Utrecht telah lama kehilangan statusnya sebagai kota terpenting di Belanda, namun pesonanya sejatinya tak pernah pudar. Hamish Daud menemukan alasannya.
Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Donang Wahyu
Penata gaya: Peter Zewet
“Kota ini diciptakan ratusan tahun silam, tapi hingga kini masih berhasil menjadi tempat hidup yang nyaman,” ujar Hamish Daud tentang Utrecht. “Sebuah kota tua yang kecil dan damai.”
Utrecht adalah Amsterdam pada pukul tiga pagi. Ia memiliki fasilitas hidup yang lazim ditawarkan sebuah kota besar, sembari di saat yang sama mempertahankan keheningan khas kota kecil. Hidup di sini bergulir lambat. Mayoritas restoran dan butik dibuka pada pukul 10, acap kali molor hingga jam makan siang. Saban Senin, hari termalas di sini, kadang mereka tidak beroperasi sama sekali.
Di Utrecht, sepeda melaju lebih pelan, setidaknya jika dibandingkan dengan Amsterdam. Banyak lift hotel tidak dilengkapi tombol “tutup”—ciri khas sebuah kota yang tidak terburu-buru. Court Hotel, penginapan Hamish, bahkan mengunci pintunya selepas tengah malam, hingga kita harus mengetuk untuk masuk. Jika Amsterdam adalah gadis urban yang tampil glamor di barisan VIP, Utrecht adalah kakaknya yang duduk santun di kursi belakang.
Hamish mendarat di sini pada minggu terakhir September, saat daun-daun menguning dan musim gugur bersiap-siap membuka jalan bagi datangnya salju. Ini kunjungan pertamanya ke Utrecht. Kota terbesar keempat di Belanda ini didiami 300.000 jiwa. Luasnya seperenam Jakarta.
Kawasan pusat kotanya didominasi bangunan sepuh, dialasi jalan-jalan batu, serta dibelah-belah kanal anggun di mana perahu-perahu turis hilir mudik setiap harinya. Salah satu struktur tertua di sini, St. Martin’s Cathedral, bercerita banyak tentang masa lalu Utrecht sebagai pusat agama Katolik. Salah satu putra daerahnya, Adriaan Boeyens, bahkan pernah terpilih sebagai Paus Hamish sempat memasuki St. Martin’s Cathedral.
Aktor yang gemar merenung di pura ini mengaku merasakan “pengalaman yang emosional” di katedral. “Interiornya menakjubkan. Saya terkesan dengan pilar-pilarnya, dekorasinya, serta kualitas akustiknya,” ujarnya. “Lebih kagum usai menyadari semua itu diciptakan berabad silam.”