Selain itu, ABC juga telah mempersiapkan acara Halloween Night Party pada 31 Oktober 2019 mendatang.

Informasi selengkapnya, kunjungi Artotel Beach Club.

Gua Warna-Warni di Ruang Seni Anak Museum Macan

$
0
0

Selalu ada yang menarik di Museum Macan. Setelah sukses menggelar Pameran Main Getah/Rubberscape, kini museum yang bersemayam di Kebon Jeruk, Jakarta Barat tersebut kembali menghadirkan proyek keempatnya untuk Proyek Ruang Seni Anak Komisi UOB Museum Macan.

Berkolaborasi dengan perupa asal Thailand, Mit Jai Inn, proyek berjudul Warna dalam Gua (Color in Cave) ini akan hadir mulai 25 Oktober 2019 hingga Maret 2020. Ruang ini dirancang menyerupai gua warna-warni, di mana anak-anak dapat menjelajahi tiap sudutnya. Konsep gua dipilih oleh sang seniman untuk menstimulasi kreativitas dalam diri tiap anak.

Sebelum memasuki area gua, pengunjung dapat memilih untuk memakai jubah yang berfungsi sebagai kostum. Nantinya, di dalam gua tersedia berbagai aktivitas edukatif yang dapat dilakukan oleh anak bersama orang tua mereka, seperti melukis dinding gua, menciptakan warna unik dalam sebuah kolam warna, menempel dan menyusun bentuk dan warna, menggambar menggunakan “fosil” warna, hingga menemukan pesan-pesan tersembunyi di setiap sisi guanya. Cat akrilik disediakan oleh Tesla Paints, sebuah perusahaan asal Semarang yang menjadi sponsor pendukung aktivitas dalam proyek tersebut.

Baca juga: Pameran Tunggal Pertama Xu Bing di Asia Tenggara; Seni Berubah di Museum Macan

Saat meninggalkan area, pengunjung dapat membawa pulang kain yang diambil dari karya Mit Jai Inn sebagai suvenir. Ia sengaja memberikan kain polos agar pengunjung dapat mewarnainya sesuka hati. “Saya harap area ini dapat menginspirasi anak-anak agar tidak takut untuk berkreasi dan menuangkan beragam ide dan pikiran,” tutur Mit Jai Inn dalam siaran pers yang diterima oleh DestinAsian Indonesia.

Ruang Seni Anak Komisi UOB Museum MACAN: Warna dalam Gua (Color in Cave) ini dapat diakses dengan tiket museum yang berlaku. Namun perlu diingat, untuk memasuki area tersebut, setiap anak harus didampingi oleh orang dewasa.

Informasi lebih lanjut, kunjungi Museum Macan.

Checking In: Hard Rock Hotel Desaru Coast

$
0
0

Oleh Yohanes Sandy

Lokasi
Hard Rock Hotel kedua di Malaysia ini resmi dibuka pada 28 September 2019. Lokasinya di Desaru Coast, kompleks liburan dan hiburan baru di pesisir Negara Bagian Johor. Kawasan terpadu tersebut dapat dijangkau sekitar 55 menit berkendara dari Bandara Internasional Senai. Dari Indonesia, penerbangan langsung ke Senai dilayani oleh AirAsia dari Jakarta dan Surabaya. Hard Rock Hotel Desaru Coast bersemayam di kawasan pesisir, bertetangga dengan The Westin. Namun demikian, Hard Rock Hotel tidak memiliki pantai. Untuk menuju pantai, tamu dapat menggunakan shuttle atau berjalan kaki.

hard rock hotel desaru coast, desaru coast malaysia
Area lobi dengan patung gitar yang menjadi ikon Hard Rock.

Desain
Desain propertinya mengadopsi gaya simpel dan modern. Selayaknya resor pesisir, Hard Rock Hotel Desaru Coast didesain dengan banyak ruang terbuka guna memaksimalkan sirkulasi udara. Embusan angin pantai yang melimpah membuat penggunaan penyejuk ruangan di ruang-ruang publik dapat dieliminasi. Lazimnya properti Hard Rock, tiap sudut ruang dihiasi dengan memorabilia dari musisi-musisi dunia. Di lobi misalnya, tamu disambut dengan baju konser milik Marilyn Manson dan Elvis Presley. Selain memorabilia, sejumlah karya seni mulai dari patung, lukisan, hingga mural juga tersebar di ruang publik.

Sejalan dengan desain hotel secara keseluruhan, kamarnya pun mengusung desain yang simpel dan minimalis. Alih-alih menempelkan memorabilia atau poster musisi, dinding kamarnya dihiasi dengan mural berbentuk kupu-kupu karya seniman lokal. Mungkin, bagi mereka yang pernah menginap di properti Hard Rock lain, desain ini akan mengecewakan. Tapi bagi saya, desain ini cukup menyegarkan dan masih memiliki benang merah dengan desain hotel secara utuh.

hard rock hotel desaru coast, desaru coast malaysia
Kamar dengan dekorasi bernuansa cantik dan elegan.

Kamar
Hard Rock Hotel Desaru Coast mengoleksi 365 kamar dan suite yang dibagi dalam tujuh kategori. Tiap kamar dicetak lapang dengan balkon privat untuk bersantai. Tipe terendah, Superior, memiliki luas 42 meter persegi. Sementara tipe tertingginya, Rock Star Suite, dibangun dengan luas 226 meter persegi. Dalam tiap kamar disematkan matras nyaman Sleep Like a Rock khas Hard Rock, televisi 55 inci dengan sistem tata suara Bose, koneksi WiFi, alat peracik kopi dan teh, serta minibar.

Menariknya, Hard Rock Hotel Desaru Coast tak menyediakan air minum dalam kemasan di dalam kamar. Sebagai gantinya, disediakan botol isi ulang stainless steel yang dapat diisi di water station yang tersedia di setiap lantai. “Ini adalah langkah kami untuk lebih ramah lingkungan,” ujar Dale Hipps, Senior Vice President Hard Rock Hotels International saat ditemui di Desaru Coast. Selain itu, meski tak mengungkapkan tanggal pasti, Hard Rock Hotel seluruh dunia juga akan menggunakan botol besar untuk menampung toiletries di dalam kamar guna mereduksi sampah plastik.

Baca juga: 48 Jam di Penang; 4 Restoran Vegan di Asia Tenggara

hard rock hotel desaru coast, desaru coast malaysia
Restoran Sessions yang menyajikan hidangan prasmanan dan ala carte.

Kuliner
Tak seperti propertinya di Bali dan Penang, Hard Rock Hotel Desaru Coast tak dilengkapi dengan Hard Rock Café. Namun, tamu dijamin tak akan bosan dengan pilihan kuliner yang disajikan. Hard Rock Hotel Desaru Coast menawarkan empat gerai makan dan minum. Sessions didesain sebagai restoran utama yang menyajikan menu internasional dan khas Malaysia. Restoran ini berkapasitas 334 tempat duduk yang terbagi di dua area: indoor dan outdoor.

hard rock hotel desaru coast, desaru coast malaysia
The Elephant and The Butterfly, restoran dengan menu kuliner Meksiko dan Amerika. Di malam hari, tempat ini diubah menjadi tempat pesta dengan penampilan live music dan DJ.

Mereka yang mendambakan kuliner Amerika dan Meksiko, The Elephant and The Butterfly merupakan tempat yang ideal. Ketika mentari terbenam, tempat makan dengan akses langsung ke kolam renang tersebut bertransformasi menjadi sarang pesta dengan penampilan band hingga DJ. Bagi penggemar kopi, Hard Rock Hotel Desaru Coast memiliki kedai kopi modern Constant Grind serta GMT+8 yang berfungsi sebagai lobby bar.

hard rock hotel desaru coast, desaru coast malaysia
Kamar di Rock Spa, spa yang menawarkan sesi pijat atraktif.

Fasilitas
Sebagai resor bintang lima, Hard Rock Hotel Desaru Coast juga menghadirkan fasilitas-fasilitas yang mumpuni. Penginapan premium ini dilengkapi dengan satu kolam renang, pusat kebugaran 24 jam, serta Hard Rock Shop yang menjual suvenir khas Hard Rock. Untuk buah hati, tersedia Roxity Kids Club, tempat bermain anak berukuran lapang lengkap dengan taman bermain air versi mini. Fasilitas lain yang atraktif adalah Rock Spa yang menawarkan beragam perawatan bintang lima, termasuk sesi pijat diiringi musik pop maupun rok. 

Aktivitas
“Hard Rock Hotel Desaru Coast didesain untuk tamu keluarga dan bulan madu,” tutur Clinton Lovell, General Manager. Resor ini ideal untuk tamu yang membawa anak-anak. Pasalnya, lokasinya yang berada persis di sebelah Adventure Waterpark membuatnya memiliki akses langsung ke resor. “Dari hotel, tamu bisa langsung masuk lewat pintu khusus. Malah, pembelian tiket dapat dilakukan langsung ke hotel tanpa perlu ke loket di Adventure Waterpark,” jelas Clinton.

Adventure Waterpark adalah salah satu taman bermain terbesar di dunia dengan luas mencapai delapan hektare. Tempat rekreasi ini menawarkan banyak permainan menarik mulai dari seluncur kelas dunia hingga wahana penguras adrenalin. Namun, daya tarik utamanya adalah kolam ombak seluas 1,2 hektare—terbesar di Asia Tenggara.

hard rock hotel desaru coast, desaru coast malaysia
Lokasi Hard Rock Hotel Desaru Coast tepat berada di samping Adventure Waterpark.

Selain bermain di Adventure Waterpark, tamu juga dapat mengisi waktu dengan berkunjung ke pantai publik yang dilengkapi dengan aneka pilihan aktivitas air maupun pantai privat yang berada di area The Westin. Bagi penggemar golf, tersedia juga dua pilihan lapangan golf yang dirancang oleh dua pegolf dunia yang dioperasikan oleh The Els Club. Menariknya, seluruh tempat tersebut dapat dikunjungi dari hotel menggunakan shuttle.

Jl. Pantai 3, Desaru Coast, Bandar Penawar, Johor; +607/838-8888; hardrockhoteldesaru.com; doubles mulai dari Rp2.500.000 per malam. 

Untuk ulasan tentang hotel-hotel lain yang pernah kami kunjungi, klik di sini.

5 Julukan Tel Aviv yang Mengejutkan

$
0
0

Teks & foto oleh Trinity

Tel Aviv mengoleksi pantai-pantai cantik berpasir putih.

The Miami of the Middle East
Bingung adalah ekspresi lumrah banyak turis saat pertama kali menginjakkan kaki di Tel Aviv. Kontras dari stereotip kota Timur Tengah, Tel Aviv mengoleksi pantai-pantai cantik berpasir putih yang membentang belasan kilometer. Pantai-pantai ini terbuka untuk umum dan dilengkapi kamar mandi. Sebagian pantai dikhususkan bagi keluarga, LGBTQ, dan kaum religius (dipisah berdasarkan jenis kelamin pada jam tertentu). Sebagian lagi dibagi berdasarkan fungsinya: wadah bermain anjing, olahraga, atau pesta. Kontras dari citra Timur Tengah pula, Tel Aviv membolehkan orang berjemur dan berbikini di pantai, juga menenggak miras di kafe dan bar yang bertaburan di pesisir. Semua inilah yang membuat Tel Aviv dijuluki “Miami of the Middle East.” Bedanya, barisan pohon palem khas Miami diganti pohon kurma.

Slogan “Nonstop City” juga mencerminkan kehidupan di Tel Aviv yang seolah tidak pernah berhenti berdenyut.

The Nonstop City
Slogan resmi versi Pemkot ini merefleksikan status Tel Aviv sebagai kota paling toleran dan plural di Israel. Satu contohnya: tiap hari Sabat, saat penganut Yahudi menghentikan aktivitas sejak Jumat sore hingga Sabtu malam, Tel Aviv tetap beroperasi normal. Slogan “Nonstop City” juga mencerminkan denyut kehidupan kota. Makan di restoran adalah hobi massal warga, dan kota ini menawarkan beragam restoran untuk memuaskan selera, termasuk untuk menikmati hidangan yang mengandung babi atau makanan laut bercangkang yang diharamkan oleh umat Yahudi. Selepas jam makan malam, kota ini menawarkan banyak kelab yang beroperasi hingga subuh.

Yafo ditaburi bangunan berwarna pasir dan berarsitektur khas Timur Tengah.

The Oldest Port City in the World
Dalam bahasa Ibrani, nama resmi Tel Aviv ialah Tel Aviv-Yafo, gabungan dua kota. Yafo, yang dibangun pada 1800 SM, merupakan salah satu kota pelabuhan laut tertua yang masih dihuni hingga kini. Surat Mesir kuno menulis kota ini dibangun oleh Yafet, anak dari Nabi Nuh. Dalam kitab suci Yahudi dan Kristen, Yafo disinggung dalam kisah Nabi Yunus, Raja Solomon, dan Santo Petrus. Setelah bergabung dengan Tel Aviv pada 1950, Yafo menjadi area Kota Tua. Keduanya berbeda karakter. Tel Aviv berpenampilan modern, sementara Yafo ditaburi bangunan berwarna pasir dan berarsitektur khas Timur Tengah dengan jalan-jalan yang sempit bak labirin.  

Salah satu arsitektur bergaya Bauhaus yang ada di Tel Aviv.

The White City
Berkat gaya arsitektur dan tata kotanya yang inovatif pada awal abad ke-20, Tel Aviv menjadi satu dari segelintir kota besar dunia yang masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Pada 1930-an, saat Tel Aviv hanyalah gurun kosong di tepi Laut Mediterania, para arsitek Yahudi asal Eropa membangun 4.000 hunian di daerah Lev Hair, Rothschild Boulevard, dan Bialik Square. Arsitekturnya condong ke gaya Bauhaus, mazhab asal Jerman yang berprinsip “fungsi menentukan bentuk.” Hasilnya: bangunan yang sengaja dicat putih demi memantulkan terik, dengan ornamen seperti jendela kecil untuk menahan panas, balkon panjang yang menyambut angin, serta atap datar untuk wadah bercengkerama saat cuaca sejuk.

Berbeda dengan negara Timur Tengah lainnya, Israel sangat melindungi hak para LGBTQ

The Pink City
Julukan ini lahir bukan karena Tel Aviv berisi permukiman berwarna jambon, melainkan karena statusnya sebagai salah satu ibu kota LGBTQ dunia. Sejak 1993, kota ini menanggap parade tahunan Gay Pride terbesar di Asia dan satu-satunya di Timur Tengah. Ajang yang bergulir tiap minggu kedua Juni ini didukung oleh pemerintah lantaran sukses memikat turis. Tahun ini, pesertanya menembus 250.000 orang. Berkat karakter yang sekuler dan ramah LGBTQ pula, Tel Aviv melahirkan banyak pantai, kelab, dan taman khusus gay. Bahkan di Me’ir Garden terpajang memorial bagi para LGBTQ korban Holocaust.

48 Jam di Cirebon

$
0
0
Keraton Kasepuhan disebut-sebut sebagai keraton termegah dan paling terawat di Cirebon.

Oleh Wildan Ibnu Walid  
Foto oleh Gevi Noviyanti

SABTU

07:30 Keraton Kasepuhan
Walau masuk daftar 10 kota terkecil di Indonesia, Cirebon ternyata memiliki empat keraton, salah satunya Keraton Kasepuhan (Jl. Kasepuhan 43). Didirikan pada abad ke-16, kompleks ini menawarkan jendela sejarah ke zaman Kesultanan Cirebon. Halaman depannya dipagari dinding bata merah. Interiornya ditaburi ornamen keramik beragam corak serta benda pusaka dan antik seperti piring, keris, dan tombak. Momen terbaik untuk berkunjung ialah hari-hari besar Islam, saat keraton menanggap beragam acara, salah satunya prosesi Siraman Panjang, yakni pemandian benda pusaka memakai air dari tujuh sumur keramat.

Keraton Kanoman menjadi salah satu keraton di Cirebon yang menyimpan sejarah panjang tentang Islam.

09:30 Keraton Kanoman
Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati (sebelum berganti jadi Keraton Kasepuhan). Dua kompleks yang terpisah sekitar 600 meter ini memancarkan nuansa warna yang berbeda. Jika dinding Keraton Kasepuhan berwarna khas merah bata, Keraton Kanoman (Jl. Kanoman 40) didominasi warna putih. Interiornya menyimpan beragam benda pusaka dan memorabilia pemberian kerajaan di Mongol, Mesir, dan Tiongkok—koleksi yang mengisahkan pertalian diplomatik Cirebon dengan imperium asing. Magnet lain keraton ini tentu saja kereta kencana Paksi Naga Liman dan Jempana.

Pengunjung dapat memilih aneka lauk yang disajikan di tempat makan Nasi Jamblang Ibu Nur.

11:30 Nasi Jamblang Ibu Nur
Nasi jamblang, kuliner ikonis Cirebon, bisa dicicipi di banyak tempat, tapi Rumah Makan Ibu Nur (Jl. Cangkring 2) terus bertengger di daftar favorit banyak orang. Hidangan tradisional beralaskan daun jati ini lazim disantap bersama aneka lauk-pauk, contohnya balakutak dan paru sapi kering. Agar bisa leluasa memilih meja (dan lauk), sebaiknya datang sebelum jam istirahat kerja.

Seorang wanita tampak sedang membaca ayat suci Al-Quran di kawasan makam Sunan Gunung Jati.

14:00 Makam Sunan Gunung Jati
Layaknya anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati tak pernah dilupakan. Makamnya terus menjadi destinasi ziarah. Untuk menjumpai pusara Makam Sunan Gunung Jati (Jl. Alun-alun No.53, Astana), pengunjung mesti mendaki puluhan anak tangga dan melewati sembilan pintu, walau penting dicatat tak sembarang orang boleh menggapai pintu terakhir, kecuali dengan restu khusus dari pihak keraton. Peziarah umumnya berdoa di serambi utama yang menghadap Pintu Pasujudan, tempat yang juga menyimpan makam salah seorang istri Sunan Gunung Jati—Putri Ong Tien asal Tiongkok. Inilah salah satu alasan warga keturunan Tionghoa juga kerap terlihat berziarah ke sini.

Tampak seorang pengunjung sedang menikmati segelas minuman di Baraja Coffee.

17:30 Baraja Coffee
Berstatus kedai modern perintis di Cirebon, Baraja Coffee (Jl. Tentara Pelajar 107) rutin dirujuk kedai lain untuk mempelajari teknik seduh. Menu terpopulernya antara lain Baraja latte, gingerchino, serta caramel macchiato. Kombinasi antara tempat kongko dan coworking space, kedai yang dipimpin oleh Fauzi Heiqmeuh ini juga merupakan wadah ideal untuk menjumpai warga lokal.


3 Aktivitas Seru untuk Pencinta Olahraga di Selandia Baru

$
0
0

Dalam beberapa waktu belakangan ini, wisata olahraga (sports tourism) menjadi salah satu sektor yang paling cepat berkembang di industri pariwisata. Berolahraga sambil liburan telah menjadi gaya hidup. Di Indonesia sendiri, kompetisi olahraga—baik untuk tujuan senang–senang maupun serius—kini sudah menjamur, terutama di daerah yang terkenal dengan pesona alam dan budaya khas Indonesia, seperti Bromo Marathon dan Bali Marathon.

Salah satu destinasi sports tourism yang sering disambangi wisatawan dunia adalah Selandia Baru. Memiliki pemandangan menakjubkan dan lanskap yang beragam—serta tidak terlalu jauh dari Indonesia—reputasi Selandia Baru sebagai kawasan berlibur bagi turis WNI kian meroket. Taman nasional, wisata gua, air terjun, serta aneka danau cantik adalah magnet utamanya dalam memikat turis. Berikut tiga aktivitas menarik untuk pencinta olahraga di Selandia Baru:

Bersepeda
Cara terbaik melihat keindahan alam Selandia Baru adalah dengan bersepeda. Pelancong dapat menikmati alam pegunungan dan pedesaan di negara yang memiliki jalur sepeda sepanjang 2.500 kilometer tersebut. Dengan menggunakan alat transportasi kayuh tersebut, turis bisa memilih untuk bersepeda di medan yang beragam, seperti jalan kota di Wellington atau mengunjungi perkebunan anggur maupun bukit-bukit dengan pemandangan menakjubkan. Mulai dari Timber Trail dan mengunjungi hutan tua Pureora Forest, bersepeda ke sekitar Danau Rotorua, dan berendam air hangat di Te Ranga Thermal River. Menariknya, pada 25 Oktober 2019 mendatang, Negeri Kiwi ini kembali menggelar Rotorua Bike Festival. Di sini, pengunjung dapat menikmati aneka makanan lokal hingga belajar tentang seni dan budaya Māori.

Mendaki Gunung Aoraki, gunung tertinggi di Selandia Baru akan memnerikan pengalaman yang tak terlupakan.

Panjat Tebing
Salah satu aktivitas paling populer di Selandia Baru adalah panjat tebing. Di sini juga tersedia beragam medan panjat tebing berbeda, mulai dari pemula hingga profesional. Jika Anda berlibur di Pulau Selatan, cobalah mendaki di Wildwire Wanaka yang menjadi pendakian air terjun tertinggi di dunia. Jangan lupa juga untuk menjelajahi danau tersembunyi. Tempat lain yang bisa dikunjungi adalah Gunung Aoraki. Sebagai gunung tertinggi di Selandia Baru, kawasan ini bisa memberikan pengalaman yang tak terlupakan.

Baca juga: Urus Visa Selandia Baru Lebih Mudah; Liburan ke Selandia Baru Kini Kena Pajak

Rangitoto Summit Track, rute paling populer di Pulau Rangitoto,

Lari
Memiliki cuaca sejuk, udara segar dan pemandangan yang indah, menjadikan Selandia Baru sebagai tempat yang tepat untuk jogging. Trek paling populer di Pulau Rangitoto adalah Rangitoto Summit Track dengan jarak 3 kilometer dan ketinggian 245 meter. Jalur ini berhenti di puncak gunung berapi Rangitoto. Di sini, wisatawan dapat menikmati pemandangan pusat kota Auckland dari atas ketinggian. Tempat menarik lainnya adalah Moke Lake Loop Track di Queenstown. Trek ini dikelilingi padang rumput, danau, dan empat gunung yaitu Gunung Crichton, Gunung Hanley di barat, Benmore Peak di utara, dan Ben Lomond Peak di timur. Selain itu, jalur ini menjadi rute Queenstown Marathon, festival lari internasional yang digelar setiap November.

Informasi selengkapnya, kunjungi Tourism New Zealand.

Rute Baru Tour de France 2020

$
0
0

Rute untuk Tour de France 2020 baru saja dirilis. Kejuaraan balap sepeda jarak jauh yang dirancang untuk pembalap sepeda profesional ini menjadi lomba sepeda paling bergengsi di dunia. Tahun depan, acara yang berlangsung sejak 1903 tersebut bakal dimulai pada Sabtu, 27 Juni hingga Minggu, 19 Juli 2020.

Untuk episode ke-107, Tour de France 2020 bakal melewati delapan pegunungan dan empat puncak, termasuk Alpen, Massif Central, Pirenia, Jura, dan Vosges. The Grand Départ akan dimulai dari Nice, dan tiga tahap pertama akan berakhir di Promenade des Anglais. Kemudian, lanjut ke rute Prancis bagian tengah menuju Pegunungan Pirenia, Loudenvielle dan Laruns yang terletak pada sebelah barat daya Prancis. Lalu, peserta bakal melewati perbukitan dan kota Grenoble, kemudian resor ski Méribel yang berada di Lembah Tarentaise, Pegunungan Alpen. Balapan berakhir di Champs-Élysées, Paris.

Baca juga: Bersepeda Jadi Lebih Nyaman di Amsterdam; 4 Lomba Lari Pilihan Pelari

Memiliki 21 tahapan selama 21 hari, Tour de France dianggap sebagai balap sepeda paling paling sulit di dunia. Biasanya, lomba ini diikuti oleh 20 hingga 22 tim. Saling populernya, acara ini menjadi magnet utama turis yang biasanya datang ke Prancis selama musim panas. Tiap tahun, kurang lebih ada 12 juta penonton yang menyaksikan langsung balap sepeda ini.

Informasi selengkapnya, kunjungi Tour de France.

9 Festival Untuk Anak-Anak

$
0
0
Tahun ini, China Shanghai International Children’s Book Fair memasuki edisi ketujuh.

China Shanghai International Children’s Book Fair 
15-17 November 2019
Shanghai, Tiongkok
Bursa ini dirintis pada 2013 sebagai wadah yang mempertemukan pasar dengan produsen konten khusus balita hingga anak usia 16 tahun. Tahun lalu, CCBF mendatangkan 367 partisipan asal 25 negara, yang terdiri dari penerbit, pengarang, ilustrator, hingga guru dan pustakawan. ccbookfair.com.

Selama kurang lebih tiga minggu, New York International Children’s Film Festival memutar beragam karya menarik.

New York International Children’s Film Festival
21 Februari-15 Maret 2020
New York City, Amerika Serikat
Festival ini memutar karya-karya berbobot untuk anak usia tiga hingga 18 tahun. Cocok bagi calon sineas, NYICFF menanggap pula sesi diskusi, kelas film, serta tur ke bioskop independen. nyicff.org.

Tampak seorang pengunjung yang sedang menikmati karya yang ada di Bologna Children’s Book Fair.

Bologna Children’s Book Fair
30 Maret-2 April 2020
Bologna, Italia
Tahun lalu, bursa buku anak ini memikat 29.000 pengunjung asal 80 negara. Bologna Children’s Book Fair, ajang yang berusia lebih dari 50 tahun, rutin memberikan penghargaan, salah satunya Best Children’s Publisher of the Year. bookfair.bolognafiere.it.

Baca juga: Gua Warna-Warni di Ruang Seni Anak Museum Macan; 4 Aktivitas Ramah Anak

Vancouver International Children’s Festival menghadirkan Charlotte Diamond and the Hug Bug Band.

Vancouver International Children’s Festival
25-31 Mei 2020
Vancouver, Kanada 
Festival ini memiliki serangkaian program yang meriah sekaligus menghibur, seperti sirkus, pertunjukan tari, konser musik, serta teater boneka. childrensfestival.ca.

Tamu seolah tersihir dengan penampilan paduan suara di World Youth & Children’s Choir Festival.

World Youth & Children’s Choir Festival
Juli 2020
Hong Kong
Cocok untuk anak yang tergabung dalam grup paduan suara, WYCCF menawarkan pelatihan, lokakarya, serta klinik menyanyi yang dipandu maestro kor. Tahun ini, untuk program kompetisinya, grup paduan suara Universitas Negeri Yogyakarta sukses memborong lima trofi. wyccaa.com.

Singapore Biennale 2019 Siap Digelar

$
0
0

Memasuki tahun keenamnya, kali ini Singapore Biennale kembali hadir untuk mengubah beberapa sudut kota Singapura menjadi galeri seni—setidaknya selama lebih dari empat bulan penuh. Ajang seni kontemporer terbaik di Asia yang bakal digelar mulai 22 November 2019 hingga 22 Maret 2020 tersebut akan disebar di 12 titik di Singapura. Mulai dari Museum Nasional Singapura, Galeri Nasional Singapura hingga Singapore Art Museum.

Festival besutan National Arts Council dan Singapore Arts Museum ini dikepalai oleh Patrick Flores, seorang kurator seni asal Filipina. Selain itu, profesor seni di University of the Philipines sekaligus kurator seni Museum Vargas di Manila tersebut juga akan bekerja sama dengan Andrea Fam, John Tung, Goh Sze Ying, Renan Laru-an, Anca Verona Mihulet dan Vipash Purichanont.

Tahun ini Singapore Biennale 2019 mengusung tema “Every Step in the Right Direction” yang didasari pada impian tertinggi untuk menghadirkan perubahan ke arah lebih baik. Melalui media kreatif berupa karya seni, diharapkan para pengunjung yang datang dapat menyadari pentingnya sikap saling menghargai terhadap sesama.

Lim Soo Ngee – Inscription of the Island.

Baca juga: 9 Festival Untuk Anak-Anak; Pameran Tunggal Pertama Xu Bing di Asia Tenggara

Sebanyak 150 karya seni dari 70 pelaku seni dari dalam dan luar negeri—mulai dari Singapura, Indonesia, Thailand, Myanmar, Malaysia, Jepang, hingga Korea Selatan dan Amerika Serikat—akan ambil bagian dalam Singapore Biennale 2019.  Nantinya, agenda seni berskala internasional ini menyajikan beragam agenda mulai dari instalasi seni audio, virtual reality, film, workshop hingga seminar. 

Informasi lebih lanjut, kunjungi singaporebiennale.org.

Pameran Seni Tepi Laut Terbesar Kembali Digelar

$
0
0
Sculpture by the Sea Sculpture by the Sea 4 Sculpture by the Sea 3 Sculpture by the Sea 2 Sculpture by the Sea 1
Instalasi berjudul The Sun Also Rises karya seniman Morgan Jones. (Foto: Clyde Yee)

Memajang 100 patung di jalur pesisir sepanjang dua kilometer dari Pantai Bondi menuju Tamarama, Sculpture by the Sea diklaim sebagai pameran patung terbesar yang terbuka gratis untuk umum. Bermula pada 1997 sebagai ajang sederhana yang dihadiri sekitar 25.000 pengunjung, Sculpture by the Sea merekah jadi pergelaran kolosal yang memikat ratusan ribu orang. Berkat popularitasnya pula, ia telah diwaralaba ke Perth.

Tahun ini, ajang yang juga memikat para fotografer dunia tersebut bergulir dari 24 Oktober-10 November 2019. Menawarkan 111 instalasi karya 72 pelaku seni asal Australia, serta 39 seniman asing yang berasal mulai dari Austria, Tiongkok, Prancis, Jerman, hingga Amerika Serikat.

Baca juga: Singapore Biennale 2019 Siap Digelar; 9 Festival Untuk Anak-Anak

Bintang utama tahun ini adalah pameran 10 seniman Ceko dan Slovakia yang dikenal dalam perayaan peringatan 30 tahun Revolusi Velvet. Termasuk di antaranya adalah karya perupa paling terkenal dan kontroversial Republik Ceko, David Černý, dengan karya Monument to Soviet Tank Crews (1991) yang dicat merah muda.

Informasi selengkapnya, kunjungi Sculpture by the Sea.

Viewing all 1032 articles
Browse latest View live